"Sabar...jangan main hakim sendiri. Romlah fitness di teras kontrakkannya. Itu juga senamnya nggak pake ngajak suaminya ibu-ibu, kan?" Tanya Pak Erte pada ibu-ibu yang makin enggak sabaran.
"Emang dia nggak ngajakin suami kita untuk fitness Pak Erte. Tapi Romlah fitnessnya kan di teras. Sehingga semua orang bisa melihat. Coba Pak Erte bayangkan sendiri. Romlah dengan pakaian fitnessnya yang super ketat. Belum lagi gerakan fitnessnya itu. Aduuh...saya aja sampe geli-geli gimanaaa, gitu...!" cerocos mpok Mumun sambil bergidik.
Pak Erte lalu membayangkan Romlah seperti yang digambarkan oleh empok Mumun. Dengan Lekuk tubuhnya, gerakan pinggulnya, serta keringat yang menetes dari leher janda bohay nan aduhai yang menghuni kontrakkannya tersebut.
Tanpa disadari kening pak Erte ikut berkeringat. Padahal..., (suaminya budahal), nadahal..., (anaknya budahal dan padahal), hari masih pagi dan embun baru saja beranjak pergi. Sedangkan matahari belum lah meninggi. Jadi tidak ada alasan bagi Pak Erte untuk gerah dan berkeringat.
"Tuh, kan...Pak Erte aja sampe keringetan membayangkan Romlah yang lagi fitness. Apalagi laki saya yang melihat langsung..." Celetuk empok Mumun tiba-tiba.
Pak Erte jadi tersadar dan sedikit tengsin.
"Eh, Munce...! Pan elu yang dari tadi nyuruh gue ngebayangin. Terus, kalo gue berharap lebih dan sedikit berimajinasi, emang salah?" Semprot Pak Erte pada Mumun. Hihihi....
"Sudah! Sekarang semuanya pada bubar dan kembali ke rumahnya masing-masing. Masalah Romlah biar gue yang urus...!" Sambung Pak Erte.
Ibu-ibu itu pun satu persatu mulai meninggalkan rumah Pak Erte, sambil diikuti suaminya masing-masing.
Tinggallah Pak Erte yang mulai memikirkan permasalahan ibu-ibu yang resah, karena gairah suami mereka jadi meningkat setelah melihat Romlah fitness.
Sedangkan Pak Erte menjadi gelisah, karena melanjutkan imajinasinya tentang Romlah yang berpakaian ketat, dengan gerakan fitnessnya yang membuat ibu-ibu kampung pinggir kali menjadi resah. Hadeew....