Berbeda dengan di rumah kami. Anak yang sudah duduk di kelas empat SD atau umuran 9 atau 10 tahun, sudah wajib membantu kami, nggak usah menunggu umur 14, kelamaaaaaaan. Ditraining lebih dini lebih baik, biar tangannya nggak kiri semua (zwei linke Haende) kata orang Jerman. Si A bersihin anak tangga, si B keluarin alat makan-minum dari mesin cuci piring, si C buang sampah sekaligus memilahnya di 4 tong sampah. Dan masih banyak pekerjaan rumah lainnya, semua dapat.
Untungnya dari anak-anak sudah bisa berdiri sendiri, mereka sudah suka pegang sapu, pegang pel, pegang lap dan segala alat pembersih rumah lainnya. Lucu banget kalau lihat kenangan yang abadi dalam foto. Belum lagi waktu acara masak atau bikin kue, mereka paling rajin membantu, tentu sambil menjilat adonan sampai muka belepotan. Aih!
Ditambahkan oleh pengacara tersebut, jika anak lalai, orang tua berhak atau diijinkan oleh negara untuk menghukum mereka. Contoh kompensasinya dengan misalnya "Handy Verbot" atau nggak boleh pakai telepon genggam dalam kurun waktu tertentu, nggak boleh nonton TV dalam kurun waktu tertentu atau kesepakatan lain yang akan mengajarkan anak-anak bahwa kalau melanggar aturan, akan mendapatkan ganjaran setimpal. Diharapkan lain kali jika anak-anak bisa memahami aturan rumah, bisa mengikuti aturan di dalam masyarakat.
Nilai positif yang didapat
Menurut kami, itu bagus untuk kami. Kalau keluarga itu artinya suka-duka dibagi, jadinya ada makanan dimakan bersama, begitu pula pekerjaan rumah. Semua kerja. Ini bukan hotel mama-papa. Rumah adalah milik bersama yang harus dijaga oleh para penghuninya. We are a team.
Lantas apa kebaikan dari sebuah tim yang menyelesaikan pekerjaan rumah tangga bersama-sama?
Pertama itu melatih kemandirian, karena di Jerman tidak ada trend memiliki pembantu. Semua dikerjakan sendiri. Lebih baik uangnya ditabung untuk piknik ketimbang membayar orang yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bayangkan saja, tarif pembantu rata-rata 10 euro atau Rp 160.000 perjam untuk setrika atau bersihin kaca jendela atau membersihkan rumah. Tinggal mengalikan saja berapa yang harus dibayar setiap bulan jika tidak mengerjakannya sendiri.
Kedua, menanamkan prinsip, my house my castle. Yang memiliki rumah harus merawat sendiri. Home sweet home, where the heart stays.
Ketiga, mengajarkan tanggung jawab. Jika habis makan, piring dan gelas tidak perlu mencucinya sendiri, tapi harus memasukkan ke mesin cuci dan bantu merapikan, masuk lemari.
Dan tentu masih banyak nilai-nilai positif yang diambil tiap anggota keluarga karena membantu selesaikan pekerjaan rumah tangga.
***