Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

(#Koteka3tahun) Merak Jantan Lebih Cantik

22 Juli 2018   18:50 Diperbarui: 22 Juli 2018   19:49 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ndlosor di jogan nunggu panggilan. (dok.Gana)

Sudah ada empat tarian yang saya ajarkan; tari kelinci, tari yapong, tari Bondan dan tari merak. Suatu hari pengen menularkan tari Barongsay, tari jaranan dan tari reog. Hahaha ... pasti seru, horegggseperti gempa.

Nah, setelah sekian lama belajar bersama dan pentas keliling (Semarang, Freiburg, Konstanz, Friedrichshafen, Koeln), kami punya pengalaman menarik di Freiburg pada Jumat, 20 Juli 2018 yang lalu.

Selama seminggu sekali dalam sebulan sebelum hari H, kami latihan lagi, mengingat pelajaran tari merak. Seminggu sebelumnya, anak-anak sudah gelisah menanti. 

"Malam Indonesianya kapan, sih?"

Bukan, bukan karena bangga mau nari tapi karena mereka tahu akan didandani dari kepala sampai kaki. Utamanya, bulu mata palsu dan kuku tangan palsu. Halahhhh .... kemayuuuu. Mereka memang hanya boleh dandan kalau pentas tapi hari biasa nggak boleh karena komestik nggak bagus buat kulit anak-anak di bawah umur.  Begitu ada kesempatan, udah nggak sabaraaaaan.

Trio merak (dok.Gana)
Trio merak (dok.Gana)
Gerakan tangan ukel (dok.Gana)
Gerakan tangan ukel (dok.Gana)

Gerakan kaki bikin gelang kerincing berbunyi (dok.Gana)
Gerakan kaki bikin gelang kerincing berbunyi (dok.Gana)

Terbang bebas tanpa hujan plastik (dok.Gana)
Terbang bebas tanpa hujan plastik (dok.Gana)
Tari merak dari Jawa

Mengapa tari Merak yang saya pilih untuk ditampilkan? Pertama karena anak-anak pasti suka dengan bajunya yang wow, hijau kelap-kelip. Kedua, penonton akan tertarik melihat bajunya (dari mahkota sampai gelang kaki kerincing) lalu tarinya dan gerakannya yang menirukan binatang. Ketiga, kebetulan acara malam Indonesia kali itu adalah untuk mendukung program Hilfe fuer Sumba", sebuah pulau di Indonesia dan "Making ocean plastic free" yang getol menggemborkan pelestarian lingkungan dengan tidak menggunakan tas belanja dari bahan plastik. Kalau burung punya habitat alam yang mendukung tanpa polusi pasti mereka bisa lestari dan bebas ke mana saja. Terbaaaaang.

Jenis tari merak sendiri ada banyak. Yang dari Sunda ada. Kebetulan, saya dari kecilnya belajar yang gaya Jawa dan sesuai baju yang dibelikan ibu di Semarang, 3 set. 

Meskipun kami bertiga berjenis kelamin wanita, tetapi gerakan tari merak menirukan merak jantan. Tahu kann, untuk menarik perhatian merak betina, merak jantan akan membuka bulu-bulunya sampai setengah lingkaran. Byakkkk! Wowww, indah!!! Kalau mata kita saja merasa dimanjakan dengan pemandangan merak jantan merak ati, bagaimana dengan merak betina, pasti mau dong buat uhuy. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun