Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Waspada, Human Error Dominasi Penyebab Kecelakaan di Tol Cipali

7 Juli 2015   20:56 Diperbarui: 7 Juli 2015   20:56 5688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagi, kecelakaan maut terjadi di jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Kejadiannya pada Senin, 6 Juli 2015, sore hari sekitar pukul 16.30 wib. Kejadian ini menimpa kendaraan minibus Daihatsu tipe Gran Max dengan nomor polisi E 1720 NF, yang menabrak dari belakang truk tanki bermuatan semen cair. Truk dengan nomor polisi B 9427 UFU ini, sedang dalam kondisi berhenti darurat di bahu tol, tepatnya di kilometer (KM) 178+800, arah dari Cikopo menuju Palimanan (jalur A). Truk semen yang dikemudikan Syafriudin memang sedang berhenti, lantaran mengalami kerusakan.

Akibat menabrak dari belakang ini, Gran Max terpental ke median jalan tol, dan terbakar. Kecelakaan ini merenggut tujuh nyawa sekaligus, sedangkan lima lainnya luka berat. Seluruhnya berasal dari supir dan penumpang Gran Max. Seluruh korban dibawa ke RS Arjawinangun dan RS Mitra Plumbon, Cirebon.

Kepala Unit Patroli Jalan Raya (PJR) tol Cipali Ditlantas Polda Jawa Barat, AKP M Taufik mengatakan, penyebab kecelakaan masih diselidiki, meski dugaan sementara, kecelakaan terjadi akibat kelalaian manusia atau faktor human error.

Kecelakaan lalu-lintas ini makin menambah panjang daftar kecelakaan di tolCipali. Seperti yang terjadi pada Minggu, 5 Juli 2015, pada pukul 00.10 wib atau lewat tengah malam. Kejadiannya di KM 151 dari arah Palimanan menuju Cikopo (jalur B), tepatnya masuk wilayah Kabupaten Majalengka. Satu minibus Isuzu Panther bernomor polisi R 8683 BE menabrak bagian belakang truk yang tengah berhenti di bahu tol.

Kecelakaan maut di KM 176 tol Cipali arah Palimanan, terjadi pada Senin, 6 Juli 2015. (Foto: kompas.com)

Menurut Kasat Lantas Polres Majalengka, AKP Rezky S Dewanto, dua orang meninggal dunia, dua orang luka berat, dan seorang luka ringan. Seluruhnya, merupakan supir dan penumpang Panther. Korban tewas dan luka ringan dibawa ke RSUD Cideres, Majalengka, dan yang mengalami luka berat dikirim ke RS Mitra Plumbon, Cirebon.

Faktor Penyebab Kecelakaan

Menurut catatan, sejak 14 Juni hingga 29 Juni 2015 saja, telah terjadi 37 kecelakaan di tol Cipali. “Ada 13 kecelakaan di jalur A, atau ruas dari Cikopo menuju Palimanan. Dan, 24 kecelakaan di ruas tol sebaliknya. Kecelakaan tersebut mengakibatkan 3 orang meninggal dunia, 4 luka berat, dan 32 luka ringan,” jelas Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Mabes Polri Irjen Pol Putut Eko Bayuseno, dalam acara Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Angkutan Lebaran Terpadu, di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa, 30 Juni kemarin.

Dari 37 kecelakaan tersebut, lanjut Putut, ada 20 kejadian yang disebabkan karena pengemudi mengantuk, 8 kecelakaan karena pengemudi terlalu ngebut, dan 9 kejadian lain akibat pengemudi menabrak celeng atau babi hutan.

Sementara itu, tvOne menambahkan dugaan faktor penyebab terjadinya kecelakaan, sekaligus kekurangan yang masih menonjol di tol Cipali. Siaran Apa Kabar Indonesia Malam, edisi Senin, 6 Juli 2015 misalnya, sang presenter menayangkan peristiwa aktual tentang minibus Daihatsu Gran Max yang menabrak truk tanki bermuatan semen cair. Selain mewawancarai pihak berwajib di lokasi kejadian, tvOne menayangkan juga sejumlah kekurangan yang dinilainya masih dijumpai di tol Cipali.

Hasil temuan Litbang tvOne terkait tol Cipali. (Foto: tvOne)

Kekurangan tol Cipali menurut Divisi Litbang tvOne, adalah:

  1. Minimnya tempat istirahat dan SPBU.
  2. Fasilitas toilet kurang.
  3. Jalan terlalu landai.
  4. Kurangnya marka dan penerangan jalan.
  5. Sebagian jalan belum diaspal.  

Tak hanya menayangkan lima kekurangan tol Cipali, tvOne juga membuat film kartun Kabar Bang One yang melakukan perjalanan di tol Cipali. Dalam film berdurasi pendek ini, Bang One diperlihatkan naik sedan berwarna merah. Sambil menikmati perjalanan, Bang One berujar, “Tol Cipali, Lurus, Mulus!!”

Selanjutnya, Bang One menyampaikan peringatannya. Yaitu, karena jalan tol Cipali lurus dan mulus, membuat pengemudi menginjak gas terus. “Padahal tol ini panjang sekali. Akibatnya, korban sudah mulai berjatuhan,” ujar Bang One.

Tak hanya ‘pandai’ memperingatkan, Bang One juga menyarankan agar pengemudi yang mengantuk, segera mempergunakan layanan rest area yang ada di tol Cipali. “Jadi, kalau terasa mengantuk, obatnya cuma satu, ya istirahat. Tidur pulas sejenak. Kalau badan sudah segar, baru jalan lagi. Pulang selamat, itu yang paling nikmat ‘kan?” begitu Bang One mengakhiri cerita tentang melaju di tol Cipali.

Kondisi jalan tol Cipali yang lurus dan mulus, cenderung membuat pengemudi menginjak gas terus, dan karena monoton jadi lekas mengantuk. (Foto: Gapey Sandy)

Tayangan Bang One yang mengingatkan pentingnya istirahat sejenak di rest area apabila pengemudi mengantuk. (Foto: tvOne)

Apa yang dipaparkan tvOne tentang kekurangan di tol Cipali dengan tayangan kartun Kabar Bang One, sungguh bertolakbelakang. Yang satu mempersoalkan kekurangan infrastruktur dan fasilitas pelayanan, sedangkan lainnya (Bang One) justru menekankan pada aspek perilaku dan psikologi pengemudi bila berkendara di tol Cipali.

Memang, kedua hal saling bertalian dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan berkendara. Kelengkapan infrastruktur jelas sesuatu yang teramat perlu. Mulai dari rest area, SPBU, toilet, tempat beribadah, gerai makanan, hingga ketersediaan Automatic Teller Machine (ATM) untuk urusan keuangan. Belum lagi, lampu penerangan jalan, rambu dan marka jalan, pengerasan jalan, serta fasilitas pendukung lain, seperti mobil derek, ambulance, kesiagaan rumah sakit, petugas keamanan, gerbang ticketing dan lainnya. Tapi, semua itu tetap menjadi kurang berarti, apabila perilaku dan psikologi pengemudi tidak mendukung kenyamanan maupun keamanan selama di tol Cipali.

Beruntung, penulis bersama 50 Kompasianer alias blogger Kompasiana, dapat meninjau langsung tol Cipali, tepatnya pada Sabtu, 4 Juli 2015 kemarin. Acara Kompasiana Visit bertajuk Mudik Asyik Lewat Cipali ini hasil kerjasama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan pelaksana pembangunan jalan tol yakni PT Lintas Marga Sedaya (LMS). Dari Kementerian PUPR, berkesempatan hadir Kepala Biro Komunikasi Publik, Velix Wanggai, dan Kepala Sub Bidang Publikasi Biro Komunikasi Publik, Yunaldi.

Eksplorasi lapangan berawal dari mulai lepas dari tol Jakarta-Cikampek, lalu memasuki ruas tol Cipali. Sejak dari gerbang Cikopo, dilanjutkan dengan meninjau rest area tipe A dan B, menyaksikan kekokohan rancang bangun jembatan, simpang susun, termasuk melihat sendiri bagaimana wujud jadi Bukit Salam yang sengaja ‘dibelah’, dan tampilan sebongkah batu raksasa yang dijuluki Bleneng dan berada di pinggir jalan pada KM 182 (masuk wilayah Cirebon), hingga merasakan sensasi ketika akhirnya keluar di gerbang tol Palimanan. Masih ada lagi, diskusi dan tanya jawab mengenai pembangunan tol Cipali dan kesiapan melayani arus mudik dan balik 2015, yang berlangsung di PT LMS, Kantor Cabang Subang, Jawa Barat.

SPBU di rest area kedua dari arah Cikopo berada di KM 102 Subang. (Foto: Gapey Sandy)

Sebenarnya, apa yang disampaikan Litbang tvOne tentang kekurangan tol Cipali, sudah semakin dipenuhi oleh pengelola. Untuk rest area dan SPBU misalnya. Ada 8 rest area di tol Cipali. Empat berada di lokasi menuju Palimanan, yaitu di KM 86 (tipe B), rest area Subang KM 102 (tipe A, dilengkapi Pom Bensin), KM 131 (tipe B), dan rest area Majalengka KM 166 (tipe A, dilengkapi Pom Bensin).

Empat lagi di lokasi menuju Cikopo, yang berada di KM 86 (tipe B), rest area Subang KM 102 (tipe A, dilengkapi Pom Bensin), KM 131 (tipe B), dan rest area Majalengka di KM 166 (tipe A, dilengkapi Pom Bensin). Biasanya, untuk rest area tipe A disebut juga TIP atau Tempat Istirahat dan Pelayanan. Sedangkan tipe B, adalah TI alias Tempat Istirahat saja.

Menurut Wisnu Dewanto selaku Corporate Affair PT LMS, di rest area yang tidak dilengkapi SPBU, pihaknya tengah mengupayakan adanya mobile SPBU, dan penambahan fasilitas mobile toilet. Sedangkan untuk empat rest area tipe A yang dilengkapi SPBU, diharapkan pada H-7 Idul Fitri ini, semuanya sudah dapat beroperasi. “Untuk pengadaan mobile SPBU dan mobile toilet, semoga bisa direalisasikan karena traffic arus mudik benar-benar di luar batas normal, sehingga kami benar-benar berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pemudik,” jelasnya.

Wisnu juga menegaskan soal pemasangan rambu, marka, dan lampu penerang jalan. “Sesuai standar keselamatan jalan, LMS sudah memasang dan melengkapi rambu, marka, petunjuk, dan guardrail yang diperlukan. Lampu penerangan jalan, sesuai peraturan desain jalan tol antar kota, sudah terpasang di tujuh lokasi simpang susun, yaitu di Cikopo, Kalijati, Subang, Cikedung, Kertajati, Sumberjaya, dan Palimanan,” urainya didamping Suyitno, Kepala Cabang PT LMS wilayah Subang.

Spanduk besar bertuliskan “Ngebut = Maut” di tol Cipali. (Foto: Gapey Sandy)

Salah satu rambu peringatan untuk tidak mendahului kendaraan lain menggunakan jalur kiri di tol Cipali. (Foto: Gapey Sandy)

Selain itu, imbuh Wisnu, untuk mendukung fungsi lampu penerangan jalan, di sepanjang ruas Cipali juga sudah dipasang patok pengarah (guide post) yang reflektornya akan bersinar jika terkena lampu kendaraan, sehingga menambah keamanan berkendara di malam hari,” terangnya.

PT LMS juga telah menyiapkan sarana layanan lalu-lintas, mulai dari mobil Patroli Jalan Tol, mobil derek, mobil ambulance, mobil rescue, mobil Pembersihan TKP, dan mobil Patroli Jalan Raya. Adapun rumah sakit yang merupakan vendor dan rujukan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan adalah RS Siloam juga RS Thamrin di Purwakarta dan Cikopo, RSUD Subang di Subang, RSUD Cideres di Kertajati, dan RS Mitra juga RS Sumber Waras di Palimanan. (Selengkapnya, baca tulisan sebelumnya: Begini Kesiapan Tol Cipali Layani Pemudik)

Tol Terpanjang, dan Terbesar Fasilitas Pendanaannya

Ketika meresmikan tol Cipali, Sabtu, 13 Juli 2015, Presiden RI Joko Widodo memberi apresiasi kepada pelaksana pembangunan jalan tol yakni PT LMS, yang berhasil menyelesaikan pembangunan lebih cepat dari yang target waktunya. “Saya memberi apresiasi yang besar terhadap pelaksana jalan tol ini karena saya minta sebelum Lebaran selesai, ternyata sebelum bulan puasa sudah jadi,” ujar Jokowi.

Meski demikian, Presiden menyampaikan permintaan lain, yaitu meminta agar para pedagang yang berada di non tol Pantura agar disediakan tempat untuk berdagang di rest area tol Cipali. “Misalnya seperti pedagang buah, warung-warung makan, agar ditempatkan di rest area, dan ini juga akan saya cek nantinya,” tegas Presiden.

Permintaan Presiden ini jelas memberi angin segar, khususnya kepada para pedagang di sepanjang jalan non tol Pantura, yang dikhawatirkan terkena imbas ekonomi akibat kehadiran tol Cipali. Kondisi jalur Pantura yang senantiasa padat memang membawa berkah tersendiri bagi para pedagang. Kini, dengan kehadiran tol Cipali, kendaraan yang menuju Pantura dapat lebih memangkas waktu dan menghemat biaya operasional, dengan melintasi tol terpanjang di Indonesia ini.

Lampu penerangan jalan dan salah satu rest area tipe B di tol Cipali yang memang tidak tersedia SPBU, tetapi untuk melayani arus mudik dan balik akan disiapkan mobile SPBU. (Foto: Gapey Sandy)

Rest area di KM 164 dari arah Palimanan semakin berbenah. (Foto: Gapey Sandy)

Pembangunan tol Cipali sepanjang 116,75 km dibiayai dengan skema Private Public Partnership (PPP). Yaitu, kerjasama Pemerintah dengan swasta yang bertujuan meningkatkan kapasitas jaringan jalan, sekaligus mendorong pengembangan kawasan pendukung di wilayah Jawa Barat. Pembangunan tol Cipali dilakukan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR yang menetapkan PT LMS sebagai Principle. Pemegang saham PT LMS adalah PLUS Expressways International Berhad (55%) dan PT Baskhara Utama Sedaya (45%).

Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (Concession Agreement) dengan BPJT Kementerian PUPR ditandatangani pada 21 Juli 2006. Amandemen Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol di-teken pada 27 Oktober 2011. Masa konsesi tol Cipali, hingga 20141. Dengan panjang 116,75 km, tol Cipali memiliki total 99 jembatan, atau rata-rata satu jembatan di setiap 1,2 km. Terdiri dari 29 unit Under Bridge (UB), dan 90 unit Over Bridge (OB). Sedangkan jumlah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah 17 unit. Utamanya jembatan-jembatan ini adalah sebagai perlintasan jalan-jalan provinsi, nasional, kabupaten, bahkan jalan-jalan desa.

Dalam konstruksi pembangunannya, tol Cipali memiliki perlintasan sebanyak total 558 unit, dengan 205 box culvert, dan 353 pipa beton bertulang (RC Pipe) dengan diameter lebih dari 1 meter, atau sama dengan rata-rata satu perlintasan pada setiap 200 meter. Jumlah lajur tol Cipali saat ini 2x2 (pada tahap awal), dan menjadi 2x3 pada tahap berikutnya, dengan pelebaran jalan ke arah median.

Salah satu jembatan yang ada di tol Cipali melintasi sungai dengan pemandangan aktivitas para penambang pasir. (Foto: Gapey Sandy)

Aktivitas para penambang pasir di sungai. (Foto: Gapey Sandy)

Selain menjadi tol terpanjang di Indonesia, tol Cipali juga merupakan proyek jalan tol dengan fasilitas pendanaan terbesar di Indonesia (Rp 12,5 triliun), dengan melibatkan 22 bank dan institusi finansial yang berpartisipasi dalam sindikasi perbankan yang dipimpin Bank BCA dan Bank DKI.

Mengapa Ada Ruas Beton dan Aspal di Tol Cipali?

Perlu diketahui, ketika dua bus rombongan Kompasianer---yang senantiasa dikawal kendaraan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR)---melaju di tol Cipali, ruas jalan beraspal baru mulai nampak pada KM 105 hingga KM 133. Selebihnya, ruas jalan dengan konstruksi beton. Memang, tol Cipali ini memiliki flexible pavement atau perkerasan fleksibel dengan aspal sepanjang 53,9 km. Sedangkan rigid pavement atau perkerasan kaku dengan beton adalah 62,8 km.

Menurut Wisnu, perkerasan beton sebenarnya lebih menjadi pilihan untuk diterapkan. “Sebenarnya kami lebih prefer atau lebih memilih perkerasan beton karena dari perhitungan life cycle cost---atau perhitungan dimana kita menghitung initial investment dan periodic maintenance yang dilakukan selama umur rencana---, secara life cycle cost, perkerasan rigid atau beton lebih ekonomis dibandingkan dengan perkerasan aspal. Itu juga di negara-negara maju juga lebih memilih perkerasan rigid atau beton,” jelasnya.

Tetapi pada praktiknya, lanjut Wisnu, kenapa tetap ada ruas jalan tol Cipali yang mempergunakan perkerasan flexible atau aspal?

“Seperti kita tahu, aspal adalah turunan dari minyak bumi, sehingga sangat berpengaruh terhadap fluktuasi harga. Ini juga salah satu alasan mengapa kami tidak begitu tertarik untuk mempergunakan perkerasan aspal. Tapi, di beberapa area, berdasarkan hasil soiling investigation, kami menemukan bahwa ada daerah-daerah yang memiliki tanah tidak ideal, ada yang soft soil dan expansive soil. Dimana tanah-tanah itu, ketika musim panas seperti sekarang ini menjadi sangat keras, tapi ketika terkena air menjadi hancur seperti bubur. Nah, pada tanah-tanah yang tidak ideal seperti ini kami lakukan treatment. Tanahnya kami potong, kami kupas, dan kami ganti dengan tanah yang lebih baik. Kami lapisi dengan tanah lempung, barulah kemudian kami beri perkerasan flexible atau aspal,” jelas Wisnu.

Nampak dalam gambar, ruas jalan tol Cipali terdiri dari dua perkerasan yaitu perkerasan frigid (beton) dan flexible (aspal). (Foto: Gapey Sandy)

Dari kiri ke kanan: Velix Wanggai (Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR), Pepih Nugraha (COO Kompasiana), dan Wisnu Dewanto (Corporate Affair PT Lintas Marga Sedaya). (Foto: Gapey Sandy)

Kalaupun pilihannya tetap mempergunakan perkerasan aspal pada area yang memiliki tanah tidak ideal, imbuh Wisnu, alasannya karena memperhitungkan, seandainya terjadi kerusakan, karena area tersebut berada di atas tanah yang kurang ideal, maka waktu yang diperlukan untuk memperbaiki jalan jauh lebih singkat bila dibandingkan mempergunakan perkerasan beton. “Untuk melakukan perbaikan jalan yang perkerasan aspal, tentu harus menutup lajur jalan, yang berdampak pada merugikan pengguna jalan, sehingga akan jauh lebih singkat pengerjaan perbaikannya bila dibandingkan dengan mempergunakan konstruksi perkerasan rigid atau beton,” urai Wisnu ketika menyampaikan paparan di Kantor LMS Cabang Subang.

Di kantor cabang Subang ini, terdapat Traffic Monitoring Center (TMC) yang sudah berfungsi, sekaligus menjadi pusat radio komunikasi para petugas, juga call center tol Cipali yang dapat dihubungi melalui nomor hotline: 0260-7600.600. “Di ruang TMC ini, nantinya akan ada 20 layar monitor yang terhubung dengan kamera CCTV yang ditempatkan di banyak titik di tol Cipali, salah satunya ada di daerah Sumberjaya, yang tadi kita lihat sedang dilakukan aktivasi CCTV-nya,” ujar Wisnu.

Rifat Sungkar Berbagi Tips Berkendara di Tol Cipali

Nah, setelah mengetahui bagaimana profil, kelengkapan, dan kesiapan tol Cipali melayani pemudik, kini salah satu persoalan utama lainnya adalah, perilaku dan psikologi pengemudi itu sendiri. Untuk hal ini, Wisnu berpesan, kondisi jalan tol Cipali yang mulus dan cenderung lurus, serta perambuan dan fasilitas yang lengkap, tetap perlu diimbangi dengan perilaku pengemudi yang disiplin dan aman. “Kondisi fisik dan kendaraan perlu dipersiapkan sebelum berkendara. Manfaatkan rest area yang telah tersedia untuk berisitirahat bila perlu. Jaga jarak aman dan jangan ngebut melebihi batas maksimum kecepatan 100 km per jam, seperti tertulis di rambu,” pesan Wisnu.

Hal senada disarankan pebalap Rifat Sungkar dalam satu tayangan MetroTV terkait tol Cipali. Menurut Duta Safety Riding Indonesia dalam rangka mendukung kampanye FIA dan UNESCO untuk mengurangi kecelakaan lalu-lintas sampai dengan 50% pada tahun 2020 ini, manajemen waktu dalam berkendara di tol Cipali harus diberlakukan. Antara lain, memanfaatkan rest area yang ada, dengan sebaik-baiknya.

Rifat Sungkar, Duta Safety Riding Indonesia. (Foto: la-lights.com)

“Dengan time management yang baik, kita didalam perjalanan tidak merasa tergesa-gesa. Dan tanpa merasa tergesa-gesa, maka secara otomatis kita akan menurunkan tingkat resiko kita selama perjalanan. Dalam rangka menikmati perjalanan, di jalan tol Cipali ini ada delapan rest area, dan empat SPBU yang tersedia. Sebagai manusia biasa, tentunya kita punya keterbatasan terhadap fisik. Karenanya saya menyarankan, setiap dua sampai tiga jam sekali, manfaatkanlah fasilitas rest area yang ada di jalan tol. Ketika ingin beribadah, makan, dan isi bensin, semua ada di rest area. Satu hal lagi, psikologi pengemudi akan terganggu ketika melihat bahwa jarum penunjuk bensin ada di bawah. Saya menyarankan agar jarum itu lebih dari tiga perempat karena itu akan sangat membantu pengendara merasa nyaman selama perjalanan,” jelas Rifat.

Kata Rifat lagi, tol Cipali memang memperpendek jarak, memangkas waktu, dan menghemat biaya bagi pengendara yang menuju ke arah Pantura. Teknologi hebat dipergunakan untuk membangunnya, termasuk membelah bukit.

“Jalan tol Cipali dikenal sebagai tol paling panjang yang ada di Indonesia dengan sepanjang 116 km. Namun dengan pembangunannya banyak teknologi-teknologi yang dipakai demi kemudahan para penggunanya. Salah satu hal yang membuat jalan tol ini berjarak lebih pendek dibandingkan dengan jarak aslinya adalah pemakaian teknologi pembangunan jembatan yang menghubungkan berbagai kontur tanah yang ada di sekitar. Kemudian, kontraktornya juga berpikir untuk membelah bukit, agar jaraknya lebih pendek lagi. Salah satu teknologi yang dipakai adalah dengan menahan bukit tersebut agar bisa dibelah tengahnya untuk dibuat jalan tol,” urai Rifat.

Rambu lalu-lintas dari arah gerbang Palimanan, dengan latarbelakang pemandangan hamparan sawah menghijau dengan pegunungan di kejauhan. (Foto: Gapey Sandy)

Tipsnya, tambah Rifat, tol Cipali ini baru, jalanannya juga ada di tengah-tengah lahan terbuka. “Konsekuensinya, banyak sekali hembusan angin yang tidak bisa terdeteksi dari mana arah datangnya. Semakin tinggi kendaraan, semakin waspada melaju. Karena, hentakan angin dari samping atau cross wind bisa berbahaya sekali ketika mengemudi. Selalu waspada, fokus ke depan. Insya Allah selamat sampai tujuan, dan selamat menikmati perjalanan di tol Cipali,” tutur Rifat yang pada 2013 mengikuti Rally America – Fastron World Rally Team di Oregon Trail Rally, dan New England Forest Rally, dengan prestasi masing-masing meraih juara ketiga.

Rifat memahami, ada dua jenis karakter permukaan jalan di tol Cipali, yakni semen atau beton, dan aspal. “Ini adalah dua karakter yang berbeda. Ketika kita melintas di jalan beton, tentu noise-nya lebih tinggi, jalanan lebih bumpy dan pengemudi selalu aware. Tapi ketika masuk di jalan yang beraspal, maka jalannya jauh lebih smooth, noise rendah, dan sangat nyaman didalam kendaraan,” terangnya.

Rifat juga mengatakan, sebanyak 70% kecelakaan yang terjadi di tol Cipali adalah kecelakaan tunggal, yang disebabkan karena kelalaian driver. “Kelalaian ini disebabkan juga, mungkin karena jalan yang terlalu baik, sehingga driver lengah. Mungkin juga karena jalanan yang terlalu smooth, sehingga menimbulkan kantuk, atau karena alasan kelalaian lainnya. Selain itu, yang juga harus diperhatikan adalah, karena jalan yang mulus dan lebih smooth, maka membuat orang jadi memacu kendaraan lebih kencang. Atau, melebihi batas minimum kecepatan yang dianjurkan yakni 60 km per jam, dan maksimum 100 km per jam. Ini yang harus sangat, sangat diperhatikan!” tegas Rifat.

Gerbang tol Palimanan. (Foto: Gapey Sandy)

Nah, dengan kondisi tol Cipali yang baru dan bagus, perilaku pengemudi juga harus seiring sejalan. Berperilaku mengemudi yang aman, memanfaatkan rest area sebaik-baiknya, dan tidak melebihi batas kecepatan maksimum. Bukankah keselamatan adalah hal utama.

 

* * * *

 

Ket: Foto#1 Ruas tol Cipali yang membelah Bukit Salam, Cirebon. (Foto: Gapey Sandy)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun