Yang jelas ratu Sirikit bukan orang biasa. Beliau adalah buyut dari Raja Chulalongkron atau Rama V atau putri dari pangeran Nakkhatra Mangala, dubes Thailand yang pernah menjabat di Perancis, Denmark lalu terakhir, Inggris. Bertemu dengan raja Bhumibol (17) pada usia 15 tahun. Pertemuan di Swiss itu kian dekat saat kecelakaan dialami Bhumibol sampai kehilangan satu matanya. Sirikit muda mengunjungi rumah sakit setiap hari.
Ingat pepatah "Cinta datang dari mata turun ke hati"? Ada yang unik dari hubungan mereka, misalnya bagaimana Bhumibol menguji kesabaran dan keteguhan Sirikit. Contohnya saat janji bertemu jam 4, Bhumibol baru datang jam 7. Kalau Sirikit bukan dari karakter khusus yang diharapkan keluarga kerajaan, nggak bakal calon raja menikahinya satu minggu sebelum penobatan menjadi raja. Kalau saya yang janjian dan nggak datang, sudah nyesek dan ngambek, deh.
Sirikit juga memiliki energi baik dalam dirinya. Ia pernah mengenyam pendidikan barat selama sang ayah mengabdi di Eropa, termasuk di sekolah asrama Genewa, Swiss. Menyerap nilai-nilai positif dari barat dan mempertahankan nilai-nilai ketimuran itu pasti ia lakukan.
Nah, setelah satu tahun pacaran, satu tahun tunangan, akhirnya setahun kemudian mereka menikah sampai dikaruniai 4 anak.
Banyak kan orang yang tunangannya sudah bertahun-tahun tapi nggak jadi menikah? Menyegerakan untuk resmi ke pelaminan menjadi salah satu tips bagi pasangan yang ingin bahagia.
Masyarakat Thailand amat mencintai dan menghormati keluarga kerajaan yang sekaligus menjalankan pemerintahan di Thailand. Peran dan perhatian raja dan ratu terhadap kesejahteraan masyarakat, adalah salah satu dari sekian banyak sebab tingginya penghargaan rakyat terhadap junjungannya.
Rasa syukur yang tak terhingga saya rasakan selama berada di "The land of smile." Saya jadi tahu bahwa ada tokoh wanita seperti ratu Sirikit yang sangat berarti bagi negara dan bangsanya. Ia dihormati dan dicintai rakyatnya.
Energi Baik Ratu Sirikit Untuk Rakyat Thailand
Tak hanya solidaritas dan keterbukaan yang dimiliki oleh Jackie Kennedy nya Asia. Ratu Sirikit ternyata juga menulis buku tentang pengalamannya di Eropa. Tidak semua orang mau dan bisa menulis buku. Kisah pengalaman, ketekunan, dan kecerdasan yang ingin dibagi pada dunia membuat orang terbuka wawasannya. Kemampuannya dalam menumpahkan pikiran dalam tulisan menjadi penyemangat kita semua untuk tak parah semangat menulis.
Telah terbit buku "Bua: rachini haeng mai nam" atau "In Memory of My European Trip" pada tahun 1964 dari ratu Sirikit. Buku yang mengisahkan perjalanan hidupnya yang berbeda di Eropa.
Energi baik beliau yang jadi motivasi kita, Kompasianer; jangan pernah berhenti menulis.