Mohon tunggu...
Galuh ApriliaPutri
Galuh ApriliaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo semua. Sedikit informasi tentang saya. Saya adalah seorang mahasiswa, hobi saya membaca dan menonton film. Favorit saya adalah kucing dan matcha.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pola Asuh Memanjakan Single Mom Terhadap Psikologis dan Religiusitas Anak

18 Juni 2023   10:10 Diperbarui: 18 Juni 2023   10:15 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stigma atau Stereotip Masyarakat Terhadap Single Mom

   Stigma atau stereotip dari lingkungan sosial khususnya masyarakat terhadap orang tua tunggal, khususnya single mom adalah penyebab anak-anak menjadi tidak bisa diatur, nakal, membangkang kepada orang tua, tidak punya sopan santun, dan tidak mau menuruti aturan yang telah diberikan. Apalagi anak-anak yang diasuh dengan pengasuhan jenis Indulgent Parenting, yaitu pengasuhan yang memanjakan anak tanpa keterlibatan kontrol dari orang tua.

   Pola asuh single mom menurut dari masyarakat sendiri terkesan sangat buruk karena kurangnya pengendalian terhadap perilaku serta religiusitas anak-anak mereka. Kekurangan orang yang membantu dalam rumah tangga, seperti kehilangan figur seorang suami serta ayah bagi single mom dan anak-anaknya menyebabkan permasalahan yang menimbulkan masyarakat menjadi meragukan pola asuh dari single mom.

   Stereotip masyarakat menganggap bahwa pola asuh dari single mom tidak akan menunjukan kemajuan atau keberhasilan dalam mendidik anak-anaknya, karena seorang single mom dianggap masih labil dalam menjalani peran sebagai orang tua. Terlebih lagi bukan berasal dari keluarga yang utuh atau lengkap, seperti adanya suami berperan sebagai ayah, dan adanya istri berperan sebagai ibu. Disamping itu, seorang single mom juga memiliki peran ganda yang mengakibatkan permasalahan dalam mendidik anak dan mencari nafkah untuk keluarga.

   Masyarakat membuat stigma atau stereotip bahwa kualitas sosialisasi anak dari seorang single mom tidak akan lebih baik dibandingkan anak dari keluarga yang utuh dan lengkap dari struktur keluarga, yaitu adanya ayah dan ibu. Sosialisasi anak bergantung pada apa yang diajarkan orang tuanya, dan mempengaruhi bentuk kepribadiannya. Orang tua harus menjadi contoh atau teladan yang baik bagi anak-anak, agar interaksi anak-anak tersebut dalam lingkungan sosial bisa tercipta dengan baik dan normal tanpa adanya isu sosial.[10] 

   Stigma masyarakat terhadap single mom dipengaruhi oleh budaya patriarki yang lebih condong pada kemampuan atau kekuasaan pria. Dan karena itu, tingkat pendidikan untuk wanita lebih rendah dibandingkan pria. Padahal seorang wanita atau seorang single mom juga berhak mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan maupun dalam pekerjaan. Seorang single mom memiliki peran ganda, namun pada kenyataannya terbatasi oleh stigma masyarakat, budaya patriarki, dan tingkat pendidikan yang rendah bagi wanita.[11] 

PENUTUP

Kesimpulan

   Masa kanak-kanak awal adalah masa dimana anak-anak mengalami kejadian atau peristiwa yang penting dalam hidup, atau disebut dengan Golden Age. Tentunya pada masa itu seharusnya anak-anak hidup dalam kenyamanan, dan kebahagiaan. Bukan untuk merasakan kepedihan dalam hidup karena pola asuh yang salah dari orang tuanya. Pola asuh yang memanjakan atau pengasuhan permisif memang memberikan kenikmatan, namun ada harga yang dibayar anak tersebut dengan kehilangan momen bersama orang tuanya karena sibuk bekerja, apalagi seorang single mom yang memiliki peran ganda.

   Religiusitas juga penting bagi anak pada masa kanak-kanak awal, karena masa itulah di mana mereka bisa belajar tentang perilaku keagamaan yang baik, tentunya dengan bimbingan dari orang tua. Karena saat masih anak-anak sudah terbiasa dengan perilaku keagamaan dengan baik maka akan berdampak pada masa remaja, dewasa, dan tua nanti. Stigma dari masyarakat tentang single mom juga menjadi salah satu penyebab terganggunya psikologis anak maupun ibu tunggal.

Saran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun