Empat Kompasianer saya kategorikan pada keteladanan ini. Ada Pak Thamrin Dahlan, yang saya kutip terkait kalimat bijaknya tentang menulis dan menerbitkan buku. Sang purnawirawan ini berujar, “Sesungguhnya muara dari menulis itu adalah buku. Karena, buku bersifat abadi dan menjadi alibi tak terbantahkan atas kehadiran seorang anak manusia di muka bumi ini”.
Kalau Pak ‘Tede’ menganggap buku sebagai ‘abadi dan alibi tak terbantahkan’, tentunya ini berhubungan juga dengan rencananya untuk mencetak 500 eksemplar lagi buku hasil karyanya sendiri, ’Magnet Baitullah’ (198 halaman, Februari 2016, Leutika Prio). Nantinya, buku ini akan menyasar ke perpustakaan masjid dan mushola di seluruh Indonesia. Pak ‘Tede’ yang masih aktif sebagai dosen ini akan membagikannya secara gratis, tissss!
[caption caption="(Waspadai informasi dan berita yang tidak akurat dengan muatan kebencian. Pesan Syaiful W Harahap. || Foto: Akun Facebook Syaiful W Harahap)"]
Masih tentang dunia tulis-menulis. Kalimat bijak Kompasianer sekaliber Syaiful W Harahap ini patut pula dikedepankan. Bang Syaiful sudah kenyang asam-garam dunia jurnalistik, menaruh harapan besar, agar media massa di Indonesia benar-benar menjadi pencerdas bagi pembaca dan pemirsanya.
Di salah satu status fesbuknya, si Abang selengkapnya mengeluarkan kecaman sekaligus saran perbaikannya. “Perlu pendidikan untuk memahami media. Sayang, di Indonesia tidak ada upaya untuk mencerdaskan pembaca dan pemirsa. Bahkan banyak media cetak, elektronik, online dan media sosial yang jadi agen pembodohan. Antara lain, dengan menyampaikan informasi dan berita yang tidak akurat dengan muatan kebencian”.
Tak perlu ditampik. Rasanya, apa yang disampaikan Bang Syaiful sudah semakin terbukti, dari hari ke hari.
[caption caption="(Laporkan ke Polisi kalau ada pemberitaan yang ujungnya memfitnah, memeras dan menuduh macam-macam. Seru Hilman Fajrian. || Foto: Akun Facebook Hilman Fajrian)"]
Nah, selanjutnya, bila ada media massa yang menyajikan informasi, berita tidak akurat dan penuh muatan kebencian, lalu merugikan kita, sebagai pihak yang menjadi korban, maka salah satu jalan terbaik adalah melakukan seperti apa yang disampaikan ‘Koboi Bermotor Sport Merah’ di atas ini.
Adalah Kompasianer Hilman Fajrian yang berprofesi sebagai jurnalis tapi juga tegas-tegas melawan jurnalisme negatif. Katanya, “Bila Anda diperas, difitnah dan dituduh lewat pemberitaan, jangan sungkan-sungkan melapor ke polisi. Percayalah, mereka juga hanya orang biasa yang takut penjara”.
Ya, lakukan apa yang dihimbau Hilman. Produk jurnalistik yang baik memang sebaiknya memang tidak asal tuduh dalam pemberitaan. Bukankah pemberitaan harus berimbang dan memenuhi asas praduga tak bersalah.
Boleh juga diingatkan, “Menulis, tidak asal njeplak”. Begitu pesan Kompasianer Thamrin Sonata pada tulisan saya tentang kalimat bijak sebelumnya.