Apa yang dicurahkan Johan Wahyudi, mengingatkan saya dengan kalimat bijak yang pernah disampaikan anthologist Terri Guillements.
Kata Terri: “Aku mencintai ibuku seperti air mencintai pohon dan sinar matahari --- ibu membantu saya tumbuh, makmur dan mencapai puncak yang tinggi”.
[caption caption="(Wasiat bijak turun temurun untuk selalu tanamkan kasih dan sayang kepada buah hati tercinta. || Foto: Akun FB Muhammad Armand)"]
Rupanya, kalimat bijak itu merupakan nasehat dari ayahanda Bang Dos sendiri. Nah, nasehat yang sudah menjadi “wasiat” itu akhirnya diwujudkan kepada sang buah hari Bang Dos. Nasehat itu sangat menyentil jiwa, khususnya kita yang sudah menjadi orangtua. Makanya saya merasa, kalimat bertuah ini urgent sekali untuk saya share!
Selain menyimak dalam-dalam kalimat bijak yang dituliskan para Kompasianer di facebook, kadang saya juga mencari persamaannya dalam kalimat bijak senada lainnya. Caranya? Cukuplah menggunakan bantuan Google. Nah, untuk kalimat bijak Bang Dos, ada yang hampir mirip nasehatnya. Kena banget untuk mereka yang suka ilmu-ilmu khas ke-parenting-an.
Begini, kalimat yang pernah disampaikan Ray Merrit dalam bukunya Full of Grace: “Orang dewasa dapat membuat perang, namun anak-anaklah yang menciptakan sejarah kehidupannya”.
[caption caption="(Seia sekata, Kebaikan dan Cinta. || Foto: Akun FB Iskandar Zulkarnaen)"]
Selengkapnya, begini:
“Setiap cinta menghasilkan kebaikan. Setiap kebaikan menghasilkan cinta. Kalau kamu bisa mencintai orang lain, mengapa begitu sulit berbuat baik kepadanya?”
Tapi, ya ‘gitu deh … saya emang orang begitu. Suka mengutip yang sedikit, dan saya pikir lebih ‘joss gandoss’ mudah dicerna tanpa harus mengerutkan dahi.
Sekilas pula, membaca apa yang disampaikan Mas Isjet ini seperti ala-ala kalimat sang penyair, Kahlil Gibran. Atau, mungkin juga sang sufi, Maulana Jalaluddin Rumi. Heheheee … saya sendiri belum kebayang seandainya Mas Isjet bisa sampai se-level Gibran atau Rumi. Yang jelas, setiap kalimat yang penuh tuah kebaikan dan memekarkan bunga cinta, itulah yang paling menjadi kekuatan kata-kata mereka bertiga: Gibran, Rumi, dan Mas Isjet.