MASINTON Pasaribu, anggota DPR dari PDIP yang vokal itu tersandung (bukan batu), tapi perempuan. Ia harus berurusan dengan polisi gara-gara “menganiaya” Dita Aditia Ismawati, staf ahlinya di DPR.
Tapi, posisinya di DPR diperkirakan bakal aman-aman saja – meski ada yang berniat melaporkan ke MKD – setelah ia mendapat perlindungan dari si ibu. Di mata sang ibu (Megawati Soekarnoputri), Masinton tampaknya anak kesayangan.
Maklumlah, dari sekian banyak anggota DPR asal PDIP, Masinton-lah yang berani bicara lantang di DPR, sementara yang lain melempen melebihi kerupuk tersiram kuah sayur.
Nama Masinton mencuat ke permukaan setelah dia bercuap-cuap di Komisi III DPR saat komisi tersebut – ia menjadi anggota di komisi itu -- mengadakan rapat kerja dengan Kejaksaan Agung dan ikut-ikutan “mengadili” sang Jaksa Agung Prasetyo. Di forum itu, Masinton menyebut bahwa dalam kasus Freeport dan Mobile 88 ada pertarungan geng antara Surya Paloh dan Hari Tanoesoedibyo.
Nah, gara-gara itu, citra Fraksi PDIP semakin terdongkrak setelah Si Oneng juga di DPR lewat Pansus ngompor-ngompori agar Presiden Jokowi mencopot Rini Soemarno yang menjabat menteri BUMN. Bahwa tindakan Si Oneng melanggar konstitusi, apakah sesuai dengan aturan main, buat PDIP, urusan belakangan.
Ah, sayang, Masinton tersandung perempuan. Meskipun ia membantah, berita di luar sudah terlanjur tersebar bahwa Masinton temperamental dan ringan tangan (baca: suka nggebuk orang). Kali ini yang digebuk (masih berdasarkan berita di banyak media), bukannya lelaki kekar, tapi seorang perempuan yang seharusnya dilindungi. Begitu kuatnya pukulan jab Masinton hingga mata kanan Dita bonyok.
Karena Masinton berstatus anggota DPR, dari PDIP pula, maka wajar jika kasus kriminal itu oleh PDIP kalau bisa diselesaikan lewat ranah politik. Maka sangat bisa dipahami jika Ketua Umum PDIP Megawati sebagaimana pengakuan Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Trimedya Panjaitan, menginstruksikan kepada Fraksi PDIP agar mengawal kasus Masinton.
Banyak orang menafsirkan bahwa “mengawal” yang dimaksud Megawati adalah jangan sampai status Masintoon berubah dari politisi menjadi pelaku kriminal, jangan pula kasus Masinton jadi agenda persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dan bernasib seperti Setya Novanto. Konkretnya, Masinton harus tetap berstatus “yang mulia”. Jangan sampai berstatus “yang tercela”.
Maklum, masa lalu Masinton sebelum menjadi anggota DPR memang bercita-cita menjadi politikus “yang mulia”.
“Jika dipercaya rakyat menjadi anggota legislatif DPR RI, maka saya akan melanjutkan perjuangan bersama rakyat yang selama ini sudah saya lakukan dari luar parlemen. Tetap merakyat, serta membangun tradisi politik baru; bertanggung jawab dan antikorupsi,” ujar Masinton sebelum menjadi anggota DPR sebagaimana dikutip dukungcalegbersih.org.
Masih menurut situs tersebut, Masinton lahir dari keluarga sederhana. Sejak kecil mulai dari bangku sekolah dasar, lelaki ini sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan mandiri. Keseharian Masinton sejak kecil adalah belajar, bermain dan membantu orang tua. Usai pulang dari sekolah Masinton berjualan keliling hingga membantu orang tuanya berkebun di tanah sepetak yang dikelola orang tuanya dengan bertanam sayuran.