Tertulis dalam bahasa Inggris bahwa pihak manajemen mengundang para tamu hotel untuk bersama-sama merayakan ultah ratu, Yang Mulia
Ratu Sirikit yang nama aslinya Mom Rajawongse Sirikit Ritikayara.
Dress code baju adalah bebas rapi atau kaos berwarna biru. Warna merah dan kuning sendiri punya makna politis, sehingga menjadi acuan orang asing untuk menyesuaikan diri selama di Thailand.
Satu hari kemudian, kami sudah menjadwalkan untuk datang. Setengah jam sebelum acara, kami sudah keluar kamar menuju lobi hotel.
Heran, hanya ada kami dan satu lagi keluarga yang duduk di lobi. Yang lain di mana? Ah, barangkali lupa? Atau datangnya mepet?
Duduk kami sudah nggak jenak, beberapa kali melirik jam tangan. Tepat pukul 18.00, paling tidak ada 10 keluarga atau 50 orang yang telah memenuhi lobi. Kata suami saya lumayan ada 1% penghuni yang minat merayakan hari unik.
Menit demi menit berlalu. Haaaa ternyata nggak hanya orang Indonesia yang bisa dicap punya jam karet, orang Thailand juga samaaaa.
Baru pukul 16.00 acara dimulai. Seorang pria, staf hotel berbaju biru muda berdiri di tengah-tengah kami. Lilin yang dibagikan kepada tamu sudah disulut. Wadahnya unik dari bahan plastik botol, reuse, yang dipotong separuh bergerigi.
Seorang pria yang lain bertugas mengoperasikan komputer di mana musik YouTube mengumandangkan lagu himne kerajaan Thailand.
"Ya ampun, mana bisa bahasa Thailand?" Seru anak-anak sambil meringis kuda. Paling banter bilang "Sawasdeeka" dan "kop kun ka."
"Asal mulutnya buka tutup kayak nyanyi habis perkara." Suami saya menenangkan kami yang hampir kelu lidah latihan nyanyi sendiri. Seumur-umur belum pernah, kalau lagu anak-anak Indonesia sudah biasa. Lah, ini, Thailandddd.