1. Kuncung putih tegak ke atas : Kuncung Semar disungging dengan warna putih atau warna rambut ubanan, menggambarkan bahwa setiap manusia akan mengalami penuaan, sehingga manusia harus selalu sadar diri. Kuncung putih juga melambangkan tua kebijaksanaan seorang Semar, bukan hanya tua usianya tetapi juga tua pemikirannya, tua sikap dan perilakunya.
2. Mata rembesan : Istilah yang digunakan untuk menyebut jenis mata ini diambil dalam kondisi belum bersih, yaitu setelah bangun tidur belum sempat mandi atau cuci muka, sehingga mata belum bersih yang di dalam istilah Jawa disebut rembes. Mata rembesan menggambar-kan sikap yang selalu prihatin terhadap realitas kehidupan, sedih melihat penderitaan orang lain. Semar adalah tokoh yang mampu mencermati intisari kehidupan tanpa terpengaruh kesenangan dunia semata.
3. Hidung sunthi : Jenis hidung sunthi ini hanya diterapkan pada tokoh Semar wayang kulit purwa di Jawa. Menilik bentuk hidung panakawan ini menunjukkan tokoh ini sudah berusia lanjut, hal ini ditandai dengan adanya kerutan-kerutan kulit disekitar hidung tersebut. Hidung sunthi menggambarkan bahwa dalam kehidupan manusia haruslah tajam penciumannya, mencium segala keluh kesah yang ada di sekelilingnya.
4. Giwang (anting) Lombok abang : Telinga adalah salah satu indra yang sangat penting dalam kehidupan sosial, banyak mendengarkan sebagai salah satu sifat baik manusia. Semar akan selalu setia mendengarkan segala keluh kesah tuannya dan memberikan nasehat yang bijaksana. ia akan memberikan nasehat. Nasihat baik akan terasa pedas dan panas seperti lombok abang (cabai merah). Kritikan dan nasehat yang sangat tajam (pedas) haruslah selalu kita perhatikan jika menginginkan kehidupan yang jauh lebih baik, jangan mudah marah karena kritikan.
5. Mulut cablek : Dasar mulut wayang panakawan ini adalah dagunya lebih panjang dibandingkan mulut atas, sehingga menimbulkan kesan bibir bawah menonjol ke arah wajah, yang dalam bahasa Jawa disebut nyadhuk. Bentuk mulut kabel ini terdapat pada tokoh Semar wayang kulit Purwa pada semua gaya. Mulut Cablek yang selalu tersenyum menunjukkan Semar sebagai sosok yang selalu berusaha menghibur dan memberi nasihat bermanfaat.
6. Badan Ngropoh : Bentuk badan panakawan jenis ini menggambarkan badan yang montok namun lembek, tampak seperti mempunyai buah dada yang besar, juga memperlihatkan gambar pusar (bodong), sehingga bagian perut terlihat lembek pada bagian belakang badan.Bisa. perut berubah menjadi ikal. Para sesepuh (sesepuh) mempunyai tekad untuk berserah diri dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
7. Driji nuding : Driji nuding (jari menunjuk) merupakan simbolisasi dari fungsi Semar untuk menunjukkan jalan kebaikan. Driji nuding juga bagian dari gerakan dalam solat yang melambangkan kepasrahan kepada Tuhan yang Maha Tunggal.
8. Pocong dagelan : Pocong dhagelan merupakan model penerapan kain dodot pada Semar. Pocong dhagelan menunjukan bahwa yang tidak baik sebisa mungkin harus disembunyikan, diletakkan di belakang.
9. Kain kampuh poleng : Setiap warna pada kampuh poleng mewakili amarah manusia, jika berhasil mengendalikannya maka akan akan hidup bahagia dan sejahtera. Kampuh poleng juga menjelaskan lembaran kehidupan yang selalu berubah dan berkembang, manusia harus selalu siap dalam segala perubahan dan perkembangan. Kampuh poleng di-sungging dengan warna merah, hitam, kuning, dan putih yang merupakan simbol amarah, aluamah, supiah, dan mutmainah. Keempat nafsu manusia itu selalu saling bersaing untuk merebutkan singgasana telenging ati.
FILOSOFI KEPEMIMPINAN SEMAR
1. Asal-Usul : Semar keturunan Dewa namun tidak pernah membanggakan keturunan dan asalusulnya. Ia justru mengambil peran sebagai manusia kelas bawah, namun berwibawa sebagaimana kelas atas.