"Selama di Indonesia mampir ke Jogja tidak, ya? Kalau ke Jogja mungkin bisa talkshow langsung plus tur untuk rombongan." Dik Nugroho mengirim jawaban pada tanggal 31 Juli.
"Wah, nggak ada rencana ke Jogja. Tapi coba aku tanya suami." Aku bingung. Tadinya dari Danau Toba terus ke Medan, suami usul terbang ke Jogja aja mumpung ada "direct flight." Aku nggak mau karena tujuan utama pulang ke Indonesia adalah menjenguk ibu di Semarang. Jadinya ke Semarang, dong landing-nya. Ending-nya, dijadiin juga itu acara bertajuk Kotekatrip-8 bersama Kjog di Jogjakarta!
Untuk teknis zoom di lapangan, dik Nugroho butuh kabel clip on 2 in 1. Sayang, waktu ditanyakan di group Kotekatrip-8, nggak ada yang punya. Aku usul supaya nanti, masing-masing pakai gadget sendiri saja. Sudah, gitu aja. Easy.
Itu pula yang aku haturkan kepada Gusti Bendara, ketika beliau menanyakan teknis zoom. Namun, ada suara "ngiiiing ...", feed back dari alat-alat, sehingga peserta yang hadir diharap mematikan zoom supaya telinga nyaman dan menikmati zoom secara offline. Sudah ada peserta yang hadir secara online. Acara dimulai.
Kotekatalk-139 bersama GKR Bendara
Terlahir dengan nama Gusti Raden Ajeng Nurastuti Wijareni pada tanggal 18 September 1986, GKR Bendara adalah putri bungsu dari Sri Sultan HB X dan GKR Hemas. Beliau menikah pada tahun 2011 dengan pria Bandar Lampung yang sudah lama di Jawa, Achmad Ubaidillah atau bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara.
Selama perjalanan liburan, aku sudah mengirim daftar pertanyaan kepada beliau melalui asisten beliau, dik Reni. Berikut adalah informasi selama wawancara, yang perlu kalian ketahui:
Berita tentang Miss Universe di tanah air sedang panas. GKR Bendara adalah salah satu peserta Miss Indonesia tahun 2009 dan masuk 10 besar. Aku ingin tahu, apa saja kekayaan budaya keraton yang diusung. Ternyata Gusti Bendara tidak terlalu banyak melakukan persiapan karena keikutsertaannya hanya iseng-iseng belaka. Tarian dari Jogja tentu saja menjadi salah satu kewajibannya. Kalian ingin ikut ajang kecantikan? Keluarkan talenta dan kelebihan kalian.
Adalah spa Nurhadhatya (nur=cahaya, hadhatya = keraton) atau perawatan ala putri Kedaton di hotel Ambarukmo. Nama itu diambil karena semua nama depan putri sultan menggunakan nama "Nur." Gusti Bendara menjelaskan bahwa spa dikelola kelima putri HB X. Sekarang ini dibuat kekinian tapi tetap simple. Pembukaannya merupakan kersa Dalem. Menurutnya, orang manca lebih minat untuk menikmati spa, sedangkan orang Indonesia mengutamakan pijat. Gusti Bendara mengaku tidak menyukai jamu, namun masih suka menghirup jamu kunir asem dan beras kencur. Kalian suka jamu apa, coba?
GKR Bendara pernah menjadi duta teh sari melati. Menurutnya, teh Indonesia yang wasgitel (wangi, seger, legi, kentel), sebenarnya lebih sedap ketimbang English tea atau green tea. Kalian yang ikut Kotekatrip-8, pasti sudah menghirup teh ini di Ndalem benawan yang disuguhkan oleh Gusti Aning dan istri. Joss, rasanya melayaaaang. Gusti Bendara menerangkan bahwa di Nglinggo, ada perkebunan teh di desa wisata Purwosari. Desa yang menjadi juara 1 Desa Wisata itu punya kekayaan teh yang bagus, namun harga tehnya nggak naik-naik. Padahal harga kopi naik terus. Ada apa ini? Nggak heran kalau petani atau perkebunan di sana beralih ke kopi. Sekedar info, teh asli Kulonprogo itu coklat gelap (dekokan), sehingga aroma wasgitel sangat kental. Kulonprogo sendiri sudah 3 kali menang ADWI award, lho. Beliau berharap akan ada usaha dari Indonesia supaya teh Indonesia meramaikan pasar internasional. Di Indonesia sudah ada artisanti, buah atau bunga Indonesia yang dibuat teh. Ini secercah harapan. Kalian suka teh atau kopi? Produk Indonesia, bukan?
Belanda baru-baru ini mengembalikan benda-benda pusaka ke Indonesia. GKR Bendara menanggapi positif tentang hal ini. Katanya, peninggalan tersebut memiliki 2 jenis. Pertama merupakan hadiah. Misalnya pada saat Wilhelma ulang tahun. Itu tidak dikembalikan. Kedua, barang dari luar Jawa. Karena bukan dari Jawa, sebaiknya dikembalikan ke asalnya. Misalnya ada barang dari Lombok, ya harus ke Lombok. Harapan Gusti Bendara bahwa tidak hanya barang yang jelek atau tidak bernilai/berharga yang dikembalikan tapi yang bagus dan berharga/bernilai. Indonesia akan siap menerima dan merawat. Untuk urusan pelestarian arsip, GKR Bendara masih butuh kemampuan lebih dari SDM yang mampu membaca Bahasa Belanda yang ditulis tahun 1970-an dalam aksara Jawa. Banyak Bahasa serapan yang digunakan. Ini meyulitkan proses penerjemahan arsip, baik pasif maupun aktif. Kalian sudah belajar Bahasa asing apa saja, hayooo?