Inovasi Balitbang Kementerian PUPR lain yang dapat ditelaah pada PIST ini adalah pembangunan fly over di kawasan Antapani, Bandung, Jawa Barat yang menggunakan Teknologi Corrugated Mortar Busa (CMB). Salah seorang anggota tim peneliti terkait project fly over Antapani ini adalah Fahmi Aldiamar dari Pusjatan.
Deskripsi Teknologi MCB untuk fly over Antapani ini adalah pembangunan jalan lintas atas (fly over) dengan struktur baja bergelombang pada simpang Jalan Jakarta di atas Jalan Ibrahim Adjie, Bandung, dengan menggunakan teknologi struktur culvert dari baja bergelombang yang telah difabrikasi sebelumnya, sehingga pekerjaan di lapangan menjadi lebih cepat dan mudah. Teknologi timbunan ringan juga akan diaplikasikan sebagai oprit jalan lintas atas. Tak hanya itu, teknologi ini juga lebih murah. “Secara konvensional, untuk membuat fly over Antapani ini estimasinya butuh dana sekitar Rp 150 miliar, tetapi dengan Teknologi CMB hanya butuh budget Rp 35 sampai 36 miliar. Artinya, penghematannya bisa mencapai sepertiga dari pembangunan fly over beton permanen secara konvensional,” ungkap Fahmi.
Untuk fly over Antapani --- dengan panjang 250 meter dan lebar 9 meter --- ini, baja bergelombang yang dipergunakan mencapai bentangan 35 meter, yang artinya dapat dipergunakan untuk enam lajur kendaraan di jalan raya. “Karena bentang baja bergelombangnya memiliki panjang hingga 35 meter, maka inilah project fly over pertama di Indonesia dengan bentang baja bergelombang yang panjang. Tetapi, kalau untuk bentang yang pendek atau sekitar 9 meter, sebenarnya sudah ada di beberapa lokasi seperti di Semarang dan Tasikmalaya. Adapun konsepnya hanya sebagai perlintasan lajur kendaraan biasa saja,” ungkapnya.
Lengkungan tengah di kolong fly over Antapani panjangnya mencapai 22 meter, atau untuk dipergunakan sebagai empat lajur kendaraan dengan dua arah berlawanan. Sedangkan lengkungan kiri dan kanan pada kolong fly over mencapai 11 meter lebarnya dan dipergunakan hanya untuk satu lajur kendaraan. Sedangkan tinggi lengkungan kolong mencapai 5,5 meter, atau bisa mencapai 7 meter kalau dihitung dari permukaan aspal hingga permukaan jalan atas fly over.
Inilah, satu lagi inovasi infrastruktur terbaru Balitbang Kementerian PUPR yang bisa ditelaah pada PIST.
Jembatan Apung Pejalan Kaki dan Pengendara Motor di Cilacap
Inovasi berikutnya yang penulis ulas langsung bersama dengan penelitinya adalah Jembatan Apung. Sesuai namanya, jembatan yang sedang digarap di Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap ini tidak menggunakan tiang pancang, melainkan mengapung dengan teknologi fonton.
Menurut Elis Kurniawati, peneliti di Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR, jembatan apung sengaja diwujudkan karena wilayah Indonesia yang terbanyak adalah perairan. “Dengan Jembatan Apung ini kita bisa meminimalkan penggunaan pilar dan pondasi. Itu artinya, secara biaya jelas lebih murah dan sesuai kondisi geografis Indonesia. Juga, bisa dipindahkan ke lokasi lain yang membutuhkan dengan cara ditarik melalui perairan,” jelasnya secara eksklusif kepada penulis.