"Abaaang..." bisik Mbak Mayang pelan.
"I..,iya neng"
"Kok, nang-neng mulu bang? kayak lonceng sekolahan..."
"Habiiis, abang manggil apaan?"
"Panggil aja, saaa...yang! Hihihi..." sekali lagi Mbak Mayang cekikikan.
"Iya, saaa...yang!" Bang Parlan coba menirukan.
Tanpa sengaja, kedua insan sama-sama memutar badan dan langsung berhadapan. Bang Parlan tambah keringetan dan tak kuasa memandang wajah Mbak Mayang, yang rupawan.
"Kapan abang mau ngelamar Mayang?" tanya sang janda kembang tiba-tiba, saat kedua mata beradu pandang.
Ah, sebuah pertanyaan yang langsung menusuk perasaan. Tidak kuasa sang perjaka memandang wajah sang pujaan, yang semakin lama semakin sendu, mendung dan sebentar lagi...
Hujan! "Hiks...Hiks...!" Mbak Mayang menangis sesenggukan, beranjak dari duduknya, lalu berlari meninggalkan Bang Parlan.
"May..." Bang Parlan coba menahan, namun Mbak Mayang terlanjur jauh dari jangkauan.