Mohon tunggu...
Gagas Mabrur
Gagas Mabrur Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Hidup

Penilik aksara, Penikmat kopi pahit. "manusia terbatas, aku bebas" https://kangmabrur.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluhan Pembelajaran Daring, dari Orangtua sampai Kuota

15 April 2020   16:13 Diperbarui: 15 April 2020   16:08 2385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia saat ini memang sedang dilanda wabah Covid-19 (Coronavirus disease 2019), penularan sangat cepat yang dalam beberapa bulan ini menyebabkan ditetetapkannya sebagai pandemi global oleh WHO (World Health Organization). 

Semua negara melindungi warga negaranya dengan melakukan pembatasan jarak bagi masyarakat. Upaya ini dilakukan salah satu tujuannya agar perawatan kesehatan tidak kewalahan menangani pasien dengan jumlah yang semakin meningkat. 

Seperti halnya di Indonesia yang menerapkan Physical distancing, istilah ini merupakan himbauan pembatasan jarak fisik bagi masyarakat, artinya langkah ini bukan berarti memutus hubungan sosial seseorang. mereka masih bisa berinteraksi dengan menggunakan teknologi---WHO merekomendasikan menjaga jarak 1 meter dari orang lain.

Dampak yang ditimbulkan Covid-19 ini sangat meluas, salah satunya di bidang pendidikan. Sejak dikeluarkannya surat keputusan dari Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang pelaksanaan pendidikan dalam masa penyebaran Covid-19, semua kegiatan pembelajaran konvensional mulai diliburkan untuk sementara waktu. 

Kegiatan pendidikan beralih menggunakan metode pembelajaran daring dengan berbagai aplikasi atau media daring lainnya yang dianggap sebagai sarana penunjang. Pembelajaran konvensional ditiadakan, tatap muka digantikan dengan tatap layar.

Dampak Pembelajaran Daring

Siswa, guru, dosen, mahasiswa, bahkan orang tua dituntut untuk beradaptasi dengan cepat dengan metode pembelajaran ini. Namun ada beberapa hal yang menjadi sebuah keluhan diterapkannya media daring ini, tidak semua siswa, mahasiswa, guru, dosen dalam kondisi yang sama. 

Kondisi wilayah, faktor ekonomi, jaringan, dan fasilitas seringkali menjadi faktor-faktor yang sangat dikeluhkan dalam penerapan sistem pembelajaran daring ini.

Tidak semua semua siswa dapat mengikuti metode pembelajaran daring dengan baik dengan minimnya fasilitas. Pembelajaran daring memerlukan gadget yang mendukung dengan aplikasi. Tidak semua guru dapat memahami sistem pembelajaran daring dengan sangat cepat. Tidak semua dosen dapat memahami perkembangan teknologi dengan tepat. 

Terlebih pada dosen yang sudah sepuh. Tidak semua mahasiswa berada dalam akses jaringan yang baik, sebab kondisi geografis yang sulit jaringan menghambat metode daring ini. 

Nah, dan yang paling sulit adalah orang tua. Sebab tidak semua orang tua dengan latar pendidikan yang tinggi, hal ini terjadi pada siswa-siswi SD yang menuntut orang tua untuk selalu ikut mengawasi dalam proses pembelajaran daring.

Pada siswa-siswi SD dan SMP hal ini sangat menitikberatkan pada guru dan orang tua. Pengawasan tentang pembelajaran daring harus terus dilakukan jika ingin putra-putrinya masih dapat belajar di tengah-tengah wabah ini. 

Bagi orang tua ataupun guru yang dapat beradaptasi dengan teknologi bukan suatu persoalan besar, namun bagi yang sulit beradaptasi ini sangat memberatkan. 

Siswa-siswi yang sebelumnya belum punya gadget harus segera membeli, siswa-siswi yang belum terbiasa menggunakan gadget harus segera belajar mengoperasikan gadget. Ini hanya salah satu keluhan yang penulis ketahui bagi penerapan sistem pembelajaran daring di jenjang pendidikan SD dan SMP.

Guru dan orang tua dalam menghadapi kondisi ini sangat berperan penting, selain turut memahami sistem pembelajaran daring anak-anaknya juga harus menyediakan fasilitas yang memadai. 

Seperti halnya kuota internet yang merupakan salah satu faktor penting untuk mengakses jaringan. Sebab, tanpa kuota internet pula sangat susah untuk tetap mengikuti pembelajaran daring ini. Pada nyatanya banyak siswa-siswi SD atau SMP atau orang tua mengeluhkan kondisi ini.

Sedangkan pada mahasiswa, seringkali yang terlihat pada media-media sosial adalah bagaimana penerapan sistem pembelajaran oleh dosen dirasa sangat memberatkan mahasiswanya.

Dosen memberikan tugas yang bertumpuk di setiap mata kuliahnya lalu meminta mahasiswa mengumpulkan tanpa memberikan umpan balik pada mahasiswa.

Umpan balik disini merupakan bentuk perkuliahan yang dialogis, tanpa umpan balik mahasiswa akan sangat sulit memahami materi yang disampaikan. Ini menunjukan bahwa perlunya inisiatif dosen sebagai staff pengajar untuk me-upgrade sistem pembelajaran daring. Seperti halnya dosen melakukan video conference akan membuat suasana pembelajaran daring terjadi dua arah.

Ditambah lagi dengan kondisi wilayah yang sulit mengakses jaringan (minim signal) membuat kesulitan semakin menumpuk. Pasalnya, mahasiswa yang dalam wilayah yang termasuk sulit akses internet disini sangat dirugikan. Mahasiswa tidak bisa fokus mempelajari materi yang diajarkan oleh dosen.

Memaksimalkan Teknologi

Revolusi industri 4.0 memungkinkan kita berinisiatif terbarukan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Meningkatkan wawasan teknologi, memanfaatkan fasilitas yang ada adalah salah satu inisiatif yang terbaik untuk kondisi saat ini. Pertemuan fisik yang dibatasi tidak boleh sampai membatasi ruang berpikir kita. 

Kita harus tetap mengembangkan peradaban pendidikan. Kondisi lockdown pendidikan secara fisik bukan berarti me-lockdown pendidikan secara pemikiran. Kita harus tetap merdeka dalam hal berpikir.

Saat ini, sistem pembelajaran daring dengan kekurangannya bukan berarti harus diganti dengan sistem pembelajaran konvensional lagi. Sebab, langkah ini sudah melewati pertimbangan-pertibangan yang tepat, namun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam penerapannya. Seperti halnya keterbukaan antara siswa dengan guru, siswa dengan orang tua, dan antara mahasiswa dengan dosen.

Memaksimalkan teknologi adalah kunci. Pemanfaatan teknologi yang maksimal akan membantu proses keberlanjutan pendidikan di masa ini. Ini merupakan salah satu tuntutan sekaligus hikmah yang dapat diambil. 

Bagi yang awalnya belum terlalu menguasai teknologi harus mampu dengan cepat memahami karena kondisi yang mengharuskan. Pada kondisi ini, dimana untuk berjalan keluar rumah harus menjaga jarak dengan orang lain tidak boleh menjadi pembatas untuk tetap belajar dengan memaksimalkan teknologi. Pun, jagan lupa beli kuota untuk tetap mengikuti kemajuan teknologi virtual dan digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun