Sehingga tak aneh apabila banyak juga program siaran radio kami yang isinya adalah bentuk rekaman demi rekaman dari pergelaran hiburan seperti pergelaran Wayang, Karawitan, Dangdutan dan sebagainya yang diselenggarakan oleh warga. Kedua, ketika terjadi aktivitas yang tidak normal dari Gunung Merapi dan banyak diberitakan oleh media massa mainstream seperti koran maupun televisi, maka warga masyarakat akan beramai-ramai menanyakan kondisi aktual dan faktual yang sesungguhnya terkait aktivitas Gunung Merapi kepada kru radio kami,” tutur Sukiman.
Selain itu, kami juga sudah memiliki kontak person petugas pos pemantauan Gunung Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang setiap saat bisa dihubungi. Kami juga melakukan konvergensi media dengan cara menerapkan siaran radio streaming menggunakan koneksi internet, mengunggah informasi melalui facebook juga twitter,” terangnya.
Ketika terjadi erupsi Merapi pada 2010 lalu, Sukiman mengakui studio siaran radionya hancur berantakan diterjang awan panas, abu vulkanik, bara lahar dan gempa tektonik. “Rumah dan studio siaran radio kami tinggal mengungsi selama 42 hari. Ketika kami sudah diperbolehkan kembali, yang kami saksikan adalah tower antera radio kami masih tetap berdiri tetapi kabel dan infrastruktur yang mudah terbakar hancur semua. Satu perangkat siaran berupa komputer juga rusak.
Kerugian yang diderita stasiun radio kami ini mencapai sekitar Rp 20 juta,” kenangnya seraya menceritakan bagaimana Radio Komunitas Lintas Merapi FM ini tetap “siaran” di lokasi pengungsian dengan cara menggunakan sound system sederhana yang dipancarluaskan menggunakan speaker besar yang biasa disebut “TOA”.
Sandiwara Radio Siaga Bencana Sangat Efektif
Sementara itu, Ircham selaku Direktur Radio Merapi Indah FM kepada penulis melalui sambungan telepon menyatakan, efektivitas sandiwara radio ADB produksi BNPB cukup efektif menambah kesiap-siagaan bencana.
“Efektivitasnya menurut saya sangat bagus sekali. Karena sandiwara radio dengan pesan-pesan siaga bencana dari BNPB ini sifatnya selalu terus mengingatkan kewaspadaan masyarakat. Sosialisasi siaga bencana menggunakan media sandiwara radio adalah sesuatu yang lain dari biasanya, sehingga akan sangat mudah untuk diterima dan dipahami oleh masyarakat, khususnya para pendengar radio.
Bagi masyarakat yang tinggal di lereng Merapi dan sekitarnya, media radio masih menjadi primadona. Bahkan, tidak sedikit ada petani yang membawa perangkat radionya ke sawah, hanya demi untuk menikmati siaran informasi terbaru dan mendengarkan hiburan lagu-lagu kesukaannya. Pemandangan seperti ini mungkin sudah teramat klasik, tapi memang begitulah adanya,” tutur Ircham.
“Ketika bencana erupsi Merapi terjadi, seluruh staf stasiun radio kami akan selalu siap siaga dan stand by mencari dan menerima informasi dari sumber yang dapat dipercaya, baik dari otoritas yang ada di Yogyakarta, Semarang dan lainnya untuk kemudian kami teruskan kepada pendengar,” tuturnya.