Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nggowes ke Malioboro Sambil Reportase ala Warga

12 September 2015   17:23 Diperbarui: 12 September 2015   17:25 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pal Putih Tugu Jogja menyimbolkan vertikal ketuhanan, keimanan dan ketakwaan. (Foto: Gapey Sandy)

Arsitektur dan filosofi keberadaan Keraton dari Regol Kemagangan ke Selatan hingga Siti Hinggi di Alun-Alun Kidul (Selatan), semua bangunan yang ada tidak memakai cat berwarna, tapi hanya menggunakan politur. Ini menjadi simbol sebelum manusia lahir. Barulah setelah sampai di Magangan, akan terlihat warna-warni cat yang menjadi simbol bahwa disitu ada kelahiran manusia. “Menjadi kewajiban bagi seorang Sultan untuk menghantarkan manusia sampai ke Pal Putih Tugu, yang merupakan  simbolisasi vertikal ketuhanan, keimanan dan ketakwaan,” ujarnya seperti dikutip jogjakota.go.id.

Ditambahkan pula Sultan berkewajiban  untuk  menghantarkan siapapun juga di dalam mencapai keimanan  dan ketakwaan, melewati tantangan-tantangan duniawi dalam proses pendewasaan. Melewati area publik Alun Alun Utara seseorang akan lolos dalam keseimbangan yang ditandai dengan mengerti akan artinya “baik – buruk”, “siang – malam” dan sebagainya. Akan tetapi manusia itu belum memiliki keseimbangan dalam aspek nafsu dan nuraninya.

Maka, selanjutnya dia melewati Jalan Pangurakan yang dulu adalah Jalan Trikora. Jalan Pangurakan ini simbol kegelisahan remaja dalam mencapai keimanan dan ketakwaan, antara keseimbangan  nafsu dan spiritual nurani.

Sepeda hitam saya bergaya di Jalan Pangeran Mangkubumi yang kini sudah dikembalikan namanya menjadi Jalan Margo Utomo. (Foto: Gapey Sandy)

Dengan terus berjalan  ke utara keseimbangan itu  akan melalui jalan Margo Mulyo. Di Jalan   Margo Mulyo akan  terbangun keseimbangan lahir dan batin, karena seseorang akan mencapai kedewasaan. Bagi mereka yang  mendahulukan nafsu manusiawi, tak pernah akan  sampai ke Margo Utomo, apalagi sampai Pal Tugu. Dia akan berhenti di Pasar Beringharjo yang merupakan simbolisasi kepentingan-kepentingan duniawi.

Kalau manusia lolos dari  keseimbangan, dia akan melewati Margo Utomo. Melewati Margo Utomo berarti manusia akan mengerti apa arti hakekat hidup dan kehidupan untuk sesama manusia karena ciptaanNya. Sehingga manusia itu memiliki dua kewajiban yakni  Hamemayuhayuning Bawono dan hal yang paling utamanya adalah hanya untuk mengagungkan nama Tuhan. Seperti apa dia bicara hakekat didalam kehidupan, disitulah dia akan teruji melalui Margo Utomo. Keimanan dan ketakwaan yang sebenarnya disimbolkan tercapai di Pal Putih Tugu. Begitulah, simbol dan filosofi yang ada dari sisi Selatan Keraton sampai ke Pal Putih Tugu.

Oh ya, di Jalan Margo Utomo No. 40-46 ada kantor Harian Kedaulatan Rakyat. Koran yang didirikan oleh HM Samawi dan M Wonohito sejak 27 September 1945 ini, terlihat sedang sibuk mempersiapkan ulang tahunnya yang ke-70. Bergaya, si Hitam Specialized saya foto di muka kantor Koran yang punya semboyan ‘Suara Hati Nurani Rakyat’ ini. Ceklik!

Bergaya di depan Kantor Harian Kedaulatan Rakyat yang pada 20 September 2015 ini berulang tahun ke-70. (Foto: Gapey Sandy)

Cinta Bahasa Indonesia dari Sudut Malioboro

Dari Jalan Margo Utomo menuju ke Jalan Malioboro, di sisi kanan, saya harus melewati pintu area parkir dan akses jalan menuju Stasiun Tugu Yogyakarta. Salah seorang anggota rombongan dari turis domestik yang berseragam kaos merah dan tengah berfoto, sempat saya mintai tolong untuk mengambil foto dengan bergaya di atas sepeda dan berlatarbelakang replika lokomotif. Ceklik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun