Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Segera Hadir, Perpustakaan Apung Pertama di Indonesia

10 Agustus 2016   23:15 Diperbarui: 11 Agustus 2016   07:53 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafis tiga dimensi fly over Antapani, Bandung. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)

Inovasi Balitbang Kementerian PUPR lain yang dapat ditelaah pada PIST ini adalah pembangunan fly over di kawasan Antapani, Bandung, Jawa Barat yang menggunakan Teknologi Corrugated Mortar Busa (CMB). Salah seorang anggota tim peneliti terkait project fly over Antapani ini adalah Fahmi Aldiamar dari Pusjatan.

Deskripsi Teknologi MCB untuk fly over Antapani ini adalah pembangunan jalan lintas atas (fly over) dengan struktur baja bergelombang pada simpang Jalan Jakarta di atas Jalan Ibrahim Adjie, Bandung, dengan menggunakan teknologi struktur culvert dari baja bergelombang yang telah difabrikasi sebelumnya, sehingga pekerjaan di lapangan menjadi lebih cepat dan mudah. Teknologi timbunan ringan juga akan diaplikasikan sebagai oprit jalan lintas atas. Tak hanya itu, teknologi ini juga lebih murah. “Secara konvensional, untuk membuat fly over Antapani ini estimasinya butuh dana sekitar Rp 150 miliar, tetapi dengan Teknologi CMB hanya butuh budget Rp 35 sampai 36 miliar. Artinya, penghematannya bisa mencapai sepertiga dari pembangunan fly over beton permanen secara konvensional,” ungkap Fahmi.

Grafis tiga dimensi fly over Antapani, Bandung. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Grafis tiga dimensi fly over Antapani, Bandung. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan fly over Antapani berteknologi CMB. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan fly over Antapani berteknologi CMB. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Teknologi Mortar Busa ini, katanya lagi, mirip seperti beton atau konkret tapi ia bisa menggantikan kondisi timbunan yang ada. “Jadi biasanya, timbunan tanah kan membuat kita agak sulit, dan terkait pula dengan mendatangkan pengambilan material dari luar lokasi, termasuk masalah penimbunan. Nah, dengan teknologi MCB ini, ia akan memadat dengan sendirinya tanpa harus dibantu dengan vibrator. Adapun sistem pemasangannya adalah dibuat per layer setiap 30 cm. Setelah ketinggian layer mencapai 90 cm, barulah dipergunakan baja tulangan, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik. Jadi, memang mirip seperti beton bertulang, tetapi untuk CMB ini hanya cukup dilakukan ketika layer mencapai 90 cm,” urai Fahmi kepada penulis di stand Pusjatan.

Untuk fly over Antapani --- dengan panjang 250 meter dan lebar 9 meter --- ini, baja bergelombang yang dipergunakan mencapai bentangan 35 meter, yang artinya dapat dipergunakan untuk enam lajur kendaraan di jalan raya. “Karena bentang baja bergelombangnya memiliki panjang hingga 35 meter, maka inilah project fly over pertama di Indonesia dengan bentang baja bergelombang yang panjang. Tetapi, kalau untuk bentang yang pendek atau sekitar 9 meter, sebenarnya sudah ada di beberapa lokasi seperti di Semarang dan Tasikmalaya. Adapun konsepnya hanya sebagai perlintasan lajur kendaraan biasa saja,” ungkapnya.

Lengkungan tengah di kolong fly over Antapani panjangnya mencapai 22 meter, atau untuk dipergunakan sebagai empat lajur kendaraan dengan dua arah berlawanan. Sedangkan lengkungan kiri dan kanan pada kolong fly over mencapai 11 meter lebarnya dan dipergunakan hanya untuk satu lajur kendaraan. Sedangkan tinggi lengkungan kolong mencapai 5,5 meter, atau bisa mencapai 7 meter kalau dihitung dari permukaan aspal hingga permukaan jalan atas fly over.

Fahmi Aldiamar mengatakan biaya pembuatan fly over Antapani dengan teknologi CMB jelas lebih murah. (Foto: Gapey Sandy)
Fahmi Aldiamar mengatakan biaya pembuatan fly over Antapani dengan teknologi CMB jelas lebih murah. (Foto: Gapey Sandy)
“Adapun besi-besi melengkung yang akan terpasang pada sepanjang fly over, mencirikan ikon Gunung Tangkuban Parahu. Pada besi-besi melengkung ini juga bisa dipasangkan ornamen lampu hias dan sebagainya,” ungkap Fahmi seraya berharap kehadiran fly over dengan Teknologi CMB ini mampu mengurai kemacetan lalu-lintas, utamanya tiap pagi dan sore hari di bilangan Antapani yang sudah lama mendera masyarakat.

Inilah, satu lagi inovasi infrastruktur terbaru Balitbang Kementerian PUPR yang bisa ditelaah pada PIST.

Jembatan Apung Pejalan Kaki dan Pengendara Motor di Cilacap

Inovasi berikutnya yang penulis ulas langsung bersama dengan penelitinya adalah Jembatan Apung. Sesuai namanya, jembatan yang sedang digarap di Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap ini tidak menggunakan tiang pancang, melainkan mengapung dengan teknologi fonton.

Menurut Elis Kurniawati, peneliti di Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR, jembatan apung sengaja diwujudkan karena wilayah Indonesia yang terbanyak adalah perairan. “Dengan Jembatan Apung ini kita bisa meminimalkan penggunaan pilar dan pondasi. Itu artinya, secara biaya jelas lebih murah dan sesuai kondisi geografis Indonesia. Juga, bisa dipindahkan ke lokasi lain yang membutuhkan dengan cara ditarik melalui perairan,” jelasnya secara eksklusif kepada penulis.

Desain grafis Jembatan Apung di Cilacap. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Desain grafis Jembatan Apung di Cilacap. (Sumber: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan Jembatan Apung di Cilacap. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Proses pengerjaan Jembatan Apung di Cilacap. (Foto: Balitbang Kementerian PUPR)
Secara teknologi, imbuh Elis, Jembatan Apung ini menggunakan teknologi fonton atau foam yang dilapis lagi dengan beton bertulang. “Penggunaan foam ini dimaksudkan apabila terjadi kerusakan atau kebocoran di lapisan luar, maka jembatan akan tetap mengapung akibat daya apung foam tadi. Adapun keunggulan Jembatan Apung ini adalah efisiensi konstruksinya, fontonnya pun bisa dibangun dengan sistem modular jadi dia bisa bukan hanya untuk jembatan saja tetapi juga untuk bangunan apung lain seperti hunian  terapung dan break water (pemecah gelombang) terapung. Selain itu, karena tidak menggunakan pilar dan pondasi, maka potensi gerusan yang biasa terjadi pada jembatan hampir tidak ada, mudah dipindahkan, dan bisa dirakit di lokasi terdekat dengan tempat yang bakal dihadirkan Jembatan Apung,” urai Elis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun