Seperti biasa, anak-anak dititipkan kepadanya tetapi teman saya tidak memberi pesan khusus supaya Oanh menyelesaikan pekerjaan yang masih terbengkalai.
Setiba di rumah, teman saya sudah menemukan baju tertumpuk rapi di dua keranjang. Si Oanh sudah selesai menyetrikanya. Dalam aturan Au-Pair, biasanya hanya baju anak yang ditangani sedangkan baju orang dewasa dalam keluarga, tidak.
"Aku mengerjakannya karena aku mau, dan itu bagus. Kasihan kalau ibu asuhku harus mengerjakannya jika pulang rumah sudah capek. Aku umpamakan dia ibuku sendiri yang masih tinggal serumah," kata perempuan berkacamata yang sudah lama kos dan tidak serumah dengan ibu kandungnya.
Menurutnya, jika ia bekerja kalau disuruh-suruh, nggak beda dengan pembantu dong. Seperti niatnya dari awal bahwa ia harus belajar praktek Bahasa Jerman sesering mungkin dan selama mungkin di negeri pembuat mobil Mercedes itu.
Untuk mendapatkan penginapan dan makan gratis, ia mencari program Au-pair. Ditambah, ada uang saku setiap bulan yang akan diterima dari keluarga. Sambil menyelam minum susu. Tanpa keluarga asuhnya, semua itu impossible.
Sebagai rasa terima kasih, ia mengurus anak-anak dari keluarga yang ditumpanginya, seperti keluarga sendiri. Oanh juga tidak itung-itungan.
Meski hanya dijatah 30 jam seminggu sesuatu aturan Au-pair internasional, jika lebih dari itu ia nggak pernah mengeluh. Ia sangat mengalir. Hal itu membuat ia sangat disayang seluruh anggota keluarga asuh.
Padahal dari pengamatan saya, di mana-mana banyak cek-cok antara orang tua asuh dan Au-pair karena masalah kerjaan. Banyak orang tua asuh yang dituding membebankan pekerjaan tambahan yang terlalu banyak dan ada Au-pair yang disebut-sebut pemalas dan tidak tahu diri karena rumah masih berantakan, misalnya.
Bagaimana caranya supaya bisa win-win seperti kisah Oanh? Harus dari dua belah pihak. Tidak bisa salah satu saja karena akan timpang. Si ibu baik dan si Au-Pair juga baik. Saling mengerti, saling memberi, saling menerima.
Selama bergaul dengan para Au-pair dari Indonesia di Jerman, saya banyak mendengar keluh-kesah, informasi tentang peraturan program, pengalaman yang dialami mereka selama menjalani Au-pair bahkan setelah menjadi Au-pair dan cerita gado-gado yang menjadi pelajaran hidup.