Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Henrique, Sarjana Arsitek yang Menganggur, Sukses Jualan Ikan di Lisabon

20 Desember 2019   16:34 Diperbarui: 21 Desember 2019   06:07 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cumi-cumi dibumbu rempah dan minyak zaitun (Dok.Gana)

Saya ini juga bukan jurusan jurnalistik, tetapi saya masih suka menulis di Kompasiana dan menerbitkan buku-buku dengan penerbit indie maupun mayor. Padahal saya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Nggak pernah saya sekalipun diajari cara menulis. 

Tentu saja ini saya lakukan atas dasar minat dan diasah sedikit demi sedikit. Ditambah iri rasanya selama jadi penyiar, melihat newsroom bekerja; hunting berita, menuliskannya sebagai karya yang enak saya baca dan aneka pengalaman menghadapi macam-macam orang. 

Kok, saya cuma baca, sih? Semua orang juga bisa. Kalau nulis, nah, itu baru.... Apa saya nggak boleh atau nggak bisa menulis? Bisa, pasti bisa. Saya pun segera memulainya tanpa dipukul pakai seblak.

Walaupun sebenarnya menulis di media cetak sudah saya mulai ketika umur 18 tahun, namun menulis baru diasah otodidak ketika berada di Jerman. Sudah telat tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan? Tulisan saya mungkin belum spektakuler tetapi saya sudah happy, bagi saya sudah cukup. 

Yup. Menulis masih menjadi hobi saja, belum sebagai profesi. Selain melestarikan Bahasa Indonesia karena bahasa yang saya pakai sehari-hari adalah Bahasa Jerman dan Inggris, menyambungkan diri ke tanah air karena bukunya dipasarkan di Indonesia, adalah ide yang nggak jelek-jelek amat.

Nah, sebagai alibi bahwa ilmu dari kampus tersalurkan dan nggak lupa, saya tetap mengajar bahasa Inggris sampai hari ini. Untuk mendapatkan kesempatan itu juga nggak mudah, lho. Namanya juga orang Jerman, nggak kenal maka nggak sayang. Nggak bakal ada kepercayaan kalau omdo. Do it, prove it.

Mungkin membuka bisnis jualan ikan jauh dari sebuah alibi yang dipunyai Henrique tetapi setidaknya itu menyelamatkan dirinya dari status pengangguran yang memenuhi Portugal. 

Bahkan tak hanya di situ saja kisahnya, ia berhasil membuka mata pencaharian bagi orang lain atau membukakan pintu para sarjana dan bukan sarjana di lingkungannya: pelayan, tukang bersih-bersih, tukang antar-jemput ekspedisi barang dan tentu mendatangkan pajak bagi kota Lisabon. Sejahtera.

Jika sarjana arsitek yang kuliahnya pasti nggak gampang alias rumit dan habisin duit banyak saja bisa berbuat banyak dan nggak malu-malu dan kreatif jualan ikan, lulusan sarjana jurusan lain tambah bisa, doooong. Jangan kalah sama Henrique. "Di mana ada kemauan, di situ ada jalan." Bungkus!(G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun