Mohon tunggu...
Galeh Cahya Ramadhan
Galeh Cahya Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa (43222010016)

Ingin menjadi manusia yang berguna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan korupsi

12 November 2023   04:45 Diperbarui: 12 November 2023   04:45 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAFz4qIvGFI/UJUCSSxC5NrA6mGv7u3R6w/view?utm_content=DAFz4qIvGFI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito

Nama : Galeh Cahya Ramadhan

NIM : 43222010016

Jurusan : Akuntansi

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Dosen Pengampu : Apollo,Prof.Dr,M.Si.Ak

Universitas Mercu Buana

DISKURSUS GAYA KEPEMIMPINAN VISI MISI SEMAR PADA UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI

SEMAR

Pada mitos Jawa telah ditemukan dua versi yang menceritakan asal-usul Semar adalah sebagai berikut : Versi pertama, menyebutkan bahwa surga (langit) dan bumi dikuasai oleh Sang Hyang Wenang berputra satu bernama Sang Hyang Tunggal yang kemudian menikahi Dewi Rekatawati adalah putri kepiting raksasa bernama Rekatama. Pada suatu hari, Dewi Rekawati bertelur dan seketika telur tersebut terbang ke langit menuju ke hadapan Sang Hyang Wenang.Setiba di hadapan Sang Hyang Wenang, telur menetas dengan sendirinya dan berwujud tiga makhluk antropomorfis yang langsung muncul dari Kulit Telur bernama Tejamantri, Putih Telur bernama Ismaya dan Kuning Telur bernama Manikmaya. Lalu Sang Hyang Wenang mengganti nama nama mereka, Tejamaya menjadi Togog, Manikmaya menjadi Bathara Guru, sedangkan Ismaya menjadi Semar. Lalu yang kedua, menyebutkan bahwasanya alam semesta muncul sebagai sesuatu yang tercipta sekaligus. Diceritakan, sebutir telur yang dipegang Sang Hyang Wenang menetas dengan sendirinya dan terlihatlah langit,bumi, dan cahaya atau Teja serta dua makhluk antropomorfis yaitu Manik dan Maya.Transformasi yang terjadi dari Putih Telur bernama Maya lalu disebut Semar dijadikan sebagai pemelihara dan pelindung bumi atau dunia.

Semar dalam pandangan orang Jawa adalah salah satu dari tiga tokoh pertama yang diciptakan oleh Dewa Awang Uwung (Dewa Alam Kosong) sebagai tokoh simbolik istimewa karena tokoh ini mempunyai kaitan yang menarik dengan berbagai nilai dan kepercayaan dalam kebudayaan Jawa. Arti semar akan dikupas melalui pengamatan perilakunya dalam konteks lakon wayang Jawa dengan menyajikan hipotesis bahwa nilai kekuatan Semar terletak pada kepemimpinannya yang bijaksana mencakup sifat tidak mementingkan egonya dan keyakinan tentang pentingnya suatu keadilan. Dimana kebijaksanaan tersebut lahir atas pemahaman prinsip universal mengenai adanya beragam organisme yang saling ketergantungan satu dengan yang lain.

Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, jika pikirannya tidak dirangsang oleh kebijaksanaan, maka dapat menimbulkan bencana, baik itu kerusakan politik, sosial, budaya, ekonomi, atau lingkungan hidup. Malapetaka semacam ini menyebabkan terjadinya titik tolak suatu peristiwa yang menuju pada "Gara-Gara" seperti pada setiap pertunjukan wayang kulit. "Gara-Gara" merupakan gambaran bahwa kekuasaan dapat melahirkan malapetaka,jikaorang yang memegang kekuasaan tidak memiliki keseimbangan. Inilah yang menyebabkan Semar lebih suka menjadi seorang abdi. Sebagai seorang abdi, Semar selalu dapat menjaga sifat rendah hatinya. Semar menggambarkan bahwa orang yang mempunyai derajat rendah pun dimasyarakat selayaknya tetap dihargai dan dihormati. Namun keberadaan seseorang yang dengan kecerdasannya memiliki kemampuan memulihkan stabilitas sosial dan ekologi pasca permasalahan sosial atau bencana alam.

Semar sering memainkan perannya dengan mengubah wujudnya sendiri ataupun diubah oleh Dewa Awang Uwung menjadi tokoh yang cocok dengan keadaan yang terjadi. Perubahan bentuk ini jelas mencerminkan kesimpulan filosofis dasar bahwa benda-benda di dunia ini dapat berubah bentuk pada waktu yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan filosofis tercermin dalam sikap toleran seseorang terhadap orang lain yang dikenal dengan istilah tepa selira.

Cara hidup yang tidak berlebihan dan sikap rendah hati sangat terpuji dan diinginkan melalui ajaran untuk bersikap lembah manah atau andhap asar. Munculnya ketegangan terjadi akibat adanya kesalahpahaman diantara para tokoh dalam lakon yang dipilih. Konflik seringkali muncul karena perbedaan penafsiran terhadap keyakinan dan konsep tertentu. Pada akhirnya, perang dan kehancuran tidak dapat dicegah atau dihindari, sehingga mengarah pada situasi yang disebut "Gara-Gara". Bagaimana tokohSemar berusaha dan mencari pemecahan persoalan termasuk strategi yang diterapkan untuk memulihkan keadaan, sehingga tercipta suasana yang tenteram dan kondusif. Aspek-aspek penting dalam kebudayaan Jawa melalui cerita wayang yang merupakan kerangka yang terdiri dari beragam ide, nilai, kepercayaan, dan sikap orang Jawa kepada arti hidup, mati dan alam baka. Nilai-nilai sosial budaya dianggap sebagai landasan terbentuknya suatu struktur sosial yang disebut lakon. Gambaran tokoh Semar merupakan carayang dipakai untuk menjadikan jembatan penghubung antara masa lalu dengan masa kini dan masa kini dengan masa depan. Dampaknya bagi generasi muda, cerita wayang mengajarkan mereka bagaimana menghadapi kekuatan modernisasi dengan menyikapi setiap kejadian secara bijaksana. Ketika kekacauan menguasai dunia, Semar muncul dari gara-gara tersebut dan dari situasi tersebut lahir suatu wahana menuju kearah yang kondusif. Semar bisa memberi contoh tindakan yang bijaksana dan itulah kekuatannya.

Semar adalah seorang abdi Pandawa, namun ia sangat dihormati oleh tuannya karena ia sering meminta nasihat dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal penting. Semar sebagai lambang akal budi manusia, yang menciptakan kebijaksanaan, selalu hadir didalam pikiran Arjuna berupa semua ajaran yang sudah diberikan kepadanya

SEMAR SIMBOL DALAM TOKOH TERTINGGI

Semar dipandang sebagai dewa tertinggi yang menjelma menjadi seorang abdi. Semar tidak suka kekuasaan, tetapi lebih memilih peranan seorang pembantu. Tujuan Semar adalah mengajarkan ilmu yang dapat dipahami melalui akal. Dengan menjadi seorang pembantu keturunan raja, Semar mempunyai strategi, yaitu agar mendapat kebebasan mendekati rakyat biasa, pertapa, raksasa, dan komunitas lainnya.Semar, dalam kesederhanaannya, dipandang sebagai orang yang mempunyai kendali terhadap dirinya dan lingkungannya, serta mampu menahan hawa nafsu dunia agar tidak terpengaruh olehnya.

Bersama ketiga Punakawan: Gareng, Petruk, Bagong dan tuannya : R.Arjuna, Semar membentuk satuan lima yang melambangkan satu individu. Didalam satuan lima tersebut, Semar memegang kedudukan yang merupakan "kunci", karena Semar melambangkan akal budi manusia. Semar dalam keadaan yang dianggap darurat akan mengambil keputusan tanpa meminta pendapat tuannya, tetapi akan pergi ke mana saja apabila dia berpendapat situasi mengharuskannya. Seperti dalam lakon Wahyu Tejamaya, Semar memutuskan untuk mencari Wahyu Tejamaya untuk tuannya. Yang dimaksud abdi, untuk kepentingan kemenangan tuannya, Semar membantu dibidang kesadaran dan kebijaksanaan dengan mengingatkan tuannya agar kembali ke alam kesadaran yang disebut nalar, ketika tuannya melalaikan kewajibannya dengan tujuan untuk selamat dalam mempertahankan hidup.

SEMAR SIMBOL DALAM KEHIDUPAN DUNIA

Tercermin di dalam ceritaSemar Gugat, pada lakon tersebut Bathara Guru akan membunuh kelima Pandawa untuk dijadikan makanan Bathara Kala (pembawa maut), membulatkan adanya siklus "kehidupan dan kematian". Semar sebagai pelindung bumi, akan menjaga keseimbanganan siklus kehidupan, pertumbuhan dan kematian sertaproses kerusakan. Berikutnya berulang lagi, proses kehidupan dengan perrtumbuhannya dan proses kematian dengan kerapuhannya. Dalam hal ini, Semar mempunyai kewajibandan harus selalu berusaha untuk menyelaraskan keseimbangan apabila sistem kehidupan dunia yang berputar tidak terkendali dengan mengikuti hukum alam yang berjalan berdasarkan kodrat alam. Semar akan mengatur kembali alam semesta menjadi stabil dengan mengusahakan setiap makhluk hidup dan ciptaan-Nya untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya menurut kekuatan masing-masing dengan tidak menggantungkan pada kekuatan dari luar. Semar mencerminkan tingkah laku yang terpuji dalam menyelesaikan masalah lingkungan yang mencakup pertimbangan kebudayaan. Tindakan Semar memperlihatkan adanya bimbingan berdasarkan konsep-konsep dan kepercayaan orang Jawa yang membawanya ke arah tujuan yang rasional, di mana keputusannya dapat diterima semua pihak. Apabila segala sesuatu yang menyangkut keseimbangan tidak dapat direalisasaikan, maka sudah barang tentu ketentraman selamanya tidakakan dapat terwujudkan. Konsep yang sejalan dengan hokum alam menurut Semar, dapat disimak dalam cerita Pandawa Gugat yang membeberkan makna dari konsep Jawa yang berbunyi, "Sapa wae ngundhuh wohe pakartine". Jalannya hukum alam merupakan cara Semar membawa manusia ke arah ketentraman. Dan ketentraman hanya dapat dicapai kalau setiap manusia bertanggungjawab atas perbuatan yang telah dilakukannya serta apabila terjadi adanya hubungan timbal balik yang seimbang antara organisme-organisme kehidupan dunia. Semar mencerminkan peranannya sebagai wahana yang berjalan ke arah keadaan yang serasi, yang mana keserasian tersebut sebagai cermin keseimbangan dari hubungan ekologis di antara manusia, alam dan kebudayaan.

SEMAR SIMBOL DALAM POLA PIKIR MANUSIA

Manusia mempunyai lima indra atau panca indra yang berkaitan dengan lima pusat perasaan, yaitu: badan (kulit), telinga,mata, lidah, dan hidung. Orang Jawa menyebut dengan pancadriya. Pikiran dianggap sebagai tempat manusia mengalami emosi, memahami konsep, keinginan, dan yang terpenting, memberi dan menerima alasan. Berdasarkan kenyataan bahwa pikiran dan kesadaran bersemayam di dalam tubuh manusia. Semua unsur pancadriya berpusat pada tubuh manusia yang bersifat keramat. Di dalam sifat yang abstrak, aspek-aspek pikiran diperlambangkan sebagai Punakawan: Semar, Gareng, Petruk, danBagong. Semua aspek pikiran ini bertempat di dalam tubuh manusia yang diperlambangkan Arjuna. Melalui Arjuna (badan manusia), pikiran manusia terungkap pada tindakannya. Di dalam lakon Semar mBarang Jantur (SemarBermain Sulap), diceritakan bahwa Arjuna dalam perjalanannya mencari Putri Enawati, bercerita kepada Semar jika merasa seperti akan pingsan karena lapar. Semarmerasa bertanggung jawab untuk mencarikan makanan tuannya. Bersama Gareng, Petruk,dan Bagong,Semarpergi mencarikanmakanan dengan jalan menjadi tukang sulap.Kepada Bratajaya Semar menawarkan pertunjukan sulapnya dan terjadilah kesepakatan sebagai pengganti jerih payahnya mereka meminta makanan.Pertunjukan usai dan Bratajaya memberi makanan. Oleh Semarmakanan tersebutdicampur dengan pasir dan air. Sesampainya dihadapan Arjuna, makanan tersebut disajikannya. Ketika Arjuna marah kepada Bratajaya, berpikir untuk membunuh Bratajaya dengan kerisnya. Akhirnya,Semarmengaku bahwa yang mencampur makanan tersebut bukan Bratajaya, tetapi dirinya.Semarkemudian menerangkan, bahwa dia melakukan demikian karena Arjuna hanya memikirkan ego dirinya sendiri, padahal Arjuna sudah berjanji kepada Prabu Salya akan mencari Putri Enawati sampai ketemu. Sementara itu, Semar merasa bertanggung jawab untuk mengingatkantuannya untuk sadar kembali akan kewajibannya. Hingga Semar tidak menuruti perintah tuannya yang hanya untuk memuaskan rasa laparnya sendiri. Menurut Semar, amarah dapat menguatkan dan mengembalikan kesaktian Arjuna ke alam sadar. Untuk itu Arjuna kembali siap bertarung menghadapi segala rintangan dan bahaya. Di dalam banyak hal, Semar mampu menemukan sarana untuk mengembalikan ketentraman kepada manusia untuk mengembalikan ketentraman kepada manusia dengan membuat penyesuaian diri gunamenghadapi kekuatan yang ada pada dirimanusia untuk melawan segala sumber keruwetan atau kesusahan.

SEMAR SIMBOL DALAM "GARA-GARA"

Semar merupakan salah satu makhluk tertua dan sakti, dirinya tidak mempunyai keinginan untuk memegang kekuasaan duniawi seperti kebanyakan manusia, karena kekuasaan tersebut dapat mengubah kepribadian, situasi bahkan dapat menimbulkan kerugian. Dalam mengamalkan daya kebijaksanaannya, Semardapat mencapai tujuannya secara efektif dengan cara memberikan contoh keteladanan sebagai metode pengajarannya, tanpa untuk menguasai orang lain ataupun harta bendanya. Strategi pengajaran inilah yangmenjadi kunci ataupun pedoman kerja Semar. Di dalam wayang,"Gara-Gara" menyimbolkan malapetaka alam semesta dan memberi tanda bahwa Semar akan muncul untuk Menghadapi Bathara Guru ketika tindakannya akan mengakibatkan kehancuran alam semesta dan selanjutnya Semar akan berusaha membantu Membangun dunia kembali.

SEMAR SIMBOL DALAM MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Semar diantara para "Satuan Lima" : empat Punakawan dan Arjuna adalah guru, sesepuh, dan pemimpin mereka. Dalam hubungannya dengan Arjuna,Semar adalah abdi yang dapat disama artikan dengan pembantu. Tetapi "pembantu" yang dapat diartikan sebagai "bantuan" yang bersifat abstrak. Karena Arjuna merupakan inkarnasi Wisnudan Wisnu merupakan salah satu "DewaPanca-Kusika". Dalam hal ini, Semar dapat merupakan pembantu abstraknya yang berbentuk ajaran.Bersama-sama, Arjuna dan Semar melambangkan kesatuan dalam wujud "manusia", dengan Arjuna sebagai gambaran individu dan Semar sebagai ruh dan kesadaran. Ketidakterpisahan antara Arjuna dan Punakawan, khususnya Semar, dapat disimbolkan oleh masyarakat Jawa dengan konsep Manunggaling Kawula-Gusti. Apabila ajaran Semar dinyatakan sebagaipusaka, dengan demikian Semar sendiri merupakan pusaka. Ajarannya, seperti yang terdapat dalam cerita Wahyu Tejamaya, tentang mengenai raja yang mengikuti dharma dengan menyerahkan diri atau pasrah pada ajaran itu. Dengan cara tersebut, raja dapat mengajar rakyatnya dengan memberikan contoh teladan menurut dharma. Karena dharma meliputi hukum alam, yang pada kenyataannya, raja menjadi penengah diantara pemerintah bersama seluruh masyarakat di satu pihak dan alam ghoib dipihak lain. Sudah menjadi kebiasaan, apabila raja dalam meyakinkan kewajibannya meminta nasihat guru yang mendapat kepercayaan dari raja. Di dalam Wahyu Tejamaya, guru tersebut tidak lain adalah Semar.

NAMA LAIN SEMAR DAN MAKNANYA

1. Semar memiliki makna hseming samar-samar (sang penuntun makna kehidupan).

Semar artinya tersamar atau tidak jelas. Semar secara semantik mempunyai pengertian gaib atau misteri, tidak dapat dijangkau oleh akal. Semar berasal dari kata "Sar" yang berarti sesuatu yang memancarkan cahaya (Mulyono, 1982: 41-42). Semar artinya datan kasamaran sakliring kahanan, ingkang gumelar ya kang gumulung.

2. Badranaya memiliki makna Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan umat manusia.

istilah Badranaya berasal dari badra berarti bulan, naya berarti ulat atau pasemon, artinya jika senang hati tokoh ini seperti bulan purnama. Hal ini berkaitan dengan bahasa Arab, bahwa kata badra berasal dari kata Bedru yang bermaknakan bulan tanggal 14, bulan yang bercahaya sangat terang (Al Mochfoeld, 1976: 66).

3. Nayantaka memiliki makna Wajah pucat pasi laksana mayat

naya berarti ulat atau polatan dan antaka berarti mati, jadi nama ini bermakna wajah Semar yang pucat pasi laksana mayat (Prawiroatmojo, 2001: 533).

4. Saronsari memiliki makna Semua tingkah lakunya selalu memikat.

5. Dhudha Manang Munung memiliki makna Bukan laki-laki, bukan perempuan, dan bukan banci.

wujud tokoh panakawan ini serba membingungkan, jika ia laki-laki memiliki payudara besar, tetapi jika ia perempuan memiliki kumis, tidak menangis tidak tertawa, bukan manusia ataupun dewa, dan ia bukanlah banci. Tokoh ini jika dipandang secara duniawi berpenampilan tidak lain sebagai tanda-tanda dari Ilahiah

6. Juru Dyah Punta Prasanta memiliki makna Pamomong bagi para satria yang memiliki keinginan untuk menyempurnakan keutamaan.

7. Janggan Smara Santa memiliki makna Menjadi guru setiap orang yang gemar bertapa, sabar, dan ikhlas            

8. Drana, lila legawa (menjadi guru setiap orang yang gemar bertapa, sabar, dan ikhlas).

9. Wong Boga Sampir memiliki makna Manusia yang merdeka lahir dan batin

seorang yang telah terhindar dari segala godaan, tidak terpengaruh oleh kenikmatan dan gemerlapan dunia, ia sebagai manusia yang merdeka lahir dan batin.

10. Bojogati memiliki makna Pelayan yang sangat setia dan bertanggung jawab terhadap kewajibannya.

https://www.canva.com/design/DAFz4oWCd9Y/9HRfvclUdN9V3-5dhUfPYA/view?utm_content=DAFz4oWCd9Y&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito
https://www.canva.com/design/DAFz4oWCd9Y/9HRfvclUdN9V3-5dhUfPYA/view?utm_content=DAFz4oWCd9Y&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito

BAGIAN BENTUK DAN MAKNA PADA SEMAR

1. Kuncung putih tegak ke atas : Kuncung Semar disungging dengan warna putih atau warna rambut ubanan, menggambarkan bahwa setiap manusia akan mengalami penuaan, sehingga manusia harus selalu sadar diri. Kuncung putih juga melambangkan tua kebijaksanaan seorang Semar, bukan hanya tua usianya tetapi juga tua pemikirannya, tua sikap dan perilakunya.

2. Mata rembesan : Istilah yang digunakan untuk menyebut jenis mata ini diambil dalam kondisi belum bersih, yaitu setelah bangun tidur belum sempat mandi atau cuci muka, sehingga mata belum bersih yang di dalam istilah Jawa disebut rembes. Mata rembesan menggambar-kan sikap yang selalu prihatin terhadap realitas kehidupan, sedih melihat penderitaan orang lain. Semar adalah tokoh yang mampu mencermati intisari kehidupan tanpa terpengaruh kesenangan dunia semata.

3. Hidung sunthi : Jenis hidung sunthi ini hanya diterapkan pada tokoh Semar wayang kulit purwa di Jawa. Menilik bentuk hidung panakawan ini menunjukkan tokoh ini sudah berusia lanjut, hal ini ditandai dengan adanya kerutan-kerutan kulit disekitar hidung tersebut. Hidung sunthi menggambarkan bahwa dalam kehidupan manusia haruslah tajam penciumannya, mencium segala keluh kesah yang ada di sekelilingnya.

4. Giwang (anting) Lombok abang : Telinga adalah salah satu indra yang sangat penting dalam kehidupan sosial, banyak mendengarkan sebagai salah satu sifat baik manusia. Semar akan selalu setia mendengarkan segala keluh kesah tuannya dan memberikan nasehat yang bijaksana. ia akan memberikan nasehat. Nasihat baik akan terasa pedas dan panas seperti lombok abang (cabai merah). Kritikan dan nasehat yang sangat tajam (pedas) haruslah selalu kita perhatikan jika menginginkan kehidupan yang jauh lebih baik, jangan mudah marah karena kritikan.

5. Mulut cablek : Dasar mulut wayang panakawan ini adalah dagunya lebih panjang dibandingkan mulut atas, sehingga menimbulkan kesan bibir bawah menonjol ke arah wajah, yang dalam bahasa Jawa disebut nyadhuk. Bentuk mulut kabel ini terdapat pada tokoh Semar wayang kulit Purwa pada semua gaya. Mulut Cablek yang selalu tersenyum menunjukkan Semar sebagai sosok yang selalu berusaha menghibur dan memberi nasihat bermanfaat.

6. Badan Ngropoh : Bentuk badan panakawan jenis ini menggambarkan badan yang montok namun lembek, tampak seperti mempunyai buah dada yang besar, juga memperlihatkan gambar pusar (bodong), sehingga bagian perut terlihat lembek pada bagian belakang badan.Bisa. perut berubah menjadi ikal. Para sesepuh (sesepuh) mempunyai tekad untuk berserah diri dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.

7. Driji nuding : Driji nuding (jari menunjuk) merupakan simbolisasi dari fungsi Semar untuk menunjukkan jalan kebaikan. Driji nuding juga bagian dari gerakan dalam solat yang melambangkan kepasrahan kepada Tuhan yang Maha Tunggal.

8. Pocong dagelan : Pocong dhagelan merupakan model penerapan kain dodot pada Semar. Pocong dhagelan menunjukan bahwa yang tidak baik sebisa mungkin harus disembunyikan, diletakkan di belakang.

9. Kain kampuh poleng : Setiap warna pada kampuh poleng mewakili amarah manusia, jika berhasil mengendalikannya maka akan akan hidup bahagia dan sejahtera. Kampuh poleng juga menjelaskan lembaran kehidupan yang selalu berubah dan berkembang, manusia harus selalu siap dalam segala perubahan dan perkembangan. Kampuh poleng di-sungging dengan warna merah, hitam, kuning, dan putih yang merupakan simbol amarah, aluamah, supiah, dan mutmainah. Keempat nafsu manusia itu selalu saling bersaing untuk merebutkan singgasana telenging ati.

FILOSOFI KEPEMIMPINAN SEMAR

1. Asal-Usul : Semar keturunan Dewa namun tidak pernah membanggakan keturunan dan asalusulnya. Ia justru mengambil peran sebagai manusia kelas bawah, namun berwibawa sebagaimana kelas atas.

2. Kuncung Putih : Kuncung biasanya untuk anak anak, warna putih sebagai wujud orang tua. Seorang pemimpin harusnya tua (luas dan dalam) pandangan dan pikir-annya, namun bijaksana dalam menyampaikan pandangan tuanya itu. Pemimpin harus selalu bijaksana kepada semua golongan rakyat baik golong-an tua, muda bahkan anak-anak.

3. Muka tengadah : Pandangan selalu jauh kedepan, kalau berjalan Semar memandang keatas sebagai simbol bahwa seorang pemimpin harus memiliki optimisme yang tinggi, dan kesadaran akan adanya kekuatan yang menentukan dari atas (Tuhan) sehingga harus selalu mengingat dan memohon petunjuknya

4. Mata dan Bibir : Mata Semar rembesan (menangis) dan bibir tersenyum, seorang pemimpin harus selalu selalu perhatian kepada rakyatnya, mudah tersentuh dengan penderitaan rakyatnya. Seorang pemimpin harus selalu tampil tersenyum, memberikan penyejuk dan hiburan bagi rakyatnya, tidak menampakkan kegelihasan dan kegundahan hatinya. Seorang pemimpin harus melihat kondisi rakyat dari sudut pandang mereka, bukan dari sudut pandang kekuasaan. Mulut cablek juga dapat dipahami bahwa pemimpin haruslah pandai dan cakap dalam berbicara, pandai menyampaikan ide dan gagasannya.

5. Hidung Sunthi : Seorang pemimpin haruslah tajam penciumannya, tajam untuk bisa memahami berbagai gejala dan persoalan yang dihadapi oleh rakyatnya.

6. Telinga : Semar menggunakan anting ombok abang (cabe merah) mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus siap mendengarkan semua keluh kesah rakyatnya, menerima saran dan kritik dari siapapun, dan siap menerima kritikan sepedas apapun (tidak anti kritik).

7. Tangan Nuding : Seorang pemimpin harus dapat menjadi panutan yang menunjukkan kearah kebenaran, mencarikan solusi terhadap semua persoalan yang dihadapi rakyatnya. Pemimpin adalah heseming samar-samar, penuntun pada makna kehidupan. Pemimpin adalah Badranaya yang terus membangun dan melaksanakan perintah Tuhan demi kesejahteraan rakyatnya. Seorang pemimpin harus memberikan jalan dan perlindungan kepada siapapun.

8. Badan Bunder Seser (Ngropoh) : Seorang pemimpin harus memiliki tekad yang bulat, cita-cita yang kuat (gede atine lan mantep ciptane), dengan tingkah laku yang memikat. Seorang pemimpin tidak melihat suatu usulan datang dari mana, melainkan bagaimana mempertimbangkan dan menjalankan usulan yang baik demi kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya

9. Pocong Dhagelan : Pemimpin harus mikul dhuwur mendhem jero, menghargai jasa siapapun dan menyembunyikan aib atau segala yang tidak baik. Segala yang buruk dile-takkan dibelakang, tidak diumbar atau dipertontonkan.

10. Pakaian Kampuh Poleng : Seorang pemimpin haruslah mampu mengendalikan hawa nafsunya, mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya. Seorang Pemimpin harus lebih menghormati golongan rakyat jelata dibandingkan golongan atas maupun kaum borjuis (orang kaya).

11. Posisi Semar jongkok sekaligus berdiri : Seorang pemimpin harus selalu siap-sedia melayani rakyatnya, selalu dekat dengan rakyat, berperan ganda sebagai majikan sekaligus pelayan. Pemimpin adalah bojoganti, pelayan yang selalu setia, dan bertanggung jawab pada kewajibannya.

https://www.canva.com/design/DAFz4vXLLsM/UweRMcyXDnDiiNQsOBdHqQ/view?utm_content=DAFz4vXLLsM&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito
https://www.canva.com/design/DAFz4vXLLsM/UweRMcyXDnDiiNQsOBdHqQ/view?utm_content=DAFz4vXLLsM&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito

Kenapa Semar mempunyai senjata kentut dan bukan senjata yang bersifat fisik, seperti panah, pedang, tombak ataupun sejenisnya? Alasannya sebagai berikut :

1. Kentut berasal dari dalam diri Semar sendiri. Jadi, senjata ini sifatnya adalah kekuatan yang muncul dari pribadi Semar, bukan alat yang diciptakan atau dibuat.

2. Semar menggunakan senjatanya bukan untuk mematikan, tetapi hanya untuk sekedar menyadarkan. Dalam beberapa lakon atau cerita pewayangan, Semar menggunakan kentutnya untuk melawan resi, raja, atau satria yang tidak bisa dikalahkan oleh Pandawa Lima. Mereka akhirnya badar atau sadar kembali pada perwujudannya semula.

3. Semar akan menggunakan senjata kentutnya apabila para raja atau satria asuhannya tidak bisa mengatasi masalah dengan cara yang konvensional atau hanya menggunakan senjata biasa. Sebagai makna simbolik, kentut sendiri mempunyai nuansa bersuara dan berbau busuk atau tidak enak. Jadi, kentut juga bisa berarti suara yang berbau atau bernuansa kurang enak didengar maupun dirasakan

Jika dikombinasikan kentut dengan simbollik Semar sebagai suara rakyat kecil yang bercirikan kesederhanaan, maka senjata kentut Semar bisa mempunyai arti simbolik suara rakyat yang menyuarakan kebenaran, yang bersifat memberikan kesadaran kepada para pimpinan agar kembali pada jalan yang benar. Dengan demikian, suara rakyat, bagi sang pimpinan, adalah suara yang tajam dan tidak enak didengar dan kalau dirasakan berbau busuk karena keterus terangan melakukan kritik.

Kenyataaannya, apabila rakyat sudah mengutarakan isi hatinya, apalagi kalau menyampaikan kemarahannya, akan lebih dahsyat laiknya kentut Kiai Semar. Sehingga, mau tidak mau, pemimpin harus sadar untuk memperbaiki diri atau sadar bahwa kepemimpinannya sebetulnya tidak diakui oleh mayoritas rakyat dan rakyat mengakuinya semata-mata berdasarkan rasa ketakutan. Sadar jika kepemimpinannya tidak diakui oleh mayoritas rakyat dan rakyat mengakuinya semata-mata berdasarkan rasa takut, bukan tidak mungkin bisa terjadi suatu kondisi people power atau kekuatan rakyat. Semar bukan lelaki dan bukan juga perempuan, tangan kanannya ke atas dan tangan kirinya ke belakang. Maknaya adalah sebagai pribadi, tokoh Semar hendak mengatakan simbol Sang Maha Tunggal. Sedang tangan kriinya bermakna berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik. Gambar Semar yang sedang menunjuk dengan jari telunjuk melambangkan bahwa ia memberikan petunjuk pada manusia kalau hanya ada satu sesembahan, yaitu Allah Hyang Maha Kuasa. 

Semar menggenggam tangan kirinya menjelaskan bahwa ia telah memiliki keluhuran. Ia memakai kelintingan, memberikan tanda agar orang mendengar bila telah dibunyikan. Semar menggunakan pusaka menunjukkan bahwa tutur katanya (sabdanya) selalu suci. Lipatan kainnya berjumlah lima, menunjukkan bahwa ia telah memiliki dan dapat menjalani lima sifat Allah: Agung, Rahim, Adil, Wasesa, dan Langgeng.

https://www.canva.com/design/DAFz4qIvGFI/UJUCSSxC5NrA6mGv7u3R6w/view?utm_content=DAFz4qIvGFI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito
https://www.canva.com/design/DAFz4qIvGFI/UJUCSSxC5NrA6mGv7u3R6w/view?utm_content=DAFz4qIvGFI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito

Tokoh Semar yang merupakan seorang pemimpin dari punakawan yang berjiwa sangat adil meskipun buruk rupa. Tokoh Semar diceritakan sebagai penasihat sekaligus pengasuh para ksatria berbudi luhur, yaitu Pandawa bersaudara. Sifatnya yang sederhana, jujur, tulus, bijaksana cerdas, dan berpengetahuan sangat luas membuat semar disegani dan dihormati oleh para ksatria.

Didalam buku Psikologi Raos dalam Wayang karya Suwardi Endraswara menjelaskan bahwa tokoh Semar memberikan dimensi baru dan mendalam kepada etika wayang. Semar sangat sering disebut sebagai seorang begawan, namun dirinya lebih ingin memilih menjadi simbol rakyat jelata, maka, semar dijuluki sebagai manusia setengah dewa. Namun bagi Semar, seorang pemimpin merupakan majikan sekaligus pelayan, jadi walaupun semar manusia setengah dewa, ia tetap pelayan atau pembantu para ksatria. Maka dari itu, Semar dikisahkan sebagai penguasa kayangan tapi juga abdi dari Pandawa bersaudara.

Dari sisi spiritualnya, Semar memiliki mental yang sudah matang, terlihat dari wataknya yang sederhana, rendah hati, tenang, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih tetapi juga tidak pernah terlalu gembira.

Dia memiliki sifat yang tidak kagetan dan gumunan, sifatnya sama seperti air tenang namun menghanyutkan, tetapi dibalik sifat tenangnya tersebut, terdapat kejeniusan, ketajaman batin, kekayaan pengalaman hidup, dan ilmu pengetahuan.

Semar digambarkan berwatak rembulan. Wajah pucatnya bisa mengekspresikan bahwa dia tidak pernah mengumbar nafsu, dia juga mendapat sebutan sebagai semareka den prayitna semare, yang artinya menidurkan diri. Menidurkan diri dalam artian batinnya selalu awas, sedangkan panca inderanya ditidurkan dari gejolak nafsu negatif. Dari segala hal yang paling penting adalah, Semar selalu meminta restu dari Tuhan.

Semar digambarkan sebagai simbolisasi nilai ideal untuk dijadikan pandangan hidup untuk orang Jawa, diantaranya adalah:

Semar ke dunia Mampir Ngombe : Di dunia ini hanyalah semu dan samar, karena nantinya seluruh manusia akan kembali lagi kepada Sang Pencipta. Maka dari itu, turunnya Semar ke dunia adalah simbolisasi dari suatu pandangan bahwasanya hal itu adalah sementara.

Dharmahita (pengabdian) : Mencontoh dari sikap Semar yang digambarkan menjadi dewa tetapi tetap menjadi pelayan atau abdi bagi Pandawa bersaudara, dalam pandangan Jawa bisa diartikan bahwa walaupun memiliki jabatan yang tinggi harus tetap rendah hati.

Urip Samadya (Hidup Sederhana) : Diambil dari sifat Semar yang disebut sebagai dewa namun semar tetap menjadi pelayan, kita dapat mencontoh agar tetap hidup sederhana dan jangan terlalu ambisius. Secukupnya dalam menikmati hidup, karena roda itu pasti berputar.

Alus ing Pambudi (Berlaku Santun dan Berbudi Halus) : Semar yang dijelaskan sebagai sosok laki-laki namun memiliki fisik dan sifat layaknya perempuan, memberi arti dimanapun kita berada, harus tetap sopan dan rendah hati, lemah lembut seperti perempuan, dan tidak memandang seperti sedang menantang terhadap orang lain.

Sikap Orang Jawa yang Samar-samar antara Inggih dan Mboten : Sikap samar ini bertujuan untuk menghindari komflik dan menjaga keharmonisan, maka dari itu, orang Jawa akan berkata nggih meskipun aslinya mboten.

Dalam setiap penampilan wayang, Semar sering mengucapkan kata kata bijak yang dapat sesuai dengan siapapun dan kapanpun, contohnya:

Urip iku Urup : Dalam Bahasa Indonesia memiliki arti hidup untuk menghidupi, oleh sebab itu hidup kita harus selalu bermanfaat bagi orang lain disekitar kita.

Sura Dira Jaya Jayaningrat, Leburing Dening Pangastuti : artinya adalah keras hati, sifat licik, dan angkara murka di dalam diri kita hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijaksana, sabar, tabah dan lembut hati.

Datang Sering Lamun Ketaman, Datang Susah Lamun Kelangan : Kata kata tersebut memiliki arti bahwa jangan bersedih ketika sedang mengalami musibah atau kehilangan sesuatu, karena pada hakikatnya, semua pasti akan kembali pada Sang Pencipta.

 

DAFTAR PUSTAKA

Jati Nurcahyo MAKNA SIMBOLIK TOKOH WAYANGSEMARDALAM KEPEMIMPINAN JAWA (Jurnal Media Wisata, Volume 16, Nomor 2, November 2018)

Jati Nurcahyo MAKNA SIMBOLIK TOKOH WAYANGSEMARDALAM KEPEMIMPINAN JAWA (Jurnal Media Wisata, Volume 16, Nomor 2, November 2018)

Nurhadi Siswanto Filosofi Kepemimpinan Semar Panggung Vol. 29 No. 3, Juli - September 2019

TOKOH WAYANG SEMAR SEBAGAI BUDAYA LOKAL INDONES DALAM RANGKA MEMPERKAYA IMAJINASI DAN SUMBER KREATIVITAS DEKAVE Endro Tri Susdarwono1 Volume 7 Nomor 3 Desember 2020

Izzati, Afina. (2016). Nilai-Nilai Konstruk

 Harmoni: Perspektif Tokoh

Wayang Semar. Fikrah: Jurnal

Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan,

4(2), 261-275.

Christianto, Wisma Nugraha. (2003).

Peran dan Fungsi Tokoh SemarBagong dalam Pergelaran Lakon

Wayang Kulit Gaya Jawa Timuran.

Humaniora, 15(3), 285-301

Purwadi. Mengkaji Luhur Tokoh Semar. Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2014.

Christianto, Wisma Nugraha. (2003).

Peran dan Fungsi Tokoh SemarBagong dalam Pergelaran Lakon

Wayang Kulit Gaya Jawa Timuran.

Humaniora, 15(3), 285-301.

Menggolo, Ki Suryo. (2020). Penokohan

Wayang Semar dalam Pagelaran

Wayang Kulit. Wawancara tanggal

23 September 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun