Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jujur, Tangsel Belum Siap Hadapi MEA

19 Desember 2015   19:07 Diperbarui: 20 Desember 2015   06:19 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sebenarnya, hal ini sudah diantisipasi Pemerintah melalui Diknas dan Depnaker dengan membentuk Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) pada 2006. Dibawah BNSP ada lembaga-lembaga sertifikasi yang membidangi semua profesi yang ada di Indonesia. Sampai saat ini ada sekitar 130-an Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), termasuk misalnya LSP Jasa Spa, LSP Telematika dan masih banyak lagi. Terkait dengan itu semua, masalah kesiapan MEA kemudian ada pada masing-masing daerah itu sendiri,” ujarnya.

(Angkatan kerja di Indonesia sebanyak 120,41 juta, dan angka penganggurannya 7,61 juta jiwa. || Sumber: Makalah Siswanto, ST MM.)

Bagaimana dengan kesiapan Tangsel menghadapi MEA?

Dalam wawancara dengan penulis, Siswanto mengakui, terkait pelaksanaan MEA, tugas dari Disnaker Tangsel belum dilaksanakan secara maksimal, karena strukturnya yang masih minim. Sehingga, cakupan kerjanya belum mencapai hal-hal yang terlalu kecil.

“Gambarannya begini, di Disnaker Tangsel itu baru ada dua bidang, Pengawasan dan Penempatan. Padahal Bidang Penempatan itu kalau dipecah lagi bisa meliputi Bidang Pelatihan dan Produktivitas, Bidang Penempatan dan Perluasan Lapangan Kerja, dan bidang-bidang yang seperti ini belum kita sentuh,” prihatinnya.

Siswanto mengatakan, untuk mengantisipasi MEA, mau tidak mau seluruh pihak harus berjuang membekali para tenaga kerja dengan peningkatan kualitas lebih baik lagi melalui sertifikasi. Untuk skala nasional ada program yang namanya three in one yaitu Pelatihan, Mensertifikasi, dan Menempatkan.

(Tabel Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja di Tangsel per Oktober 2015. || Sumber: Makalah Siswanto, ST MM.)

“Program three ini one ini komprehensif untuk menjawab bekal kualitas yang lebih baik kepada tenaga kerja. Dengan adanya MEA, kita diberikan kesempatan untuk datang ke tempat orang lain, begitu pun sebaliknya. Sementara, tenaga kerja dari negara-negara tetangga se-ASEAN semua sudah tersertifikasi, punya sertifikat kompetensi. Di Filipina saja, pembantu rumah tangga sudah mengantongi sertifikasi. Lha di Indonesia, justru pembantu rumah tangga dianggap tenaga kerja informal. Bagaimana ini? Makanya, kini sedang diupayakan ada undang-undang untuk mewajibkan sertifikasi bahkan bagi tenaga kerja yang akan menjadi pembantu rumah tangga,” terang Siswanto yang juga menjadi staf pengajar pada Politeknik Swadharma di Pamulang, jurusan Teknik Industri dan Teknik Elektro.

Masalah lain terkait sertifikasi, menurut Siswanto adalah, negara-negara tetangga se-ASEAN itu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para tenaga kerjanya untuk memiliki sertifikasi secara gratis. “Sementara di Indonesia? Suruh bayar. Makanya, Pemerintah kita harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada LSP-LSP yang ada untuk melakukan pemberian sertifikasi gratis, kalau bisa, supaya tenaga kerja kita lebih siap,” terangnya.

Menurut data, ada lebih dari 12 juta angkatan tenaga kerja di Indonesia. Tetapi, yang tersertifikasi baru 1,2 juta tenaga kerja. “Nah, miris bukan? Hal ini dikarenakan untuk memperoleh sertifikasi harus bayar. Lha mana mau orang kalau disuruh membayar untuk memperoleh sertifikasi, toh belum tentu juga sertifikasi itu bakal dipergunakan,” keluh Siswanto yang mengenakan batik PNS biru.

(Suasana kegiatan ‘business simulation working in virtual company’ yang dilaksakan PT Inapen. || Foto: inapen.ac.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun