Sebenarnya, Pak Erte sudah merasa mumet mendengar keributan yang ditimbulkan oleh si Jupri dan si Boim. Saban malem kalau keduanya ngejeprok bareng di warung indominya Mas Selamet. Selalu saja terjadi perdebatan yang ujung-ujungnya Pak Erte jadi wasit, untuk menengahi keduanya. Si Jupri keukeuh dengan pendapatnya;
"Pengarang itu adalah Pembohong yang menceritakan kebohongan dengan balutan kata-kata yang disusun sedemikian rupa"
"Eh, Pengarang itu orang yang menuangkan imajinasinya ke dalam bentuk cerita. Makanya karya yang mereka buat disebut fiksi" Boim nggak mau kalah.
"Itu kan bisa-bisanya pengarang. Karena pinter menyusun kalimat, makanya disebut Fiksi. Lagian, mana ada pengarang yang mau disebut pembohong. Terusnya lagi, apa bedanya dengan pembohong yang ngarang-ngarang cerita untuk menutupi kebohongannya. Kenapa pembohong nggak disebut pengarang? Kan sama-sama berimajinasi untuk bikin cerita"
"Tapi pengarang nggak menuntut orang percaya, apa ceritanya nyata atau tidak. Asal pembacanya mengerti dan menikmati, itu sudah cukup. Tapi pembohong bikin cerita agar orang percaya akan kebenaran ceritanya" Kata Boim sambil bersungut-sungut.
"Lha, Jadi apa bedanya Pengarang dengan Pembohong? Ujung-ujungnya kan sama ngarang cerita juga" Jupri nggak mau kalah.
Busyet, dah...!
"Selama gue jadi Erte, baru kali ini ketemu warga yang ribut masalah sepele begini. Sepele? Iya dong, ngapain juga ngurusin masalah begituan. Pengarang, ya pengarang. Pembohong, ya pembohong. Tapi masalahnya, keduanya Sama-sama ngarang cerita dengan tujuan masing-masing. Bahasa penyampaiannya aja yang beda. Jadi apa bedanya, yah?" Batin Pak Erte jadi tambah mumet. Hihihi...
Suatu malam, saat Pak Erte lagi asik mendengarkan siaran radio di rumahnya. Mas Selamet datang melapor. Katanya si jupri dan si Boim berantem di depan warung indominya. Keduanya saling tonjok dan nggak ada yang mau dipisahin.
Sebagai Erte, tentu harus menyelesaikan masalah ini. Karena sudah kewajiban pejabat RT untuk menjaga kerukunan antar sesama warga. Jangan karena perbedaan pendapat, mereka jadi bermusuhan dan saling membenci. Ceileee...!
Diikuti Mas Selamet, Pak Erte buru-buru menuju ke tekapeh. Bener saja, si Boim dan si Jupri udah kayak atlet MMA yang ada di tipih. Keduanya masih saling gusel, saling piting dan saling lilit di jalanan. Persis uler, dah!