Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Karpet Merah untuk 'Tukang Garap' Industri Hulu Migas

30 Agustus 2016   10:54 Diperbarui: 16 September 2016   15:52 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel Jumlah Wilayah Kerja Migas per 30 Juni 2016. (Sumber: SKK Migas)

Penulis pernah mengikuti perjalanan Presiden Joko Widodo beserta rombongan, tepatnya pada 27 Desember 2015, dalam rangkaian peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 5 MWP di Desa Oelpuah, Kupang, NTT. [Lihat foto] Peresmian listrik tenaga surya ini disambut hangat masyarakat setempat yang selama ini memang memiliki keluhan terhadap pasokan aliran listrik. Proyek-proyek seperti demikian hendaknya semakin menjamur lagi di Indonesia yang sebenarnya dianugerahi kekayaan sinar sang surya.

Oh iya, sebagai cerminan betapa mahalnya biaya riset litbang sumber energi terbarukan adalah seperti yang dilakukan Jerman. Pada 1974, negara asal tim sepakbola raksasa Bayern Muenchen ini mengeluarkan kocek US$ 20 juta untuk aktivitas litbang energi terbarui. Kemudian, meningkat jadi US$ 300 juta pada 1982. Selama 1977 – 1982, Jerman fokus pada bagaimana memanfaatkan energi turbin dan tenaga surya. Hasilnya? Pada 1990-an, energi turbin menempati posisi kedua yang dimanfaatkan. Pada kurun yang sama, energi tenaga surya juga sanggup diimplementasikan dengan sekitar 70 instalasi besar guna memenuhi beragam keperluan.

Presiden Joko Widodo ketika meresmikan PLTS di Desa Oelpuah, Kupang, NTT, pada akhir 27 Desember 2015. (Foto: Gapey Sandy)
Presiden Joko Widodo ketika meresmikan PLTS di Desa Oelpuah, Kupang, NTT, pada akhir 27 Desember 2015. (Foto: Gapey Sandy)
Panel listrik tenaga surya untuk PLTS yang diresmikan Joko Widodo di Desa Oelpuah, Kupang, NTT, pada akhir 27 Desember 2015. (Foto: Gapey Sandy)
Panel listrik tenaga surya untuk PLTS yang diresmikan Joko Widodo di Desa Oelpuah, Kupang, NTT, pada akhir 27 Desember 2015. (Foto: Gapey Sandy)
Keenam, konsistensi dan fokus untuk terus mensukseskan kebijakan energi nasional. Hal ini sebenarnya sudah lama disampaikan banyak kalangan, termasuk Tirta N Mursitama dan Maisa Yudono (2010), peneliti yang menelurkan buku Strategi Tiga Naga – Ekonomi Politik Industri Minyak Cina di Indonesia. Tanpa konsistensi, masing-masing stakeholders berada dalam kebingungan sehingga berdampak pada saling main tafsir nafsi-nafsi atau sendiri-sendiri. Tanpa fokus, berat sekali bagi kebijakan energi nasional membawa dampak manfaat demi pembangunan Indonesia jangka panjang. Kita semua, tentu tidak mau itu!


o o o O o o o

Tonton di sini, Video Blogging (VLOG)-nya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun