Salah satu dari mereka berjalan meniti pohon besar di seberang sana. Mataku mengamati dengan seksama.
"Kamu berani melompat dari pohon ke air?" Aku mendekat dan berseru dari bawah. Anak lelaki itu menggeleng." Kalau kamu berani, nanti aku kasih uang dan hadiah." Aku mencoba memotivasi keberaniannya untuk muncul, dengan iming-iming, impuls berupa hadiah. Seorang pria berteriak, menambahkan bahwa biasanya si bocah bisa dan biasa terjun dari pohon ke bawah. Nah!
"Byurrrr" Aih, bunyi sesuatu nyemplung di air. Akhirnya saudara-saudara, ia berani terjun!
Aku kaget. Kaget sekali. Lantaran tadinya aku kira, nyalinya akan menciut dan nggak sanggup terjun bebas. Ah, begitu dasyatnya iming-iming sebuah hadiah? Atau ia hanya ingin membuktikan perkataan seorang pria tua berbaju putih tadi. Kalau aku disuruh saja, walau dikasih hadiah tetap memilih mundur, alias nggak terjun ke air yang barangkali saja ada buaya atau hiunya. Nggak berani lah, ya. Hatiku mengecil.
Hal itu tentunya membuat aku berpikir bahwa manusia itu sebenarnya bisa apa saja, bisa menjadi apa saja, jika ada niat, kemauan dan usaha keras, serta motivasi dari orang-orang di sekitarnya. Aura positif.
Si anak tadi mencontohkan bagaimana dalam hidup yang keras ini mencapai apa yang diinginkan. Hal itu tentu saja harus didukung, dipupuk dan dilanjutkan.
Jika dari kecil saja sudah kuat begitu, aku pikir besarnya nanti pasti luar biasa. Aku berharap ia akan mendapatkan banyak kesempatan dari orang-orang di sekelilingnya.
Aku hentikan tepuk tanganku sebagai tanda apresiasi pada si bocah lanang yang gerak-geriknya lugu itu. Senyumku masih mengembang di wajah. Mataku kembali menyoroti si bocah.