Setidaknya nilai tukar rupiah atau nilai tukar produk tani seperti halnya yang diimpikan Yustinus dapat kita mulai dengan meningkatkan memperbaiki kualitas produksi, berperilaku jujur dalam keuangan dan menghindari tindakan prosiklikal.
Di luar perbincangan yang agak serius bersama Yustinus, beliau juga mencoba untuk membuat analogi solusi terkait dengan Protap Covid-19 yang ia artikan sebagai akronim dari Pro Tani Saat Pandemi Covid-19 dengan upaya menjaga SSK. Kira-kira beginilah guyonan solusi kami sore itu.
1. Don’t Panic, Harus Kreatif
Siapa yang tidak panik dengan Covid-19! bahkan untuk keluar rumah ke kebun saja bagi teman-teman komunitas tani muda ini kadang was-was. Terlebih jika mereka harus berhadapan dengan orang yang kadang lewat di lingkungan mereka untuk menanyakan produk atau sekedar ingin tahu para petani ini sedang mengerjakan apa.
Kepanikan yang terjadi telah berhasil di manajemen dengan cukup baik oleh komunitas ini. Salah satunya adalah gencar berkampanye menanam dan mengkonsumsi sayuran organik dalam batasan quarantine bubble.Â
Covid-19 telah merubah cara pandang pola konsumsi masyarakat untuk hidup sehat dengan selektif mengkosumsi sayuran, empon-empon dan makanan alami serta organik. Momen inilah yang ditangkap secara kreatif bagi komunitas Yustinus dalam menjaga arus perputaran uang dan mengubur kepanikan.
Semua elemen dan bidang kehidupan dapat dikreatifkan, bukan hanya tani. Hal paling penting dalam menyikapi situasi semacam ini adalah tetap fokus dan mencoba melihat sisi pandang lain kehidupan yang lama dengan koridor new normal dalam memaknai proses hidup dengan taat aturan untuk kebaikan bersama. Termasuk kreatif dalam mengatur debet-kredit keuangan agar tidak devisit.
2. Stay at home, akrab dengan teknologi
Rumahku adalah surgaku, terminologi positif saat pandemi. Tinggal di rumah untuk isolasi mandiri mengharuskan kita tetap produktif. Untuk petani di lereng gunung yang sinyal providernya naik-turun, sms konvensional tetap mampu dimanfaatkan Yustinus sebagai media marketplace ala petani ndeso dalam mengikuti perkembangan digital marketing.Â
User-user yang dekat karena telah mengenal kualitas barang dan layanan tatap muka sebelum pandemi datang adalah harta berharga untuk tetap menjaga perputaran uang untuk biaya konsumsi maupun mengembangkan produksi.
Setidaknya dengan tinggal di rumah, masyarakat kini semakin tahu cara mencintai pekarangannya. Bagi petani seperti Yustinus dan teman-teman mudanya, kebun dan pekarangan adalah rumah sekaligus surga bagi mereka. Bekerja dengan teknologi digital meski sangat jadul tetap bisa diusahakan di masa pandemi ini.