Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Asmara Sendu, di Pekuburan

9 Agustus 2016   14:48 Diperbarui: 10 Agustus 2016   16:44 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: vi.sualize.us

"Abaaang..." bisik Mbak Mayang pelan.

"I..,iya neng"

"Kok, nang-neng mulu bang? kayak lonceng sekolahan..."

"Habiiis, abang manggil apaan?"

"Panggil aja, saaa...yang! Hihihi..." sekali lagi Mbak Mayang cekikikan.

"Iya, saaa...yang!" Bang Parlan coba menirukan.

Tanpa sengaja, kedua insan sama-sama memutar badan dan langsung berhadapan. Bang Parlan tambah keringetan dan tak kuasa memandang wajah Mbak Mayang, yang rupawan.

"Kapan abang mau ngelamar Mayang?" tanya sang janda kembang tiba-tiba, saat kedua mata beradu pandang.

Ah, sebuah pertanyaan yang langsung menusuk perasaan. Tidak kuasa sang perjaka memandang wajah sang pujaan, yang semakin lama semakin sendu, mendung dan sebentar lagi...

Hujan! "Hiks...Hiks...!" Mbak Mayang menangis sesenggukan, beranjak dari duduknya, lalu berlari meninggalkan Bang Parlan.

"May..." Bang Parlan coba menahan, namun Mbak Mayang terlanjur jauh dari jangkauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun