Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Apakah Anak Wajib Membantu Orangtua di Rumah?

10 Juni 2020   00:04 Diperbarui: 10 Juni 2020   01:08 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Waktu masih tinggal dengan saudara dan orang tua, masing-masing dari kami punya kewajban membantu pekerjaan bapak dan ibu di rumah. Misalnya, Kakak yang nomor satu menyapu dan mengepel lantai rumah, kakak nomor tiga mengelap kaca jendela, kakak nomor empat membetulkan genting yang melorot, saya belanja dan masak, adik bungsu menyediakan teh untuk tamu. 

Untuk urusan baju, urusan masing-masing. Tidak ada rasa iri dan keluhan pada orang tua. Padahal waktu kami masih balita sampai sekolah dasar, kami memiliki pembantu yang mengerjakan pekerjaan tumah tangga dan membantu kami dalam kehidupan sehari-hari.

Makanya suka kesal kalau anak-anak kami waktu disuruh bantuin, kadang tanggapannya ngeselin "huh", "nanti, ah", "capek" dan masih banyak argumennya. Biasanya, segera saya nasihati bahwa itu tidak terpuji, kebiasaan buruk yang harus dihilangkan.

Selain itu, butuh menyelami hati mereka dan sedikit mengobrol tentang mengapa anak harus membantu pekerjaan orang tua di rumah, kapan harus melakukannya dan bagaimana melaksanakannya.

Mengapa anak wajib membantu orang tua?

Tuhan memang Maha Baik, membantu meyakinkan mereka bahwa apa yang dikatakan orang tua benar adanya. Salah satu chanel TV Jerman membahas tentang itu dalam program Galilio "Apakah Anak Wajib Membantu Orangtua di Rumah?" Kebetulan kami nonton bersama.

Narasumber yang didatangkan adalah seorang "Anwalt" atau pengacara. Boleh dikatakan bahwa apa yang diterangkan bukan mengada-ada tetapi sesuai hukum dan peraturan yang berlaku di Jerman. Ia menjelaskan, sebenarnya itu sudah lama diatur di Jerman dalam artikel 1961. Anak wajib membantu orang tua di rumah! Nah, baru anak-anak manggut-manggut.

Zaman dahulu, penduduk Jerman banyak yang masih memiliki "Bauernhof" atau rumah petani lengkap dengan tanah yang sangat luas untuk digarap, termasuk kandang hewan. Mulai dari mengurus ladang dan hewan menjadi pekerjaan sehari-hari para petani. Otomatis anak-anaknya terbiasa berada di sekitar orang tua dan membantu secara sukarela sampai menjadi tugas wajib pada umur tertentu.

Kata suami saya, waktu ia kecil nggak ada gawai, jadinya anak-anak yang memiliki saudara petani justru suka bertandang bahkan berlibur di rumah mereka untuk membantu pekerjaan. 

Konon, pengalaman berada di rumah petani itu menyenangkan. Mulai dari naik traktor, memberi makan hewan, memetik hasil panen, salto di atas tumpukan jerami dan masih banyak lagi hal-hal asyik yang nggak setiap anak mengalaminya dalam hidup.

Oh, ya, sesuai keterangan dari pengacara, anak umur 14 tahun mulai wajib membantu orang tua. Sebelumnya, suka rela saja, kan. Dengan usia anak yang sudah mencapai; anak-anak perempuan sudah menstruasi dan anak laki-laki sudah berubah suaranya atau mimpi basah, menandakan bahwa mereka sudah siap memanggul tanggung-jawab alias bukan anak kecil lagi.

Berbeda dengan di rumah kami. Anak yang sudah duduk di kelas empat SD atau umuran 9 atau 10 tahun, sudah wajib membantu kami, nggak usah menunggu umur 14, kelamaaaaaaan. Ditraining lebih dini lebih baik, biar tangannya nggak kiri semua (zwei linke Haende) kata orang Jerman. Si A bersihin anak tangga, si B keluarin alat makan-minum dari mesin cuci piring, si C buang sampah sekaligus memilahnya di 4 tong sampah. Dan masih banyak pekerjaan rumah lainnya, semua dapat.

Untungnya dari anak-anak sudah bisa berdiri sendiri, mereka sudah suka pegang sapu, pegang pel, pegang lap dan segala alat pembersih rumah lainnya. Lucu banget kalau lihat kenangan yang abadi dalam foto. Belum lagi waktu acara masak atau bikin kue, mereka paling rajin membantu, tentu sambil menjilat adonan sampai muka belepotan. Aih!

Ditambahkan oleh pengacara tersebut, jika anak lalai, orang tua berhak atau diijinkan oleh negara untuk menghukum mereka. Contoh kompensasinya dengan misalnya "Handy Verbot" atau nggak boleh pakai telepon genggam dalam kurun waktu tertentu, nggak boleh nonton TV dalam kurun waktu tertentu atau kesepakatan lain yang akan mengajarkan anak-anak bahwa kalau melanggar aturan, akan mendapatkan ganjaran setimpal. Diharapkan lain kali jika anak-anak bisa memahami aturan rumah, bisa mengikuti aturan di dalam masyarakat. 

Nilai positif yang didapat

Menurut kami, itu bagus untuk kami. Kalau keluarga itu artinya suka-duka dibagi, jadinya ada makanan dimakan bersama, begitu pula pekerjaan rumah. Semua kerja. Ini bukan hotel mama-papa. Rumah adalah milik bersama yang harus dijaga oleh para penghuninya. We are a team.

Lantas apa kebaikan dari sebuah tim yang menyelesaikan pekerjaan rumah tangga bersama-sama?

Pertama itu melatih kemandirian, karena di Jerman tidak ada trend memiliki pembantu. Semua dikerjakan sendiri. Lebih baik uangnya ditabung untuk piknik ketimbang membayar orang yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bayangkan saja, tarif pembantu rata-rata 10 euro atau Rp 160.000 perjam untuk setrika atau bersihin kaca jendela atau membersihkan rumah. Tinggal mengalikan saja berapa yang harus dibayar setiap bulan jika tidak mengerjakannya sendiri.

Kedua, menanamkan prinsip, my house my castle. Yang memiliki rumah harus merawat sendiri. Home sweet home, where the heart stays. 

Ketiga, mengajarkan tanggung jawab. Jika habis makan, piring dan gelas tidak perlu mencucinya sendiri, tapi harus memasukkan ke mesin cuci dan bantu merapikan, masuk lemari.

Dan tentu masih banyak nilai-nilai positif yang diambil tiap anggota keluarga karena membantu selesaikan pekerjaan rumah tangga.

***

Saya nggak tahu apakah ada aturan yang mirip, berlaku di tanah air Indonesia bahwa anak wajib membantu pekerjaan rumah tangga. Nggak cuma ngandalin pembantu atau orang tua saja, semua punya tugas di rumah.

Semoga saja, wawasan dari Jerman tentang kewajiban anak untuk membantu pekerjaan orang tua di rumah, bisa menjadi peringatan bagi masyarakat kita untuk mendidik anak tidak manja karena jadi "ndoro" atau raja di rumah tapi juga "pembantu" di rumah sendiri. Ini akan bermanfaat jika orang tua mengirim anak-anaknya untuk sekolah atau bekerja di luar negeri, di mana harus mandiri, apa -apa dikerjakan sendiri.

Ingat ya, orang yang tidak pernah bekerja atau tidak bisa bekerja dengan tangannya disebut memiliki zwei linke Haende. Bayangkan seremnya kalau tangan manusia kiri semua, nggak bisa kerja.

Supaya setiap anak memiliki tangan yang lengkap, kanan dan kiri, hendaknya orang tua menyertakan mereka sejak kecil ketika sedang mengerjakan pekerjaan rumah. Tanpa menyuruh pasti anak-anak akan mengikuti dan terbiasa untuk mengerjakannya pekerjaan rumah tangga demi meringankan pekerjaan orang tua disamping kewajiban belajar, entah lusa atau suatu hari nanti. 

Karena ketika mereka dewasa, kos di luar kota, kerja di luar kota bahkan di luar negeri sudah siap tempur dengan segala tanggung-jawab dan tugas yang akan dihadapi sendiri. Sebagai orang tua, lihatnya pasti seneng dan bangga. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun