Di layar zoom, mbak Kana memperlihatkan hasil karyanya yang kebetulan ada di dekat mejanya. Ya, ampun, bagus. Sebagai moderator, akupun nggak lupa menyatroni instagramnya. Mulai dari foto dan video yang ada di akunnya, aku bagi di layar.
Mengesankan sekali pengalamannya dalam memamerkan hasil karyanya dengan media kardus. Rupanya mbak Kana 16 tahun tinggal di dekat pasar. Sehingga ia sering melihat kardus. Sayang kali, ya kalau dibuang ke sampah. Makanya, ia pikir, bisa dong jadi bahan untuk berkarya. Dan itu diawali dari sebuah kejadian, di mana mbak Kana mau melukis tapi lupa membawa bahan dan peralatan. Akhirnya, kreativitasnya meledak. Ia ambil kardus bekas sebagai bahan kanvas. Sedangkan kuas, ia memilih ranting pohon. Luar biasa. Bahan kardus menjadi terbiasa ia gunakan sebagai media antimainstream karya-karyanya. "Nggak ada kanvas, kardus-pun jadi", katanya.
Yang paling ajaib adalah, kehadiran mbak Kana waktu itu bukan sekedar untuk memenuhi undangan Koteka sebagai narsum, namun bersama Koteka menyusun kekuatan untuk menyambut hangat die Koteka dan mbak Siti yang ada di Bonn, untuk ikut acara pameran tahun depan di Cologne. Itu kota besar di Jerman yang terkenal dengan gereja, di mana Sylvester Stallon beberapa kali ikut misa di sana. Di kota itu pada bulan September, biasanya ada acara Pasar Senggol. PS adalah pestanya diaspora Indonesia di sana. Nanti, Koteka bikin tenda pameran, deh. Doain, ya. Ada yang mau bantu? Go international! (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H