"Ia kasar padaku dan membanting pintu. Apakah menurutmu tindakannya betul? Makanya saya nasihati." Jelas saya sambil tersenyum. Ternyata ada perhatian juga dari anak lain.
"Tapi mengapa matamu tadi membesar?" Rosa mengernyitkan dahi. Baginya pasti ini bukan hal yang biasa. Orang tua Jerman kebanyakan yang saya kenal tidak sekeras orang tua di Indonesia yang sangat mendidik anak untuk sopan dan hormat pada orang lain, khususnya orang yang lebih tua. Apalagi dengan membelalakkan mata? Ini sangat jarang saya lihat, rata-rata posisi orang tua dengan anak di Jerman itu seperti teman.
"Supaya Ben tahu, aku marah dan tidak suka dengan apa yang dilakukannya. Tadinya ia menganggap remeh. Ia harus berjanji tidak mengulanginya lagi."
"Oh, begitu" Mereka berdua pun ngeloyor pergi.
***
Cerita singkat tentang pengalaman saya belalakan di Jerman ini semoga menambah wawasan teman-teman semuanya.
Pandangan dengan mata membesar yang bagi orang Indonesia, misalnya di Jawa, sudah menjadi tradisi. Ini sebagai tanda bahwa ada kemarahan, ada larangan atau hal lain yang ingin disampaikan dengan bahasa isyarat.
Saya kira, kalau mata kita terbelalak, akan ditertawakan oleh anak-anak di luar negeri seperti di Jerman. Ternyata, negara yang sudah multikultural ini juga menyisakan anak-anak yang paham tentang bahasa ini. Belalakan menjadi bahasa isyarat untuk mendidik anak-anak Jerman. Manjur!
Bagaimana dengan teman-teman? Coba ambil kaca lalu membelalakkan mata sebesar-besarnya? Jangan-jangan Anda sendiri takut. Yah, siapa yang tidak takut, coba. Makanya anak-anak juga takut kalau mata kita terbelalak. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H