Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[serialPak Erte] Romlah ku Sayang, Talenan Melayang

25 Januari 2017   14:42 Diperbarui: 25 Januari 2017   20:35 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic. huffingtonpost.com

Romlah tak sanggup lagi menahan perasaannya yang semakin membuncah. Lambat laun air matanya pun jatuh juga. Isaknya tidak hanya memenuhi ruangan kamar. Namun mulai merambat keluar melalui jendela yang tidak tertutup rapat.

Suara tangisan janda demplon itu perlahan tapi pasti mulai jauh meninggalkan kontrakan. Meski tidak seperti Bengawan Solo yang airnya mengalir sampai jauh. Tapi suara tangisan sang pelatih senam Kampung Pinggir Kali tersebut, sampai juga ke telinganya Pak Erte yang baru saja hendak merapatkan selimut.

Pak Erte sengaja menahan nafas sambil menajamkan pendengarannya. Bukan kenapa-napa karena saat ini empok Saidah istri tercinta tengah tertidur manja tapi tidak cantik dan Pak Erte harus bisa membedakan suara tangisan yang lamat-lamat didengarnya, dengan suara dengkuran istrinya yang lebih mirip suara kodok bangkong mau kawin. Hihihi....

Setelah yakin yang didengarnya suara tangisan seorang perempuan. Pak Erte pun beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari sumber suara tangisan tersebut. Sedikit terbersit keraguan di benaknya Pak Erte.

Jangan-jangan itu suara tangisan kuntilanak. Karena arloji di tangannya menunjukkan tepat jam 12 malam. Waktu dimana para makhluk halus gentayangan. Tapi bukan Pak Erte namanya kalau sampai keder sama kuntilanak. 

Karena sebagai Jawara yang belum jadi mantan. Jangankan makhluk halus. Makhluk kasar pun akan diayak oleh Pak Erte pakai saringan sampai halus. Hihihi....

Berbekal golok yang di selipkan di pinggang dan sebatang rokok di tangan. Pak Erte kemudian keluar dari rumahnya dan mencari suara tangisan yang makin lama, makin menyayat kalbu. Ceileee....

Pertama-tama, Pak Erte berdiri di halaman sambil memandang bulan di sela dahan pohon jambu air yang berbuah lebat (apa hubungannya, yak?)

Kedua-dua, Pak Erte mulai menajamkan indera penciuman, indera pengelihatan serta Indra Bekti. Eh kagak, ding! Indera pendengaran, maksudnya.....

Ketiga-tiga, Pak Erte akhirnya bisa menangkap suara tangisan tersebut yang diyakini berasal dari kontrakkan miliknya. Pak Erte pun bergegas menuju ke komplek kontrakkan yang berada persis di belakang rumahnya.

Setelah sampai di tujuan dan membayar ongkos dengan uang pas. Hihihi..... Akhirnya Pak Erte menemukan kalau suara tangisan tersebut berasal dari kontrakkan miliknya Romlah. Janda semok nan aduhai, Primadona Kampung Pinggir Kali.

Eng....ing...eeeng...!

(Kita tinggalkan Pak Erte sejenak dan kembali ke empok Saidah....)

Empok Saidah terbangun dari tidurnya karena kebelet kencing. Tapi niatnya beranjak ke kamar mandi diurungkan, saat ia mendengar suara tangisan yang begitu menyayat. Apalagi ini tengah malam.

Sedangkan Pak Erte, suaminya... Jangankan jempol kakinya. Batang hidung sama kumis-kumisnya saja tidak kelihatan.

"Bang...abaaaang!" Suara mpok saidah memecah kesunyian saat memanggil Pak Erte. Tapi yang dipanggil nggak ada sahutan sama sekali.

"Abaaaang...!" Empok Saidah menambah volume suaranya. Tapi tetap tidak ada sahutan. Malah suara tangisan yang barusan di dengarnya semakin jelas tersengar.

Sontak mpok Saidah jadi mengkeret, dan semengkeret-mengkeretnya mpok Saidah, tetap saja tidak membuatnya jadi imut dengan body-nya yang megar dan pantatnya yang lebar. Hihihi...

Saking takutnya mpok Saidah lupa akan niatnya yang mau kencing dan memilih bersembunyi di bawah selimut dan menutup kupingnya pakai bantal, sampai akhirnya terkencing di celana. Hadeeew...

(kita kembali ke Pak Erte. Nyoook...!)

Sambil mengendap-endap Pak Erte mendekati jendela kamar Romlah yang sedikit terbuka. Berbekal pengalaman dan jam terbang mengintipnya yang cukup mumpuni. Ijakan kaki Pak Erte di tanah sama sekali tidak terdengar. 

Layaknya seorang Pendekar yang memiliki ilmu meringankan tubuh. Pak Erte sampai juga ke jendela tersebut dan mulai mengintip ke dalam kamar yang cukup terang. 

Romlah terlihat rebah di atas tempat tidur. Kain yang membalut tubuhnya sedikit tersingkap dan menampilkan pahanya yang (sensor!) Dan belahan dadanya yang terlihat (sensor!). Hihihi...

Pak Erte menahan nafas sambil menelan ludah menyaksikan pemandangan tersebut, saat tiba-tiba...

Kukuruyuuuuk...!!!

Suara kokok ayam jago yang berkokok nyaring di samping Pak Erte begitu mengagetkan. Sehingga tanpa sadar Pak Erte secara reflek menendang ayam tersebut sampai mencelat masuk ke kamar mandi keroyokan milik para penghuni kontrakkan.

"Dasar ayam sialan!" Maki Pak Erte tanpa sadar.

Mendengar suara berisik di luar, Romlah bangkit dari tempat tidurnya dan langsung membuka pintu kontrakkannya, serta mendapati Pak Erte yang nge-jogrog di depan jendela kamarnya.

"Te...ngapain disitu?" Tanya Romlah agak bingung.

Karena langsung kepergok. Pak Erte pun gelagapan menjawab pertanyaan yang diajukan Romlah.

"Aaa...anuuu..." Pak erte gelagapan

"Anu apa, te...?" Cecar Romlah lagi.

"Aa..anu, neng...ngasih makan si Jago" Jawab Pak Erte sekenanya.

"Te...te...mana ada ngempanin ayam tengah malem begini. Pak Erte ngintipin aye, yah..." Tuduh Romlah lagi.

"Iyaaa...eh, kaga! Sumpah Neng. Kalo kaga percaya, tanyain nggih si Buluk yang barusan lewat ngeronda..." 

Hihihi....ternyata Pak Erte jago ngeles juga!

"Ngomong-ngomong, abang denger barusan, Neng Romlah tadi nangis, yah!" Pak Erte dapat kesempatan mengalihkan pembicaraan.

Mendengar perkataan Pak Erte, mata Janda semok tersebut mulai berkaca-kaca dan kembali teringat akan kesedihannya.

"Emang kenapa pake nangis segala, neng?" Kepo Pak Erte.

Romlah tidak langsung menjawab pertanyaan Pak Erte dan mulai melanjutkan episode yang tertunda. Hiks....

Isaknya kembali terdengar dan Romlah pun memilih menutup wajah dengan kedua tangannya. Bahu janda cantik tersebut sedikit terguncang karena isaknya. 

Menyaksikan hal tersebut, Pak Erte langsung berdiri mendekat dan memegang kedua bahu Romlah dengan kedua tangannya.

"Udahlah neng...kok pake acara nangis segala. Emang apa sih yang membuat dikau sampai meneteskan air mata?" Pak Erte mencoba untuk puitis. Hihihi...

"Aa...anu te..." Gantian Romlah yang gelagapan.

"Kenapa anunya? Eh, maksud abang...anu kenapa?" Tanya Pak Erte.

"Aa..aye dibohongi ama Bang Jupri..." Jawab Romlah di antara suara tangisnya.

"Maksud eneng, Jupri juragan kambing?" Tanya Pak Erte.

"Iya, te. Katanya mau ngawinin aye. Kaga taunya bang Jupri udah punya....biniii. Huwaaaa...." Romlah menangis sejadi-jadinya.

Pak Erte mendekap tubuh semok tersebut dan meletakkan wajah Romlah di dadanya (untuk menghidupkan suasana, momen tersebut diiringi ilustrasi lagu: Tersisih-mba Rita sugiarto). karena sebagai Ketua Erte sudah menjadi kewajibannya untuk membantu warganya yang sedang mengalami kesusahan.

Namun tanpa disadari keduanya....suara tangisan Romlah telah membangunkan para penghuni kontrakkan lainnya yang tanpa sengaja jadi menyaksikan adegan pelukan tersebut, meski hanya melongokkan kepala dari balik pintu rumah masing-masing.

"Sudahlah neng...kaga usah dipikirin. Laki-laki emang begitu. Apalagi Si Jupri....nyaru aja jadi juragan kambing. Padahal aslinya, buaya!" Kata Pak Erte sambil mempererat dekapannya.

Mendengar perkataan Pak Erte barusan, suara tangisan Romlah tidak lagi terdengar sayup-sayup sampai. Tapi makin lama, makin stereo.

"Iyaaa...semua laki-laki emang, buayaaaa..!!!" Tiba-tiba terdengar suara empok Saidah yang berlari mendekat dengan gerakan slow motion, diikuti dengan melayangnya sebuah talenan ke arah Pak Erte.

Mendengar suara istrinya, Pak Erte buru-buru melepaskan pelukannya. Dengan gerakan slow motion a la film The Matrix yang dibintangi oleh (kembarannya Pak Erte, Keanu Reeves). Pak Erte menghindari talenan yang melayang di atas kepalanya.

Hanya Romlah yang melakukan gerakan secepat kilat saat mematikan lampu dan menutup pintu kontrakkannya.

Gubraak! 

Sekian.
Salam Sendu.
*Talenan: copas dari Admin Rumpies The Club.
Hihihi.....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun