Mohon tunggu...
kusnun daroini
kusnun daroini Mohon Tunggu... Petani - Pemerhati sosial politik dan kebudayaan dan sosial wolker

Pemerhati / penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Money

BRI Berpotensi Menjadi Agen "Revolusi" Ekonomi Kerakyatan

1 Januari 2018   10:11 Diperbarui: 1 Januari 2018   11:31 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
impian petani dibawah lindungan merah putih

Tentunya capaian kerja keuangan yang cemerlang ini memberi kontribusi positif perusahaan dalam menyukseskan pembangunan Indonesia., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Capaian penyaluran kredit Hingga September 2017 sudah mencapai Rp 694,2 triliun.

Dari total nilai kredit diatas hampir sekitar 30 % lebih  kredit telah tersalurkan pada penyaluran kredit usaha rakyat (KUR).  penyaluran KUR dari Agustus 2015 hingga akhir November 2017 berjumlah 153,9 triliun dengan jumlah nasabah baru sebanyak 8,5 juta. Sebaran dana sebesar itu juga tidak lepas dari komitmen Bank BRI membangun sekitar 10,600 outlet di seluruh pelosok negeri.

Selain itu BRI sejak tahun 2003 sudah menegaskan dirinya sebagai Perusahaan Komersil yang terbuka untuk publik. Hal ini diwujudkan dengan dengan model Kepemilikan saham yang terbuka untuk umum. Share saham ini bisa kita lihat dari list saham yang terlibat didalamnya sekitar hampir 50% persen adalah  pendanan diluar negara.

Bank BRI sebagai sebuah perusahaan atau corporate yang besar, pasti juga memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR). CSR adalah sebuah upaya kepedulian yang sudah ditunjukkan oleh BRI bahwa bank ini telah memenuhi dari tuntutan kepedulian terhadap masyarakat. Dan ini selaras dengan slogannya yang terkenal "melayani setulus hati"

Namun menurut hemat penulis bahwa sekapasitas BRI dengan nama besar serta sejarahnya yang bergerak tumbuh bersama jaringan rakyat yang sedemikian luas maka sudah saatnya BRI melakukan Upaya reorientasi visi dan misi yang lebih tajam dan akurat.

Jika melihat dari "resources raksasa" yang dimiliki oleh BRI beserta jaringannnya maka peran interaksi BRI dengan masyarakat seharusnya tidaklah berjarak. Interaksi ini harus ditingkatkan dari "koneksi" menuju pada "integrasi" secara total dalam denyut nadi jantung kehidupan ekonomi masyarakat.

Ada beberapa alasan mendasar yang begitu rasional mengapa  BRI harus segera merombak paradigma besarnya tidak hanya sebagai bank penyalur kredit dan jasa layanan tabungan tetapi harus menggunakan sistem aglomerasi yang bersinergi dengan basis organisasi  ekonomi kerakyatan

Pertama fakta tentang pesatnya perdagangan internasional masuk ke negara kita. Para korporet bisnis raksasa dunia masuk dengan leluasa keranah ekonomi masyarakat. Para pelaku bisnis riil yang berbasiskan produksi barang dan jasa dilevel menegah kebawah banyak yang bertumbangan. Ambil contoh membanjirnya produk China yang menawarkan kecanggihan dan harganya yang murah banyak yang diminati oleh konsumen  di Indonesia.. Apalagi pasca dibukannya kesepaktan tentang pasar bebas ASIA yang kita kenal dengan MEA, serbuan produk asing semakin menggila.

Kedua dengan adanya jaringan cibernet.  Model pendanaan pendanan swasta ini  langsung membuka lapaknya diruang-ruang rumah tangga domestik para konsumen. Muncul dan membanjirnya smartphone telah mengkondisikan masyarakat untuk langsung bertransaksi lewat gadget pribadi masing-masing orang. Sehingga jaringan manual BRI yang sudah susah payah didirikan puluhan tahun tersebut bisa tergeser ataupun bahkan tumbang disapu oleh model jejaring transaksi by-phone ini dalam jangka panjangnya.Sebutlah model multilevel ala ustadz mansur yang sudah mengantongi anggota jutaan. Transaksi model ini lebih menjanjikan karena disampaing menawarkan jasa layanan investasi berjenjang, Fee yang didapat langsung dapat dirasakan oleh nasabah.

Ketigaadalah  krisis ekonomi riil ditingkat masyarakat akar rumput. Jutaan pengangguran usia produktif yang didominasi oleh anak muda generasi millenial atau lebih akrab disebut generasi Z, telah menyuguhkan sebuah tantangan sekaligus peluang yang menjanjikan. Segmen ini jarang didekati oleh pemerintah secara intensif. Menjamurnya program pembangunan yang masuk kepelosok desa seperti PNPM ataupun Model Pendampingan desa ala Jokowi lebih terkonsentrasi pada pemenuhan sarana fisik dan infrastruktur. Pada sisi pembangunan ekonomi kolektif kolegial belum tertangani secara maksimal. Kondisi ini jika tidak segera tertangani akan menjadi kontraproduktif yang berdampak pada rendahnya kepercayaan masyarakat pada pemerintahan yang ada. Sehingga pada gilirannya Korporate swasta asing yang akan mencaplok peluang ini.

Visi aglomerasi BRI, sebuah keniscayaan Revolusi ekonomi rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun