Pernah dong. Di Jerman, tempat kami tinggal baru-baru ini.
Ini pula yang akhirnya menjadi catatan kecil bagi setiap negara bahwa para pejabat harus tetap berhati-hati dalam kehidupan sehari-hari. Mereka ini menjadi panutan dan disorot banyak orang. Jangan dikira kalau sudah pejabat bikin aturan lalu mempan aturan dan denda, atau bertindak dan berkata seenaknya. Tidak, pasti tidak. Nggak kebal hukum.
Itu barangkali kelalaian dari Minister Praesiden kami Winfried Kretschmann. Pria berambut putih perwakilan partai Gruene itu tidak memakai masker selama 45 menit menunggu pesawat terbang dari Berlin ke Stuttgart.
Hal itu menjadi bulan-bulanan media lantaran Sarah Kramer dari Pforzheim yang kebetulan hari Rabu 17 Juni yang lalu berada di satu pesawat dengan sang tokoh, menjadikannya viral.
Selain status di FB, Sarah juga merekam kejadian itu melalui video telepon genggam. Bukankah wajib pakai masker sudah digembar-gemborkan sang politikus demi meredam angka pertambahan pasien covid19? Itu juga termasuk ketika di ruang tunggu pesawat dan di dalam pesawat. Sayangnya, pak Kretschmann sebagai satu-satunya orang yang alpa. Omdo, rakyat jadi iri.
Dalam berita yang ditayangkan SWR3, partai FDP yang diwakili bapak Hans Ulrich Ruelke mengecam hal itu karena sebagai panutan, beliau tidak selayaknya melakukan hal itu. Jika menginginkan warga taat, yang mengatakan juga harus patuh pada aturan yang sama.
Harusnya, meskipun jumlahnya hanya 15-30 euro, pak Minister harus tetap bayar denda dan nggak boleh mengulanginya lagi. Minta maaf dan malu.
***
Kericuhan di dalam masyarakat akibat keteledoran perdana menteri negara bagian Baden-Wuerttemberg, pak Kretschmann nggak pakai masker ini, kesannya terseret berita kebrutalan ratusan pemuda pada hari akhir pekan lalu. Di mana ini mengingatkan kita pada kerusuhan di Jakarta, banyak orang menjarah toko-toko! Pelakunya mayoritas adalah orang Jerman yang memiliki darah asing.
Kali itu daerah yang ketiban sampur adalah Koenigstrasse. Pusat perbelanjaan di Stuttgart, Jerman yang dulu zaman raja-raja biasa dibuat pawai keluarga kerajaan untuk mengunjungi rakyatnya. Dalam tragedi di ibukota Baden-Wuerttemberg itu, 40 toko dijarah, 7 di antaranya ludes. Kasihan ya, sudah bisnisnya hancur, rugi pula. Semoga mereka diberikan rejeki yang cukup, yang hilang akan kembali lebih banyak.
Teman-teman, lewat cerita saya ini, semoga kita sebagai masyarakat Indonesia tetap ingat bahwa kalau penduduk biasa saja harus bayar denda dan saling mengingatkan, menjadi teladan bagi yang lain, para pejabat harus lebih bisa mempraktekkannya. Maklum, saya ini agak negative thinking berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah ... di Indonesia masih ada KKN ? Lebih mudah terjadi penyelewengan? Pejabat imun?