Waktu saya kecil, sering lihat tinju samawrestling. Omaigot. Bukankah itu olahraga yang nggak feminin blas?
Sebabnya, bapak dan saudara laki-laki saya yang jumlahnya 5, suka nonton ituh. Nggak asing lagi nama-nama Elias Pical, Muhammad Ali, Mike Tyson dan Hollyfield di telinga saya. Jangan heran pula kalau saya ikut teriak gempar, "Halahhhhhh ... jotos, jotooosss!"
Jaman segitu, saya juga paling demen nonton badminton. Bangganya melihat Susi Susanti, Erick Subagya dan kawan-kawan yang mengangkat bendera di kancah internasional. Indonesia memang dari dulu terkenal dengan generasi olahraga, yang orang Jerman sebut sebagai Federball.
Tapinya, entah mengapa dulu itu paling benciiii lihat pertandingan sepak bola. Mana orang yang pada lihat itu ya, bela-belain begadang sampai pagi-pagi buta buat nonton, melekkayak wayangan. Padahal besoknya pada sekolah, kuliah atau kerja kan. Huuuh.
Timnas Jerman Merebut Hatiku
Rupanya nama Jerman nggak hanya Steffi Graff, petenis yang akhirnya kaya raya karena menekuni olah raga sesuai passion-nya itu.
Sepakbola adalah salah satu aset negara yang mengharumkan nama negara yang isunya mau dipilih perusahaan Harley Davidson untuk bangun pabrik.
Yup. Footballatau Fussball. Lihat saja bagaimana Jerman pada tahun 1960-2000 sudah terkenal dengan nama Franz Beckenbauer, Lothar Matheus, Juergen Klinsmann dan Oliver Khan. Mereka membuat Jerman jadi jawara pada Piala Dunia 1954, 1974 dan 1990.
Nama seperti Michael Ballack menjadi sering terdengar di telinga saya. Sayang sekali di puncak karirnya, justru ia keluar dari tim. Istirohat.
Ironinya, ia jadi model iklan salah satu web site perjalanan wisata abinderurlaub. Menjadi orang populer yang memilih liburan saja biar nggak stress. Tipikal orang Jerman yang sangat mencintai perjalanan atau traveling.
Kemudian, nama-nama baru segera saya kenal seperti Manu, Klose, Oezil, Lamm, Basti. Yang pada akhirnya, bersama new comermeraih juara di Piala Dunia Brazil 2014. Selamat, anugerah terindah yang pernah mereka miliki!