Di sana itu tersedia box di depan mesin penukaran botol kosong. Jadi berseberangan dengan meja resepsionis yang sekarang punya dinding kaca. Artinya bisa ada yang mengawasi.
Oi, terlihat beberapa bahan baku seperti tepung terigu, gula pasir, mi, minyak goreng, cairan pembersih, bumbu, snack dan lain-lain.
Saya nggak tahu apakah barang-barang itu masih fresh atau sudah kadaluwarsa. Mau ngecek nanti saya malah dikira maling. Biarkan saja, sudah ada yang ngatur, yakni Tafelladen yang bersangkutan, misalnya di Trossingen.
Apa itu Tafelladen?
Kalau saya menyentil soal Tafel atau Tafelladen (Tafel=papan/sepotong, Laden=toko), itu adalah toko kecil di setiap kota yang menyediakan kebutuhan sembako dan kebutuhan sehari-hari lainnya dengan harga murah. Toko hanya untuk orang-orang khusus. Misalnya pengangguran atau Hartz IV. Oleh sebab itulah, setiap pelanggan memiliki kartu langganan toko untuk membedakan dengan orang umum. Takutnya yang nggak berhak, mengambil hak orang yang membutuhkan alias salah sasaran.
Nah, kartu member itu bisa didapatkan di gereja Katolik atau kristen setempat, kantor pemda, biro sosial dan di toko Tafel sendiri.
Toko Tafel terdekat dengan rumah kami adalah di Hohnerstrasse 16 Trossingen, seberangan dengan tempat TK di mana saya training. Kalau saya lewat bersama anak-anak, terlihat beberapa petugas tampak sibuk melayani pelanggan. Sepertihalnya toko-toko lain pada umumnya.
Tempat belanja mini itu dibuka setiap hari Selasa dan Kamis pukul 14.00-17.00. Sayang, selama masa corona tutup. Kayaknya Juni nanti baru buka, sepertihalnya sekolah-sekolah.
Mari ikut peduli now or never
"Pak, nanti kalau pulang kita mampir box, ya. Nyumbang." Hmmm, membayangkan senengnya orang kalau menemukan sembako dari saya nanti itu sesuatuh. Muka saya berseri sebelum pulang menuju kasir. Gunungan belanjaan sampai bikin saya nggak keliatan dari depan. Namanya juga Minnie Mouse. Saatnya berbagi.