Pak Erte memandangi satu persatu warga yang memenuhi halaman rumahnya. Sudah sejak subuh mereka berkumpul disana untuk menyampaikan aspirasi. Kebanyakan warga yang berkumpul tersebut di dominasi oleh ibu-ibu. Kalau pun ada laki-lakinya, rata-rata dari mereka adalah suami dari ibu-ibu tersebut.
"Pokoknya saya sudah nggak tahan lagi Pak Erte!" Ujar bu Jaleha sambil berkacak pinggang.
"Betul Pak Erte!" Sambut suara ibu-ibu yang kontra dengan kegiatan fitness yang dilakukan Romlah .
"Kenapa nggak, tahan?"
"Waduuuh..., coba Pak Erte bayangin. Suami saya ini, Malemnya Udah dikasih jatah sekali. Eh, pas pagi-pagi liat si Romlah fitness, masak paginya minta jatah lagi. Emang nggak, gempor?" Sambung empok Mumun yang masih mengenakan daster.
"Iya Pak Erte. Apalagi laki Aye, nih... tiap pagi bukannya langsung berangkat kerja, tapi mampir dulu mantengin Romlah yang lagi fitness. Ujung-ujungnya balik lagi ke rumah dan ngajak gituan. Akhirnya berangkat kerjanya jadi telat!" Jamilah yang beranak lima enggak kalah sengit.
"Pokoknya kalau Pak Erte nggak ngambil tindakan, biar aye sendiri yang ngelabrak si Romlah!" Sambung empok Mumun.
"Saya juga...!"
"Saya juga...!"
"Ho..oh..."
Sahut ibu-ibu kompak.
"Sabar...jangan main hakim sendiri. Romlah fitness di teras kontrakkannya. Itu juga senamnya nggak pake ngajak suaminya ibu-ibu, kan?" Tanya Pak Erte pada ibu-ibu yang makin enggak sabaran.
"Emang dia nggak ngajakin suami kita untuk fitness Pak Erte. Tapi Romlah fitnessnya kan di teras. Sehingga semua orang bisa melihat. Coba Pak Erte bayangkan sendiri. Romlah dengan pakaian fitnessnya yang super ketat. Belum lagi gerakan fitnessnya itu. Aduuh...saya aja sampe geli-geli gimanaaa, gitu...!" cerocos mpok Mumun sambil bergidik.
Pak Erte lalu membayangkan Romlah seperti yang digambarkan oleh empok Mumun. Dengan Lekuk tubuhnya, gerakan pinggulnya, serta keringat yang menetes dari leher janda bohay nan aduhai yang menghuni kontrakkannya tersebut.
Tanpa disadari kening pak Erte ikut berkeringat. Padahal..., (suaminya budahal), nadahal..., (anaknya budahal dan padahal), hari masih pagi dan embun baru saja beranjak pergi. Sedangkan matahari belum lah meninggi. Jadi tidak ada alasan bagi Pak Erte untuk gerah dan berkeringat.
"Tuh, kan...Pak Erte aja sampe keringetan membayangkan Romlah yang lagi fitness. Apalagi laki saya yang melihat langsung..." Celetuk empok Mumun tiba-tiba.
Pak Erte jadi tersadar dan sedikit tengsin.
"Eh, Munce...! Pan elu yang dari tadi nyuruh gue ngebayangin. Terus, kalo gue berharap lebih dan sedikit berimajinasi, emang salah?" Semprot Pak Erte pada Mumun. Hihihi....
"Sudah! Sekarang semuanya pada bubar dan kembali ke rumahnya masing-masing. Masalah Romlah biar gue yang urus...!" Sambung Pak Erte.
Ibu-ibu itu pun satu persatu mulai meninggalkan rumah Pak Erte, sambil diikuti suaminya masing-masing.
Tinggallah Pak Erte yang mulai memikirkan permasalahan ibu-ibu yang resah, karena gairah suami mereka jadi meningkat setelah melihat Romlah fitness.
Sedangkan Pak Erte menjadi gelisah, karena melanjutkan imajinasinya tentang Romlah yang berpakaian ketat, dengan gerakan fitnessnya yang membuat ibu-ibu kampung pinggir kali menjadi resah. Hadeew....
***
"Ini yang salah siapa ya, Pak?"Tanya Pak Erte pada Pak Jumadi yang merupakan guru di salah satu SMA Negeri.
Pak Jumadi memperhatikan Pak Erte sebentar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Romlah yang tampak menunduk malu.
Ternyata Pak Erte sengaja mengajak Pak Jumadi menemui Romlah, untuk membantu menyelesaikan masalah yang telah membuat ibu-ibu resah.
"Begini Pak Erte dan Neng Romlah...." Kata Pak jumadi sambil memperbaiki letak duduknya.
"Kita tidak mencari siapa yang salah dalam masalah ini. Lebih baik kita mencari solusi agar ibu-ibu tidak menjadi resah dan Neng Romlah tetap bisa melakukan rutinitas fitnessnya" lanjut Pak Jumadi.
"Setuju...!" Celetuk Pak Erte.
"Iya Pak, aye juga setuju. Masak aye fitness kudu pake kebaya. Emangnya aye mau kondangan..." Romlah ikut buka suara.
Pak Jumadi lalu mengeluarkan Hape dari saku celananya. Raut wajahnya tampak serius, sambil sesekali menggeser layar hpnya.
"Berdasarkan cerita yang tadi Pak Erte sampaikan. Mudah-mudahan Saya bisa menemukan solusi dari artikel yang akan saya jelaskan berikut ini..." kata Pak Jumadi kemudian, sambil melihat ke layar ponselnya.
"Semua yang terjadi, ini semua disebabkan oleh Libido..."
"Oooh....berarti dia penyebanye. Kok selama ini gue enggak tahu kalo ada warga gue yang namanya begitu...Wah bener-bener nih, masak kagak laporan dulu sama gue...!" Celetuk Pak Erte.
Pak Jumadi melihat ke arah Pak Erte sambil tersenyum. Sementara Romlah menutup mulut sambil menahan tawanya. Kik..kik..kik...
"Pak Erte...libido itu bukan nama orang, tau...!" Romlah coba menjelaskan.
"Oooh...!" Pak Erte kembali memonyongkan mulutnya.
"Betul apa yang dikatakan Romlah, Pak Erte..."Sambung Pak Jumadi.
"libido adalah hasrat atau keinginan yang berhubungan dengan seksualitas seseorang. Libido sangat kompleks, berkaitan dan dipengaruhi oleh faktor biologi, psikologi dan sosial..." Pak Jumadi memberikan penjelasan.
Pak Erte manggut-manggut. Sementara Romlah menunduk dan tersipu.
"Nah, dalam kasus ini...Libido para suami dari ibu-ibu yang resah dipengaruhi oleh faktor sosial, yang kebetulan terjadi setelah melihat neng Romlah melakukan kegiatan fitnessnya. Maaf ya, neng..." lanjut Pak Jumadi sambil menganggukkn kepala ke arah Romlah.
Romlah membalas anggukan Pak Jumadi.
"Jadi saran saya, saat fitness... sebaiknya neng Romlah melakukannya di tempat khusus seperti fitness centre atau di dalam ruangan yang tidak dilihat oleh umum. Boleh saja di dalam rumah dan kalau pun terpaksa fitness di luar ruangan, sebaiknya memakai pakaian yang tidak terlalu vulgar..." kata Pak Jumadi.
"Wah, kalo Romlah fitness di dalam rumah. Gue kagak bisa lihat Romlah fitness, dong...!" Pak Erte keceplosan.
"Lho...emang Pak Erte sering lihat aye, fitness?" Tanya Romlah.
"Eh, anu..anu..."Pak Erte gelagapan
Rupa-rupanya, selama ini Pak Erte suka ngintip dari dalam rumahnya saat Romlah sedang fitness.
"Udah kita lanjutin aja..."potong Pak Jumadi, seperti mengerti saat melihat Pak Erte yang mulai salah tingkah.
"kira-kira neng Romlah setuju dengan saran saya?" Kata Pak Jumadi pada Romlah.
"Baiklah Pak, aye setuju..."jawab Romlah.
"Pak Erte, bagaimana...?" Tanya Pak Jumadi.
Pak Erte pura-pura budek sambil menyeruput kopi yang ada di hadapannya.
Karena tidak ada respon dari Pak Erte, Pak Jumadi pun melanjutkan perkataannya.
"Baiklah...kita anggap permasalahan fitnessnya neng Romlah selesai. Sekarang kita cari tahu kenapa suami dari ibu-ibu tersebut menjadi lebih bergairah setelah melihat neng Romlah fitness. Saya rasa Pak Erte yang lebih tahu. Betul kan Pak Erte...?"
Pak Erte terdiam sejenak. Lalu membayangkan sosok bu Jaleha yang bertubuh gembrot. Pak Erte juga membayangkan sosok Mpok Mumun yang saban hari pake daster dan kalau ngomong enggak pake titik sama koma.
Belum lagi Jamilah yang punya anak lima dan semuanya masih kecil-kecil. Boro-boro mau dandan. Kemana-kemana anaknya selalu ngintilin dan kadang kala kain yang dipakainya masih bau pesing, bekas ngompol anaknya.
Setelah beberapa lama terdiam. Akhirnya Pak Erte buka suara.
"Terima kasih Pak Jumadi atas solusinya. Sekarang Gue tahu mesti pegimana...." jawab Pak Erte.
"Baiklah Kalau begitu. Sekarang saya anggap semua masalah sudah selesai. Saya mau pamit pulang" kata Pak Jumadi.
" Gue juga mau pulang. Mari neng...makasih ya atas pengertiannya." Pak Erte pun bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kontrakkan Romlah bersama Pak Jumadi.
***
Pak Erte baru saja selesai memandikan ayam jago kesayangannya. Saat Mpok Mumun datang bersama ibu-ibu lainnya.
"Waduuh, ada masalah apalagi ini...?" Tanya Pak Erte saat melihat Jamilah yang mulai mewek.
"Hu..hu..hu, Pak Erte saya mau minta tolong. Suami saya mulai kumat lagi..." Kata Jamilah di antara isaknya.
"Suami aye juga, Pak Erte...!" Sambung Mpok Mumun.
"Saya juga...!"
"Saya juga...!"
"Ho...oh...!"
Sahut ibu-ibu lainnya kompak.
"Lha, bukannya sekarang Romlah sudah enggak pernah lagi fitness di teras kontrakkannya?" Tanya Pak Erte.
"Ini bukan gara-gara Romlah fitness Pak Erte..."Jawab Mpok Mumun.
"Iya, te...!" Sambung Bu Jaleha.
"Teruuus, masalahnya apaaa....?" Tanya Pak Erte dengan suara sedikit meninggi karena bingung.
"Semenjak Romlah enggak pernah fitness di teras rumahnya, suami-suami kita sekarang, jadi doyan nonton film BF...!" Jawab Jamilah masih sesenggukan.
Pak Erte memandangi wajah ibu-ibu tersebut satu persatu, sambil garuk-garuk kepala.
Pandangan Pak Erte pun berhenti pada Jamilah yang punya anak lima.
"Eh, Jamileh...! Sekarang gue mau nanya ame, elu. Apa perbedaan PILKADA sama PIL KB...?" Tanya Pak Erte pada Jamilah yang mulai mewek lagi.
Jamilah menyeka air matanya sebentar, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aye kagak tau, Pak Erte...!" Jawabnya kemudian.
"Kalau PILKADA, udah jadi, lupa...! Nah, kalau PIL KB, kalau lupa, Jadi...!" Kata Pak Erte lalu nyelonong masuk ke rumah, sambil menutup pintu.
Gubrak!
Selesai.
Salam Sendu.
Hiks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H