Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kepentingan "Terselubung" di Balik Go-Jek

21 Maret 2018   05:25 Diperbarui: 21 Maret 2018   07:07 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Penerapan dari sistem Aglomerasi mensyaratkan keterlibatan penuh masyarakat --konsumen sekaligus sebagai owner secara kolekif (baca juga tulisan saya BRI menjadi agen Revolusi ekonomi kerakyatan).  Karena dalam kontek sistem ini konsumen statusnya dilibatkan sebagai pemilik saham dari perusahaan yang sedang bergerak.  

Kelima bagaimana siasat dan strategi kompromi dengan para ojeker-ojeker "manual" lainya yang masih meniti dengan tertatih-tatih berjuang hidup  dengan tidak mengakses trend ojek on-line ini. Dalam kaidah logika pragmatis, GO-jek dan perusahan jasa online lainnya  akan berdalih secara sepihak bahwa bisnis adalah kompetitor. Siapa yang cepat siapa dapat. Siapa yang kuat dan cerdas dialah yang menjadi pemenang dari pertarungan pasar.

Karena  para "ojeker manual" yang bertahan hingga detik ini adalah salah satu dari sektor ekonomi informal yang harus diselamatkan. Bagaimanapun posisi GO-jek adalah terinspirasi dari keringat para Pahlawan transportasi yang berpuluh-puluh tahun berjuang ditengah lautan kemacetan Jakarta.

Harus ada langkah-langkah "persuasif" dari GO-jek sendiri dan yang lainnya lebih-lebih Pemerintah untuk mencari ttik temu mengapa mereka cenderung "bersikap resisten". Bahkan terkadang melakukan perlawanan sporadis karena wilayah kekuasan dan langgananya lambat laun terkikis habis oleh raksasa bisnis yang menjadi keniscayaan zaman.

Paling tidak dari artikel ini mengajak publik untuk merefleksikan tentang peran dan posisi ekonomi rakyat yang lambat laun digerus oleh kekuatan kapitalisme globlal.

Lantas siapa yang akan peduli dan mendampingi jutaan warga miskin yang bergelut disektor informal yang tergerus profesi dan hak hidupnya. Ketika negara dalam banyak kasus terang-terangan malah bersenyawa dengan leberalisme pasar. Wallohu a'lam.

Magelang, 21 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun