Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jerman Lockdown Mulai Rabu Ini, Ada Aturan Baru?

16 Desember 2020   23:28 Diperbarui: 17 Desember 2020   00:09 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Angela Merkel dan jajarannya sudah sejak minggu lalu rapat membicarakan jumlah pasien corona yang mulai bertambah banyak dibandingkan dengan corona gelombang 1. Data hari ini, Rabu 16 Desember 2020 misalnya, selama seminggu saja sudah hampir mencapai 150.000 kasus baru di 16 negara bagian dan lebih dari 23.000 orang diantaranya meninggal. Tentu saja angka menyeramkan ini menjadi perhatian khusus negara.

Tak heran jika diputuskan sejak hari ini, Rabu 16 Desember 2020, bahwa Jerman lock down. Yang bikin terharu adalah tampak keharuan yang diperlihatkan kanselir Jerman itu. Suaranya parau, seperti ada tekanan jiwa yang merasuki racikan kalimat yang ia harus umumkan kepada seluruh rakyat Jerman pada hari Minggu, 13 Desember 2020 itu.

Apa saja yang harus diketahui sehubungan dengan lockdown? Berikut beberapa ketentuan yang harus kami pahami dan taati:

Jumlah orang yang bisa ditemui dalam satu ruangan

Ya, ampun, lock down. Ini zaman apa, ya, kok seperti zaman perang yang mana orang tidak boleh keluar rumah dan peringatan keras lainnya.

Nah, Sabtu besok, Koteka atau Komunitas Traveler Kompasiana akan mengadakan zoom ke-16 bersama Aline Dahmen, saya sebagai moderator. Tadinya ingin menggunakan bahasa Jerman sebagai bahasa ibu si Miss, tapi dipikir lebih bagus dengan bahasa Inggris karena pasti banyak peserta yang bisa mengikuti, tentu saja akan ditambahi terjemahan seperlunya dalam bahasa Indonesia.

Gadis Jerman yang tinggal di Bali itu saat ini sedang berlibur ke rumah orang tuanya. Sebelum keputusan dari pemerintah tentang lockdown, ia sudah antusias untuk datang ke rumah saya demi zoom itu. Sekarang ia galau. Boleh tidak bertemu saya? Apakah orang tuanya mengijinkan? Ia sudah lama di Indonesia, banyak aturan baru yang ia tidak tahu atau tidak ikuti.

Kemudian saya tenangkan dia. Ketentuan baru sejak beberapa minggu lalu adalah dua keluarga (sebanyak total 5 orang) boleh bertemu di dalam ruangan. Itu ditekankan lagi pada hari Selasa bahwa keputusan itu belum berubah untuk situasi lockdown.

Tetapi terserah saja, kalau dia tidak yakin, bisa mengadakan zoom dari rumah dia. Kan tinggal klik link, sama saja.

Masyarakat bisa sedikit lega, selain ketentuan itu ada pengecualian pada tanggal tertentu berkenaan dengan perayaan natal yang merupakan hal sakral di Jerman secara turun-temurun. Maklum, mayoritas orangnya beragama Katolik Roma. Jadi natal itu adalah sebuah momen penting yang tidak boleh ditinggalkan, sehingga banyak keluarga boleh berkumpul pada tanggal 24-26 Desember.

Kalau dilarang pasti masyarakat semakin stress dan bisa berakibat fatal. Istri teman suami saya dikabarkan bunuh diri karena sudah tidak kuat dengan kondisi pandemi yang menyusahkan orang di seluruh dunia ini. Tentu tidak elok kalau kejadian itu diulang banyak orang, bukan?

Oh, 5 orang dalam satu ruangan? Kalau anaknya banyak bagaimana? Ada pengecualian juga, yakni anak di bawah umur 14 tahun tidak ikut dihitung.

Jam malam

Oh, ada, ada jam malam. Sejak Senin di daerah Baden-wuerttemberg tempat kami tinggal, mulai pukul 20.00-05.00 pagi, kami dilarang keluar kecuali hal yang penting dan tidak bisa ditangguhkan seperti belanja, berobat, bekerja dan olahraga alam.

Saya ingat waktu sepulang sekolah pada hari Selasa, kami ingin belanja. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 6, pasti tidak banyak waktu yang akan dimiliki untuk berbelanja. Iya, harus sampai di rumah pukul 8 malam.

Ketentuan jam malam sudah berlaku sejak Senin di daerah kami, sedangkan daerah negara bagian lain baru Rabu. Bersyukur bahwa selama sejam kami belanja, ternyata cukup. PP dihitung 30 menit. Aman.

Ini mengingatkan orang Jerman akan jam malam yang terjadi pada masa PD I dan II zaman kakek-nenek. Bedanya, dulu musuhnya pakai senjata dan tank, hari gini musuhnya nggak kelihatan.

Apa ada polisi yang mengontrol?

Saya sudah dua kali mengalami masa karantina selama 14 hari x 2. Pada masa karantina pertama karena 3 teman di kelas terpapar virus Covid 19, dan yang kedua kalinya, hanya satu murid positif.

Selama karantina, tetap ada kelas online tetapi tidak ada kewajiban mengajar di taman kanak-kanak. Jadi, hanya di rumah saja seperti burung dalam sangkar emas. Untung saja pemandangan sekitar rumah indah dan bisa ditembus dengan kaca jendela. Jadi masih ada yang segar-segar dipandang mata.

Hanya saja, suami saya selalu wanti-wanti untuk membuka pintu dengan memakai masker. Pertama karena saya karantina. Kedua, sebab ia melihat ada kontrol dari polisi atau Ordnungsamt di gang bawah.

Sampai malam saya tunggu, pemeriksaan tidak sampai ke rumah kami yang di puncak bukit. Lalu saya kira, mungkin karena ada laporan dari tetangga bahwa banyak orang berkumpul atau keributan, sehingga ada keluarga yang disidak.

Mengapa tidak semua diperiksa? Pekerjaan negara sudah banyak. Pemerintah Bundes Republik Deutschland menganggap bahwa jika sudah ada ketentuan dari negara, berarti masing-masing orang harus menjaga diri dan bertanggung-jawab.

Sekolah online

Sejak Senin, masa karantina kedua sudah lewat. Hari Selasa masuk sekolah lagi dan ternyata harus dirumahkan lagi karena lockdown pada hari Rabu. Ah, nasib. Padahal minggu ini sampai minggu depan harusnya saya praktek kerja di taman kanak-kanak. Hilang sudah kesempatan untuk mengajar. Padahal Februari ada ujian praktek, ada nilainya. Bagaimana bisa bagus kalau tidak sempat latihan?

Ya, sejak Rabu ini semua sekolah memang ditutup. Untuk menggantikan pelajaran di sekolah, murid belajar lewat daring (lagi). Jadwal sesuai dengan hari biasa. Informasi bisa didapat di Messenger, Web untis, Moodle dan Alfaview.

Murid yang duduk di kelas akhir di sekolah mendapatkan keistimewaan masuk sekolah karena demi mengejar target kelulusan.

Menurut saya, sekolah online kurang cocok untuk saya. Banyak sekali kertas yang harus dicetak dan dikerjakan di rumah. Kadang ada yang terselip saking banyaknya. Ini saya nilai juga kurang ramah untuk lingkungan, apalagi jika file tidak bisa disetting dengan print bolak-balik. Belum lagi kehadiran guru tidak bisa 2 jam penuh tetapi hanya satu jam.  Ditambah, beberapa teman juga mengalami kendala internet, sehingga suara tidak terdengar atau video tidak terlihat dan seterusnya. Sistem belajar sendiri ini agak susah. Pertama bahasanya sudah sulit karena bahasa Jerman, kedua materinya banyak pembahasannya sedikit dan harus belajar sendiri. CBSA, cara belajar siswa aktif.

Penyerapan ilmu guru dari online sepertinya tidak semaksimal di dalam kelas klasik. Tapi apa daya, memang sedang pandemi. Cara belajarnya harus begini demi meredam penyebaran virus. Mari bersabar dan tekun belajar.....

Penitipan anak  

Semua sekolah memang ditutup termasuk taman kanak-kanak. Masalahnya, banyak orang tua yang masih memiliki anak kecil yang harus diurusi. Jika mereka bekerja, siapa yang mengurus? Sedangkan mertua atau orang tua adalah golongan beresiko tinggi yang tidak bisa begitu saja dimintai tolong.

Untuk itulah, pemerintah menentukan adanya Notbetreuung." Itu khusus penitipan anak-anak di taman kanak-kanak, yang orang tuanya memiliki pekerjaan penting dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak seperti dokter, perawat, pemadam kebakaran, polisi, ambulan, apoteker dan sejenisnya.

Karena saya juga bekerja di taman kanak-kanak setiap dua hari per minggu, saya juga ditugasi untuk merawat anak-anak yang orang tuanya tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Tidak banyak memang, anak-anak yang dititipkan. Banyak guru dipulangkan karena terlalu banyak guru tapi terlalu sedikit murid. Ah, TK tampak lengang, sunyi, senyap, sendiri.

Masker gratis untuk golongan beresiko tinggi

Masker adalah alat penting demi mengerem penyebaran virus Corona. Ini seperti kebutuhan pokok bagi umat sedunia. Bagi mereka yang memiliki usia di atas 60 tahun, boleh mengambil 3 masker jenis FPP2 gratis di apotik terdekat dengan menunjukkan kartu identitas diri.

Grup yang terbilang rentan dengan penyakit termasuk virus Covid19 ini, tentu akan merasa terbantu dan terdorong untuk melindungi diri memakai masker jika ini didukung oleh pemerintah negaranya.  Ada perhatian yang kecil tapi bermakna di sana.

Masker memang hanya 1-2 euro harganya tetapi hikmahnya pasti lebih besar dari jumlah itu.

Sedangkan saya yang banyak bekerja dengan anak muda dan anak kecil, saya percayakan masker jenis K95 yang penampakannya lebih mirip penyaring kopi, tapi dayanya mantab.

Boleh traveling

Boleh. Warga di Jerman boleh mengadakan perjalanan jauh sampai tanggal 10 Januari 2020. Dengan catatan, kepergiannya merupakan hal yang mendesak. Yang harus diingat adalah banyak negara sudah ketat mengatur orang masuk dan keluar negaranya. Harus tes PCR -Polymerase chain reaction, harus karantina, harus ada surat dan seterusnya. Jadi, sama saja bohong lantaran memang tidak mudah untuk jalan-jalan sembarangan. Repot tambah pusing segala.

Oh, ya, saya masih ingat cerita suami saya yang beberapa hari lalu mengantar parcel natal ke koleganya:

"Temanku bilang, pssssttttt, aku dan anak lelakiku akan pergi ke pulau Seychellen, Afrika Utara. Tapi aku nggak cerita ke orang. Kami akan berangkat dari Zurich, Swiss supaya orang-orang nggak tahu."

Geleng kepala, lah memangnya suami saya bukan orang apa? Hahaha. Dasar kurang kerjaan dan kebanyakan uang yang mau dibuang. Namanya orang, ada saja yang ingin melanggar aturan karena setahu saya travel yang dibolehkan hanya dalam rangka bisnis, bukan untuk kesenangan pribadi.

***

Teman-teman, ini Jerman, apa sih yang tidak diatur? Semua ada, semua detil dan semua pasti. Keputusan lockdown dan aturan baru yang lahir darinya akan ditinjau lagi 5 Januari nanti.  Lockdown dari tanggal 16 Desember sampai 10 Januari ini sedang kami jalani. Andai jumlah pasien hanya 50 per harinya per daerah, aturan akan dilonggarkan. Ada harapan besar yang diusung negara di atas keputusan yang diambil dan akan berhasil jika didukung masyarakat lahir batin. Tidak hanya janji manis di mulut saja.

Tindakan lockdown ini juga sebagai contoh bagus bagi negara kita Indonesia, yang masih banyak orang susah diatur, susah dijangkau atau susah mengakses informasi. Semoga semua bisa diatur sedemikian rupa dan ditaati bersama demi memerangi corona.

Salam hangat, sehat dan bahagia semuanya. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun