Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Selamatkan ‘Yayang’, Selamatkan Orangutan

27 Juni 2016   14:13 Diperbarui: 27 Juni 2016   14:50 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orangutan bernama 'Raymond' sudah dilepasliarkan di Hutan Kehje Sewen - Kaltim, pada awal Juni 2016 kemarin. (Foto: Dok. BOSF)

Kami memulai dengan proses penyelamatan (rescue). Sebagian besar orangutan yang kami selamatkan adalah orangutan yang sangat muda ataupun bayi yang telah kehilangan induknya dengan segala kondisi. Ada yang sehat, ada pula yang sakit atau cacat. Bayi orangutan yang sakit atau cacat seperti ini kami karantina terlebih dulu untuk dipulihkan kondisinya. Setelah kondisi orangutan dinyatakan sehat dan mampu, mereka akan bergabung dengan orangutan sehat lainnya di Sekolah Hutan sebagai bagian dari proses rehabilitasi. Di sini secara bertahap mereka akan mempelajari berbagai keahlian untuk bertahan hidup di hutan, dibantu oleh babysitter dan teknisi.

Sekolah Hutan sendiri terdiri dari beberapa kelompok umur, karena waktu yang dibutuhkan orangutan untuk bisa mandiri di alam liar sekitar tujuh sampai delapan tahun. Karena kami berusaha mengikuti pola ini, kami pun mendidik mereka selama kurun waktu itu. Lulus dari Sekolah Hutan, mereka akan masuk ke tahap lanjut untuk hidup di pulau pra-pelepasliaran. Di pulau ini mereka harus bersaing atau hidup bersama dengan orangutan lain. Kami menganggap tahap ini seperti layaknya “universitas” untuk orangutan.

Sejumlah orangutan yang paling siap akan dilepasliarkan (release) ke hutan. Areal hutannya sudah kami pilih dan jaga. Orangutan yang dilepasliarkan akan dijaga dan dipantau setiap hari oleh tim khusus. Hasil pemantauan ini menunjukkan seberapa berhasilnya para orangutan bertahan hidup di alam liar. Sejauh ini, kami telah memiliki lima kelahiran alami di hutan Kalimantan Timur dan Tengah. Kami berharap generasi ini akan membentuk populasi orangutan yang sepenuhnya liar.

Kondisi orangutan bernama Kejora ketika pertama kali diselamatkan. (Foto: Dok. BOSF)
Kondisi orangutan bernama Kejora ketika pertama kali diselamatkan. (Foto: Dok. BOSF)
bosf-kejor-a-14-1024x736-5770cf06d67e61a41d64c452.jpg
bosf-kejor-a-14-1024x736-5770cf06d67e61a41d64c452.jpg
Berapa lama mereka dirumahkan sebelum dilepasliarkan? Mengapa lama sekali perumahannya?

Orangutan membutuhkan waktu tujuh sampai delapan tahun untuk menjalani masa rehabilitasi. Masa ini sesuai dengan masa pendidikan mereka di alam liar. Setiap anak orangutan akan hidup bersama dan belajar dari induknya sampai ia berusia tujuh tahun, baru secara perlahan ia akan hidup mandiri. Selama tujuh tahun ini, ia akan belajar bagaimana hidup mandiri di hutan dari sang induk.

Bagaimana menyatakan bahwa orangutan yang dimaksud sudah siap untuk dilepasliarkan kembali? Apa saja parameternya?

Parameter orangutan sudah siap dilepasliarkan adalah: pertama, ia tidak hanya menguasai semua skill yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di hutan, namun juga menerapkannya. Skillatau kemampuan ini adalah; memanjat pohon, membuat sarang, mencari pakan alami, dan mengenali predator(termasuk manusia). Kedua, secara usia dia juga harus sudah cukup umur. Ketiga, secara perilaku, ia telah mandiri dan liar, sehingga tidak membutuhkan keberadaan manusia. Keempat, ia dinyatakan sehat dan bebas dari penyakit menular seperti TBC atau Hepatitis.

Disebut-sebut ada penanaman semacam chip di bagian tubuh orangutan, sebelum dilepasliarkan. Bagaimana proses penanaman chip itu dan bagaimana teknologi chip ini berfungsi serta efektivitasnya?

Chip ini mengirimkan sinyal pada frekuensi tertentu. Setiap chip mengirimkan frekuensi yang sedikit berbeda, sehingga petugas yang memegang radio receiver bisa membedakan individu orangutan berdasarkan frekuensi ini. Sinyal chip ini bisa ditangkap sampai jarak lima kilometer jauhnya di wilayah yang terbuka, namun di hutan yang berbukit dan padat dengan pohon, jarak terjauh yang bisa dicapai oleh sinyal ini hanya sekitar satu kilometer. Baterai chip dapat berfungsi hingga 2 tahun, sehingga kami dapat mengikuti dan mencatat kemajuan yang signifikan dari setiap orangutan.

Seekor orangutan bernama Kejora tengah asyik berayun. (Foto: Dok. BOSF)
Seekor orangutan bernama Kejora tengah asyik berayun. (Foto: Dok. BOSF)
Dari chip ini bagaimana pemantauan pergerakan orangutan ketika di habitatnya kembali bisa disimpulkan setelah dilepasliarkan?

Tim PRM (Post-Release Monitoring) berpatroli setiap hari dan melakukan pencatatan teliti saat menemukan satu individu orangutan. Orangutan yang baru dilepasliarkan akan diikuti terus-menerus selama 1 bulan secara ketat dan tim mencatat pergerakan orangutan setiap dua menit sepanjang hari. Orangutan yang telah lama dilepasliarkan dan ditemukan saat patroli, akan dicatat pergerakannya setiap dua menit selama dua jam penuh. Dari pencatatan data yang sangat banyak ini, kami dapat menyimpulkan bagaimana perilaku setiap individu orangutan, kondisi kesehatannya, dan kemungkinannya bertahan hidup di hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun