Mohon tunggu...
Gani Sipayung
Gani Sipayung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirasawasta

Desain Grafis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ualu Turpuk Keturunan Raja Silahi Sabungan : Makna Historis Budaya

3 Juli 2024   00:37 Diperbarui: 20 Desember 2024   16:22 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Majalah Holong

Gani Sipayung [2024] :  Ualu Turpuk adalah buah kearipan Lokal dan Budaya Silahi Sabungan. Silahi Sabungan ialah tokoh legendaris yang berasal dari dataran tinggi Toba, Balige, dan yang kemudian mendiami pesisir tao Silalahi, di Silalahi Nabolak, sekarang masuk dalam teritorial Kabupaten Dairi. Dalam catatan Tumaras (TUgu Makam Raja Silahi Sabungan) karya tulisan Jabangsa Sihaloho, B.A. (2000), Silahi Sabunagan bersama Sipaettua dan Siraja Oloan, ketiganya adalah adik dari Sibagot Nipohan di Lumban Gorat (Balige). Tiga bersaudara ini sepakat pergi meninggalkan negeri leleuhur mereka Balige dan merantau mencari daerah yang mereka anggap cocok untuk didiami. Dari berbagai sumber catatan, Sipaettua memeiliah tinggal mendiami di daerah Laguboti sekarang, Siraja Oloan memeilih tinggal dan mendiami daerah Pangururan dan kemudian ke Bakkara, sementara Silahi Sabungan memeilih tinggal dan mendiami daerah dan dinamainya Huta Lahi, yang dalam perkembangannya menjadi Silalahi, lalau menjadi Silalahi Nabolak, yang kini masuk dalam otonomi Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.

Keputusan dalam MUBES I maupun dalam MUBES II Pomparan Raja Silahi Sabungan menjadi momok yang meresahkan bagi kalangan yang kontra dengan keputusan MUBES ini. Terbukti dialam kelangan mereka masif dalam gerakan bawah tanah menyebar propaganda dan upaya lainnya. Kalangan ini merasa dirugikan dan beranggapan keputusan ini adalah sepihak dan mereka adalah korban, bahkan mereka juga walk-out dari MUBES. Memang keterbatasan literasi dan situs membuat seolah lemahnya validasi, namun sebaiknya dengan rasionalisasi ilmiah dan dengan pertimbangan fakta historis kultur budaya, ini semua jelas dan terang benderang.

Dalam tulisan Tumaras karya Jabangsa Sihaloho, B.A. (2000), diriwayatkan bahwa setelah Munas II yang dilakukan oleh Panitia Pembangunan Tugu Dan Makam Raja Silahi Sabungan (disingkat TUMARAS) di Silalahi Nabolak, Panitia yang diketuai oleh Bupati Dairi pada saai tu, Bpk. Kol. Victor Immanuel Silalahi, kemudian menugaskan Seksi Tarombo untuk membuatkan sebuah buku [literatur] untuk mendokumentasikan bunga rampai kegiatan pembangunan dan peresmian Tugu Dan Makam Raja Silahi Sabungan [buku Memori TUMARAS]. Tarombo Raja Silahi Sabungan telah tuntas disusun dan dilanjutkan dengan Peresmian Tugu dan Makam Raja Silahi Sabungan dalam PESTA TUGU DAN LUHUTAN BOLON POMPARAN RAJA SILAHI SABUNGAN ( Pesta Peresmian Tugu dan Pesta Kumpulan Besar Keturunan Raja Silahi Sabungan) di Silalahi Nabolak [1981]. 

Suka atau tidak suka, keputusan bersama telah diambil seluruh Raja-raja Turpuk dan semua Perwakilan Daerah Keturunan Raja Silahi Sabungan dalam Mubes, dan itu sebagai acuan bagi generasi muda saat ini. Penuh dinamika dan perjuangan yang panjang dan menguras tenaga maupun pikiran selama 14 Tahun [1967-1981], akhirnya Tarombo Raja Silahi Sabungan berhasil ditegakkan sampai hari ini. Dengan mengakomodir semua masukan dan pendapat dari berbagai pihak, komunikasi dan semangat yang tidak pantang menyerah, didasari dengan kesehatian demi sebuah tekad yang sama, Tugu dan Makam Raja Silahi Sabungan telah berdiri megah di Silalahi Nabolak sampai saat ini.

Silalahi Nabolak awalnya bernama Huta Lahi, sesuai dengan nama pemilik tanah/bius ini, Silahi Sabungan. Penambahan Raja didepan nama Silahi Sabungan [menjadi Raja Silahi Sabungan] adalah  yang disematkan sebagai gelar kehormatan [sering juga disebut Ompu Raja Silahi Sabungan] sebagai Raja Bius di Silalahi Nabolak.  Bius Silalahi Nabolak terbagi atas delapan sesuai jumlah anak-anak keturunan Silahi Sabungan, yaitu : Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan Tambun Raja, sebagai cikal bakal sebutan Ualu Turpuk atau Delapan Kelompok keturunan Raja Silahi Sabungan.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah UALU TURPUK adalah "penegasan" tentang Ualu atau Delapan anak-anak Raja Silahi Sabungan, sesuai dengan apa yang diabadikan pula dalam situs Poda Sagu-sagu Marlangan. Penegasan "Ualu Turpuk' bagi keturunan Raja Silahi Sabungan merujuk kepada tarombo keturunan Raja Silahi Sabungan, 2 Isteri dan 8 anak, sesuai dengan Poda/Uhum yang masih dipegang sakral oleh seluruh keturunan Raja Silahi Sabungan, yaitu Poda Sagu-sagu Marlangan. Selanjutnya, dalam permusyawarahan Pomparan Raja Silahi Sabungan seluruh Indonesia di negeri Silalahi, telah memutuskan Tarombo Raja Silahi Sabungan seperti yang saat ini diabadikan pada Tugu dan Makam Raja Silahi Sabungan. 

Menurut hemat saya, penegasan "Ualu Turpuk" keturunan Raja Silahi Sabungan menyiratkan makna konsistensi dan komitmen kepada warisan pendahulu melalui dekrit MUBES I maupaun MUBES II (1968) di Silalahi Nabolak, sekaligus sebagai jawaban atas keraguan dan penolakan keabsahan tarombo keturunan Raja Silahi Sabungan. di dunia maya, media sosial, marak beredar rekaya penyesatan dan kritik, bahkan menganggap kesepakatan dalam MUBES I dan MUBES II sebagai cacat. Berbagai pihak dengan berbagai upaya dan cara  memutarbalikkan fakta dan kontekstual.

Sumber : Majalah Holong
Sumber : Majalah Holong

Perbedaan pandangan dan pendapat mengenai Tarombo yang kembali mencuat kepermukaan dan kembali menyisakan polemik bahkan kontra bagi beberapa kalangan tertentu yang tidak bisa menerima keputusan Tarombo yang sudah diputuskan. Hanya dengan penuh hormat atas setiap pemikiran dan kerja keras semua pihak, dengan keyakinan bahwa kesehatian dan pikiran kepala dingin disertai roh kebersamaan telah membuahkan hasil yang patut disyukuri [terlepas dari para pihak yang tidak menerima atau kontra]. Jelas, bagi keturunan Raja Silahi Sabungan Ualu Turpuk, hal ini bukan ranah untuk menjadi persoalan di internal Ualu Turpuk. Tarombo Ualu Turpuk Pomparan Raja Silahi Sabungan sudah "clear" pada Mubes II 1968 di Silalahi Nabolak. Sepenggal kisah ini merupakan dinamika, dan keturunan Raja Silahi Sabungan Ualu Turpuk secara konsisten juga melakukan perhelatan tahunan [setiap tahun] sebagai peringatan pesta peresmian Pesta Tugu, kemudian disebut juga Pesta Budaya dan Luhutan Bolon Pomparan Raja Silahi Sabungan, Ualu Turpuk.

Tugu Makan Raja Silahi Sabungan mulai dikerjakan sejak tahun 1967, ditengah gejolak pro dan kontra, namun berkat semangat dan kegigihan disertai tekad bulat seluruh Raja-raja Turpuk di Silalahi Na Bolak bersama para tokoh keturunan Raja Silahi Sabungan dari berbagai perwakilan daerah, barulah secara resmi peletakan batu pertama pada tanggal 12 April 1969 oleh bupati Dairi di era itu, Bpk. Victor I. Silalahi, dan didapuk sebagai Ketua Umum Pembangunan Tugu Silahi Sabungan saat itu.  Perjalanan panjang dan penuh dinamika, pembangunan Tugu dan Makam Raja Silahi Sabungan akhirnya dapat dirampungkan dan diresmikan pada Tahun 1981, maka sejak itu setiap tahun diadakan perhelatan budaya dan tradisi Raja Silahi Sabungan oleh semua keturunannya dari berbagai daerah di nusantara bahkan dunia. Jauh sebelum peresmian Tugu dan Makam Raja Silahi Sabungan (disingkat : TUMARAS).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun