Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Waspada, Human Error Dominasi Penyebab Kecelakaan di Tol Cipali

7 Juli 2015   20:56 Diperbarui: 7 Juli 2015   20:56 5688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Wisnu, perkerasan beton sebenarnya lebih menjadi pilihan untuk diterapkan. “Sebenarnya kami lebih prefer atau lebih memilih perkerasan beton karena dari perhitungan life cycle cost---atau perhitungan dimana kita menghitung initial investment dan periodic maintenance yang dilakukan selama umur rencana---, secara life cycle cost, perkerasan rigid atau beton lebih ekonomis dibandingkan dengan perkerasan aspal. Itu juga di negara-negara maju juga lebih memilih perkerasan rigid atau beton,” jelasnya.

Tetapi pada praktiknya, lanjut Wisnu, kenapa tetap ada ruas jalan tol Cipali yang mempergunakan perkerasan flexible atau aspal?

“Seperti kita tahu, aspal adalah turunan dari minyak bumi, sehingga sangat berpengaruh terhadap fluktuasi harga. Ini juga salah satu alasan mengapa kami tidak begitu tertarik untuk mempergunakan perkerasan aspal. Tapi, di beberapa area, berdasarkan hasil soiling investigation, kami menemukan bahwa ada daerah-daerah yang memiliki tanah tidak ideal, ada yang soft soil dan expansive soil. Dimana tanah-tanah itu, ketika musim panas seperti sekarang ini menjadi sangat keras, tapi ketika terkena air menjadi hancur seperti bubur. Nah, pada tanah-tanah yang tidak ideal seperti ini kami lakukan treatment. Tanahnya kami potong, kami kupas, dan kami ganti dengan tanah yang lebih baik. Kami lapisi dengan tanah lempung, barulah kemudian kami beri perkerasan flexible atau aspal,” jelas Wisnu.

Nampak dalam gambar, ruas jalan tol Cipali terdiri dari dua perkerasan yaitu perkerasan frigid (beton) dan flexible (aspal). (Foto: Gapey Sandy)

Dari kiri ke kanan: Velix Wanggai (Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR), Pepih Nugraha (COO Kompasiana), dan Wisnu Dewanto (Corporate Affair PT Lintas Marga Sedaya). (Foto: Gapey Sandy)

Kalaupun pilihannya tetap mempergunakan perkerasan aspal pada area yang memiliki tanah tidak ideal, imbuh Wisnu, alasannya karena memperhitungkan, seandainya terjadi kerusakan, karena area tersebut berada di atas tanah yang kurang ideal, maka waktu yang diperlukan untuk memperbaiki jalan jauh lebih singkat bila dibandingkan mempergunakan perkerasan beton. “Untuk melakukan perbaikan jalan yang perkerasan aspal, tentu harus menutup lajur jalan, yang berdampak pada merugikan pengguna jalan, sehingga akan jauh lebih singkat pengerjaan perbaikannya bila dibandingkan dengan mempergunakan konstruksi perkerasan rigid atau beton,” urai Wisnu ketika menyampaikan paparan di Kantor LMS Cabang Subang.

Di kantor cabang Subang ini, terdapat Traffic Monitoring Center (TMC) yang sudah berfungsi, sekaligus menjadi pusat radio komunikasi para petugas, juga call center tol Cipali yang dapat dihubungi melalui nomor hotline: 0260-7600.600. “Di ruang TMC ini, nantinya akan ada 20 layar monitor yang terhubung dengan kamera CCTV yang ditempatkan di banyak titik di tol Cipali, salah satunya ada di daerah Sumberjaya, yang tadi kita lihat sedang dilakukan aktivasi CCTV-nya,” ujar Wisnu.

Rifat Sungkar Berbagi Tips Berkendara di Tol Cipali

Nah, setelah mengetahui bagaimana profil, kelengkapan, dan kesiapan tol Cipali melayani pemudik, kini salah satu persoalan utama lainnya adalah, perilaku dan psikologi pengemudi itu sendiri. Untuk hal ini, Wisnu berpesan, kondisi jalan tol Cipali yang mulus dan cenderung lurus, serta perambuan dan fasilitas yang lengkap, tetap perlu diimbangi dengan perilaku pengemudi yang disiplin dan aman. “Kondisi fisik dan kendaraan perlu dipersiapkan sebelum berkendara. Manfaatkan rest area yang telah tersedia untuk berisitirahat bila perlu. Jaga jarak aman dan jangan ngebut melebihi batas maksimum kecepatan 100 km per jam, seperti tertulis di rambu,” pesan Wisnu.

Hal senada disarankan pebalap Rifat Sungkar dalam satu tayangan MetroTV terkait tol Cipali. Menurut Duta Safety Riding Indonesia dalam rangka mendukung kampanye FIA dan UNESCO untuk mengurangi kecelakaan lalu-lintas sampai dengan 50% pada tahun 2020 ini, manajemen waktu dalam berkendara di tol Cipali harus diberlakukan. Antara lain, memanfaatkan rest area yang ada, dengan sebaik-baiknya.

Rifat Sungkar, Duta Safety Riding Indonesia. (Foto: la-lights.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun