Mohon tunggu...
Gan Pradana
Gan Pradana Mohon Tunggu... Dosen - Hobi menulis dan berminat di dunia politik

Saya orang Indonesia yang mencoba menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kasih Ibu: Kawal Masinton dari Tindakan Tercela

5 Februari 2016   13:52 Diperbarui: 5 Februari 2016   14:23 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MASINTON Pasaribu, anggota DPR dari PDIP yang vokal itu tersandung (bukan batu), tapi perempuan. Ia harus berurusan dengan polisi gara-gara “menganiaya” Dita Aditia Ismawati, staf ahlinya di DPR.

Tapi, posisinya di DPR diperkirakan bakal aman-aman saja – meski ada yang berniat melaporkan ke MKD – setelah ia mendapat perlindungan dari si ibu. Di mata sang ibu (Megawati Soekarnoputri), Masinton tampaknya anak kesayangan.

Maklumlah, dari sekian banyak anggota DPR asal PDIP, Masinton-lah yang berani bicara lantang di DPR, sementara yang lain melempen melebihi kerupuk tersiram kuah sayur.

Nama Masinton mencuat ke permukaan setelah dia bercuap-cuap di Komisi III DPR saat komisi tersebut – ia menjadi anggota di komisi itu -- mengadakan rapat kerja dengan Kejaksaan Agung dan ikut-ikutan “mengadili” sang Jaksa Agung Prasetyo. Di forum itu, Masinton menyebut bahwa dalam kasus Freeport dan Mobile 88 ada pertarungan geng antara Surya Paloh dan Hari Tanoesoedibyo.

Nah, gara-gara itu, citra Fraksi PDIP semakin terdongkrak setelah Si Oneng juga di DPR lewat Pansus ngompor-ngompori agar Presiden Jokowi mencopot  Rini Soemarno yang menjabat menteri BUMN. Bahwa tindakan Si Oneng melanggar konstitusi, apakah sesuai dengan aturan main, buat PDIP, urusan belakangan.

Ah, sayang, Masinton tersandung perempuan. Meskipun ia membantah, berita di luar sudah terlanjur tersebar bahwa Masinton temperamental dan ringan tangan (baca: suka nggebuk orang). Kali ini yang digebuk (masih berdasarkan berita di banyak media), bukannya lelaki kekar, tapi seorang perempuan yang seharusnya dilindungi. Begitu kuatnya pukulan jab Masinton hingga mata kanan Dita bonyok.

Karena Masinton berstatus anggota DPR, dari PDIP pula, maka wajar jika kasus kriminal itu oleh PDIP kalau bisa diselesaikan lewat ranah politik. Maka sangat bisa dipahami jika Ketua Umum PDIP Megawati sebagaimana pengakuan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Trimedya Panjaitan, menginstruksikan  kepada  Fraksi PDIP agar  mengawal kasus Masinton.

Banyak orang menafsirkan bahwa “mengawal” yang dimaksud Megawati adalah jangan sampai status Masintoon berubah dari politisi menjadi pelaku kriminal, jangan pula kasus Masinton jadi agenda persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan bernasib seperti Setya Novanto. Konkretnya,  Masinton harus tetap berstatus “yang mulia”. Jangan sampai berstatus “yang tercela”.

Maklum, masa lalu Masinton sebelum menjadi anggota DPR memang bercita-cita menjadi politikus “yang mulia”.

“Jika dipercaya rakyat menjadi anggota legislatif DPR RI, maka saya akan melanjutkan perjuangan bersama rakyat yang selama ini sudah saya lakukan dari luar parlemen. Tetap merakyat, serta membangun tradisi politik baru; bertanggung jawab dan antikorupsi,”  ujar Masinton sebelum menjadi anggota DPR sebagaimana dikutip dukungcalegbersih.org.

Masih menurut situs tersebut,  Masinton lahir dari keluarga sederhana. Sejak kecil mulai dari bangku sekolah dasar,  lelaki ini sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan mandiri. Keseharian Masinton sejak kecil adalah belajar, bermain dan membantu orang tua. Usai pulang dari sekolah Masinton berjualan keliling hingga membantu orang tuanya berkebun di tanah sepetak yang dikelola orang tuanya dengan bertanam sayuran.

Setelah lulus SMA, Masinton tidak bisa langsung mengenyam bangku kuliah karena keterbatasan ekonomi orang tuanya. Keadaan orang tuanya yang tidak mampu melanjutkan Masinton kuliah di perguruan tinggi tidak membuatnya kecil hati, karena dia tahu dan sadar diri dengan kondisi perekonomian orang tuanya. Kurang lebih selama dua tahun Masinton bekerja menjadi buruh harian lepas di pelabuhan Belawan, Medan.

Di saat ada lowongan pekerjaan buruh pabrik baja di Medan, Masinton ikut melamar. Menjadi buruh pabrik dia geluti selama hampir setahun, akhirnya diberhentikan karena memprotes perusahaan yang memperlakukan buruh dengan semena-mena.

Setelah berhenti bekerja sebagai buruh di pabrik,  Masinton pindah ke Jakarta. Di kota ini, Masinton bekerja sambil melanjutkan cita-citanya bisa kuliah di perguruan tinggi. Di sela-sela kesibukannya bekerja dan kuliah, Masinton selalu menyisihkan waktunya dalam aktivitas organisasi dan pergerakan mahasiswa.

“Sejak kecil saya diajarkan prihatin, peduli dan toleran terhadap perbedaan, karenanya bagi saya politik adalah perjuangan dan pengabdian sepenuh-penuhnya untuk rakyat, memperjuangkan perbedaan dan membebaskan yang lemah,”  tegas Masinton sebagaimana tertulis di situs tersebut.

Sayang, belum sempat dua tahun menjadi anggota DPR,  Masinton lupa dengan kata-katanya “membebaskan yang lemah.”  Ah, atau dia berasumsi perempuan seperti Dita adalah wanita perkasa, sehingga pantas diperlakukan layaknya preman, sampai-sampai Megawati pun lupa membela kaumnya dan mengeluarkan maklumat Masinton harus dibela.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun