Usai basah kuyup, ia berenang menuju pantai. Aku panggil dia untuk mendekat, memberikan lembaran puluhan ribu kepadanya. Janji adalah hutang. Aku lunasi sudah hutangku dan berpesan untuk mengumpulkan teman-teman lainnya juga. Karena selain untuk dia, uang dan tas berisi mainan dan alat tulis akan dibagikan.
"Teman-temanmu yang lain di mana?" Aku menatap matanya tajam.
"Di rumah." Si bocah lanang meringis. Giginya putihhh, aku suka!!!
"Minta tolong dipanggilin bisa, dik? Aku mau bagi hadiah buat kalian ... Jauh, nggak?" Aku merunduk, mensejajarkan badanku dengan badannya. Aku pegang tangannya yang ceking dan terbakar matahari.
"Nggak. Sana." Semangat sekali ia berlari menuju arah rumah penduduk. Namanya orang Indonesia kalau jauh, bilangnya dekat. Huh. Nggak tahunya, kami harus menunggu lamaaa sekali. Kami harus berbuat apa? Mau snorkeling takut nanti anak-anak pada datang. Kalau ditunggu terlalu lama, sedihnya kalau nggak jadi snorkeling.
Syukurlah, di depan kami ada sebuah warung. Kami merapat. Si ibu di rumah bambu itu tersenyum, ada rejeki datang. Rentengan kopi instan, susu instan tampak menggantung di atapnya. Dua termos yang aku yakin berisi air panas di meja. Di sebelahnya, ada dos mie instan. Sembari menunggu mereka kumpul, kami pun makan gorengan sambil ngobrol dengan penjual. Si mamak lucu, ah. Ya ampun, nikmatnya pisang goreng, dan ketela goreng. Hangat-hangat nendang.
Aku perhatikan anak-anak mulai bosan. Menunggu adalah pekerjaan yang mereka kurang sukai. Tahu apa yang mereka lakukan? Namanya anak, kreatif! Mereka menirukan apa yang si bocah lokal tadi lakukan! Inspirasi. Jadi Tarzan, menggantung di tali lalu melompat ke air.
Pertama yang bungsu mencobanya, sampai kakaknya penasaran dan ingin mencobanya juga. Gelegar tawa menggema. Mereka menikmati alam dengan hati. Aku pikir, anak perempuan juga boleh naik-naik, boleh aktif dan boleh melakukan semua hal baik yang dilakukan anak laki-laki, jika mau dan mampu. Mereka membuktikannya.
Selang beberapa waktu, kira-kira 10 anak datang. Polos dan manis-manis sekali. Kami persilakan semua duduk di atas pasir. Yang masih kecil dipangku ibunya. Pertama aku menjelaskan mengapa aku ke sana. Iya untuk berlibur bersama keluarga, memperkenalkan Indonesia, sekaligus untuk membagikan tas kain yang ramah lingkungan supaya bisa digunakan setiap hari saat sekolah atau belanja. Tas bisa dicuci jadi tahan lama. Kalau rusak bisa dijahit jadi tidak dibuang, seperti kantong plastik.