Selain pembibitan pohon bakau, ketika memasuki area TWA Angke Kapuk---yang terletak di sisi kompleks Yayasan Bunda Tzu Chi Indonesia di Jalan Pantai Indah Kapuk Boulevard---, pengunjung dapat terlebih dahulu menyaksikan beberapa jenis pohon bakau.
Misalnya, Bakau Merah atau yang biasa disebut Slindur, dan Tongke Besar. Nama latinnya adalah Rhizophora Stylosa Griff. Bakau jenis ini sangat umum dijumpai karena mempunyai penyebaran yang sangat luas. Mangrove dengan akar tongkat ber-lentisel untuk bernapas ini tingginya dapat mencapai 20 meter.
Beruntung, pengelola TWA Mangrove menyediakan papan informasi mengenai jenis-jenis bakau berikut cirinya. Dengan begitu, saya bisa mencatat jenis bakau berikutnya yaitu Rhizophora Mucronata Lam. Biasanya, disebut juga dengan Bakau Besar atau Bakau Genjah. Hebatnya, bakau ini bisa mencapai setinggi 25 meter.
Ada lagi, yang biasa disebut Tancang, Timur, atau Lindur. Nama latinnya adalah Bruguiera Gymnorrhiza. Bakau ini memiliki akar lutut dan muncul di permukaan tanah. Bila dalam kondisi baik, bakau yang bunganya merah, dengan buahnya yang hijau, memanjang ramping ini, dapat mencapai tinggi 25 hingga 35 meter.
Sedangkan Avicennia Alba Blume dan A Marina, atau biasa dikenal dengan Api-Api, memiliki daun pada sisi atas berwarna hijau muda, sedangkan bawahnya abu-abu keperakan. Bunganya kecil berwarna Oranye, buahnya bulat agak berbulu dengan panjang sekitar 2,5 – 4 cm, berwarna kuning kehijauan. Akarnya berbentuk cakar ayam ber-pneumatofora untuk bernapas. Tinggi A Alba bisa mencapai 15 meter, dan A Marina lebih pendek, 12 meter.
Meski demikian, jangan anggap penanaman bibit pohon bakau di sini adalah gratis. Untuk setiap satu batang bibit pohon bakau yang akan ditanam, pengunjung dikenakan biaya Rp 150 ribu. Itulah mengapa, umumnya yang melakukan penanaman bibit pohon bakau kebanyakan adalah dari pihak korporat, baik swasta maupun pelat merah. Nah kelak, di kemudian hari, apabila pihak korporat atau institusi tadi hendak mengenang kembali masa-masa penanaman bibit pohon bakau yang pernah dilakukan, mereka dapat kembali menanam pohon bakau. Penanaman yang dilakukan untuk mengenang kembali itu dinamakan penanaman nostalgia, dimana tarifnya adalah Rp 500 ribu, dan berhak memperoleh papan nama informasi yang representatif.
Penanaman bibit pohon bakau yang melibatkan seluruh unsur masyarakat seperti ini tentu sangat menggembirakan. Apalagi, seperti dinyatakan hutanmangrovejakarta.com, Indonesia memiliki potensi mangrove terluas di dunia. Sekitar 18 juta hektar lahan mangrove di dunia, seperempatnya atau 4,5 juta hektarnya adalah milik Indonesia. Ironisnya, dari tahun ke tahun, luas hutan mangrove Indonesia semakin susut. Akibatnya, erosi pantai meningkat, habitat alami rusak, dan ekosistem flora fauna dan biota tertentu terancam punah.
Untuk Jakarta sendiri, berapa luas kawasan mangrove-nya?
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.667/Kpts-II/1995, luas kawasan mangrove di ibukota mencapai 327,70 hektar. Semuanya, tersebar mulai dari Hutan Lindung Angke Kapuk (44,76 hektar), Suaka Margasatwa Muara Angke (25,02 hektar), Hutan Wisata Kamal Muara (99,82 hektar), Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo ( 95,50 hektar), Kebun Pembibitan atau Arboretum Mangrove (10,51 hektar), Cengkareng Drain (28,39 hektar), hingga Transmisi PLN seluas 23,70 hektar.