Meskipun sepakat dengan opini Kang Arul yang melegalkan blogger pesanan, tak urung saya sempat khawatir juga. Khawatir kalau blogger lepas kendali sehingga bukannya menghasilkan karya-karya tulisan (dan reportase) idealis, kaya manfaat dan membawa perubahan lebih baik bagi masyarakat, tapi sebaliknya, hanya melulu melahirkan tulisan sesuai pesanan pemilik modal.
Bukan bermaksud melarang. Tapi saya percaya, siapapun pasti bakal miris, bila ada blogger yang misalnya, membiarkan (dan tak menyuarakan dalam tulisannya) soal tumpukan sampah di saluran air depan kantor walikotanya sendiri. Padahal, kantor walikota itu setiap hari ia lewati.
Bukannya menulis dan mengkritisi tumpukan sampah yang berpotensi mendatangkan banjir, tapi ia justru seolah berlaku anti-sosial di media sosial, dengan hanya menulis di blognya reportase maupun tulisan yang umumnya bersifat komersil, sesuai pesanan, atau mendatangkan materi. Tumpulnya daya kritis blogger dan sifat anti-sosial ini yang saya harap tidak akan sampai kejadian, sampai kapan juga.
Lebih dari itu, bila blogger pesanan makin menjamur tanpa kendali, saya khawatir, kredibilitas blogger akan sampai pada titik anti-klimaks, dimana masyarakat tidak akan percaya lagi pada segala hal yang ditulis blogger. Mengapa? Ya itu tadi, blogger gampang “dibelok-belokkan” alur dan tujuan tulisannya. Maklum, blogger pesanan yang terima (uang) bayaran, akan tak berdaya bila tulisannya diharuskan memenuhi kriteria penulisan yang ditetapkan. Atau, hanya untuk menyenangkan hati sang pemesan (pemodal).
Kegamangan hati saya ini, sempat saya share dalam perjumpaan dengan seorang blogger senior yang bukan lagi Bounty Hunter, tapi malah sudah Dolar Hunter.
Ya, awal September kemarin, dalam satu lawatan ke Yogyakarta, saya sempat bertemu blogger Murad Maulana. Saya menemuinya di salah satu gerai Gudeg Yu Djum di Jalan AM Sangaji. Heheheheeee … saya menyebut Gudeg Yu Djum, bukan berarti saya blogger yang dipesan ‘Yu Djum’ loch yaaaa.
Bang Murad baru saja meluncurkan bukunya yang berjudul Motivasi Go Blog, Semangat Menulis Blogger Pemburu Dolar. Kita berdua bicara banyak hal. Termasuk urusan nge-blog, dan apa yang ada didalam bukunya. Antara lain, seperti yang dimuat dalam bukunya, tentang dua jenis blogger berdasarkan tujuan, yaitu:
Pertama, blogger idealis yang mempunyai tujuan murni hanya sekadar menulis, misalnya sebagai catatan harian online (online diary). Dalam artian tulisannya mengalir saja sesuai keinginan dan apa yang dirasakannya. Jenis blogger ini selalu terus termotivasi untuk menulis karena tujuannya sebagai latihan memulis, atau bisa juga untuk berbagi informasi dan pengetahuan kepada publik.
Kedua, blogger bisnis yang menulis dengan tujuan ingin mendapatkan penghasilan dari aktivtas nge-blognya. Jadi, ada motif ekonomi dalam proses nge-blognya. Dahulu, blogger pencari uang ini disebut sebagai blogger matre. (“Matre”, istilah yang juga digunakan Muthiah Alhasany).
Dalam perbincangan, saya sempat bertanya kepadanya: “Kalau ada blogger pesanan dibayar ratusan ribu untuk menulis atau mengulas produk, katakanlah mobil keluaran tipe baru, yang dipamerkan dalam pameran mobil, boleh atau tidak?”
Dengan penuh percaya diri, Bang Murad menjawab, hal itu boleh, dan sah-sah saja dilakukan oleh blogger.