Hasil studi yang saya bagi di atas itu belum seberapa. Yang lebih mengerikan lagi adalah penelitian bagaimana nasib lansia setelah pensiun (usia 63 tahun jika telah 45 tahun bekerja atau di usia 65 tahun).
Banyak kasus terjadi bahwa lansia Jerman hidup melarat dan sendiri. Sudah lelah, tubuhnya rapuh, uangnya kurang untuk hidup, apalagi masih ada hutang kredit rumah tadi.
Tidak heran jika banyak dari mereka menuntut kepada kanselir Jerman, Angela Merkel. Jika pengungsi dari negara lain saja dirawat, mengapa mereka lansia yang sudah mengabdikan diri, bekerja, membayar pajak selama mudanya selama bertahun-tahun, tidak mendapatkan penghidupan yang layak di Jerman?
Bukankah pengungsi mendapatkannya secara cuma-cuma? Jangan habis manis, sepah dibuang. Begitu perasaan dan unjuk rasa yang biasa disampaikan para lansia Jerman di dalam masyarakat dan berbagai media massa.
Aduh, urusan politik negara Bundes Republik Deutschland memang saya tidak paham.
Kembali ke soal keuangan lansia Jerman. Melas sekali melihat kondisi keuangan mereka yang 56% atau lebih dari separoh mengalami situasi keuangan yang lebih buruk dari sebelum masa pensiun.
Ditambah, 29% di antara mereka yakin bahwa 5-10 tahun mendatang kondisi buruk itu akan semakin buruk.
Itulah sebabnya, sebelum masuk pensiun banyak saran dari lembaga kredit supaya warga melunasi hutangnya tepat waktu. Jangan ditunda. Jika ditunda, ini tak ubahnya menyiapkan warisan hutang tak berkesudahan.
Padahal semakin tua orang di Jerman, semakin tinggi dana yang harus dibutuhkan. Misalnya untuk perawatan kesehatan (butuh alat pendengar, butuh alat untuk membantu berjalan, butuh cangkok lutut, cangkok jantung, implant gigi dan lain-lain) sampai kebutuhan mendesak akan penjaga/perawat dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk masuk ke panti jompo dengan perawatan kesehatan yang bagus juga tidak mudah dan tidak murah. Artinya untuk mendapatkan tempat atau kamar, harus antri. Tidak bisa pesan, langsung dapat. Itu seperti cerita murid-murid bahasa Inggris saya yang pasangannya butuh perawatan intensiv tapi tidak bisa melakukannya sendiri tapi tidak mendapat tempat. Mungkin karena semakin banyak lansia namun persediaan panti jompo dan tenaganya kurang mencukupi.
Masuk di panti jompo juga tidak murah, lho. Sebulan saja sudah 1700 euro ke atas. Lah pensiunannya berapa? Atau rumah yang dijual bisa menutup bea di pantikah? Dan entah apalagi jutaan pertanyaan yang muncul di kepala. Pusing Barbie.