Untuk mencapai menuju ke Cinangerang masih tetap sama dengan jalur menuju Ciboleger, hanya saja ketika sampai di persimpangan jalan ada sebuah tugu yang menunjukan arah Ciboleger belok kiri dan arah Bojong manik tetap lurus sampai akhirnya kurang lebih satu jam perjalanan setelah melewati persimpangan terlihat papan petunjuk menuju wisata baduy dengan kondisi jalan tidak beraspal(berbatu) tetapi masih dapat dicapai dengan mengunakan kendaraan sampai akhirnya berhenti disebuah warung sederhana dan beberapa orang Cibeo (baduy dalam) sudah menunggu disana.
Beberapa anak kecil kampung Cibeo nampak ikut di dalam rombongan penjemput dan apabila dihitung rombongan penjemput kami berjumlah dua belas orang. Beberapa dari mereka masih saya kenali wajahnya terutama bang Sanip yang merupakan poter setiaku di trip terdahulu dan dialah yang pertamakali menyapa aku meskipun pada saat itu saya mengenakan kacamata hitam.
[caption id="attachment_297780" align="aligncenter" width="300" caption="Warung Sederhana milik teteh (koleksi pribadi)"]
Warung sederhana milik pasangan suami istri yang biasa dipanggil teteh ini merupakan warung yang berdiri diperbatasan antara perkampungan penduduk lokal dengan Baduy luar . Si teteh prmilik warung ini segera menyediakan beberapa gelas air teh manis dan membuatkan makan siang sebelum melanjutkan ke desa Cibeo. karena pada hari tersebut si teteh belum ke pasar, maka diputuskanlah membuat mie instant dan nasi hangat sebagai lauk makan siang kami berdelapan berikut dua belas orang Cibeo yang dipimpin oleh bang Sanip.
[caption id="attachment_297782" align="aligncenter" width="300" caption="Tungku untuk memasak Mie Instant (koleksi pribadi)"]
Disebelah kiri warung teteh yang sekaligus sebagai tempat tinggal terdapat sebuah ruangan kecil yang apabila menengok lebih dekat lagi ternyata dipenuhi oleh tumpukan jahe. Ketika saya bertanya ternyata jahe ini merupakan hasil dari pertanian orang Baduy itu sendiri dan pada saatnya setelah jahe yang dibeli seharga Rp. 5.000,- perkilo dari petani baduy oleh si Teteh akan disalurkan ke pemasok dari Cinangerang untuk didistribusikan ke pengecer.
[caption id="attachment_297786" align="aligncenter" width="300" caption="Tumpukan jahe hasil bumi orang baduy (koleksi pribadi)"]
Sembari menunggu teteh memasak, ibu Nurul yang merupakan peserta paling sepuh ( 57 tahun)Â dari kami semua, meminta kepada suami dari teteh untuk membuatkan sebuah tongkat agar memudahkan dalam perjalanan menuju kampung Cibeo sedangkan peserta lainnya bersenda gurau dengan orang baduy karena rasa penasaran akan pertama kalinya berjumpa langsung dengan orang baduy. Dan saya sendiri merebahkan badan untuk melepaskan penat sebelum melanjutkan perjalanan kaki yang konon lebih pendek (2 jam) .
[caption id="attachment_297792" align="aligncenter" width="300" caption="Mba Wening sedang bercengrama dengan orang Cibeo (koleksi foto diambil dari kamera mas Eko)"]
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H