Lihatlah beberapa orang mulai ziarah ke kuburan, merawat makam keluarga dengan bunga atau hiasan lainnya. Seperti biasa, gereja-gereja membuka pintu untuk mereka yang masih mau ikut missa (Gedenkgottesdienst). Tradisi yang dimulai sejak tahun 1816 oleh Raja Friedrich Willhem III dari Preussen.
Sepertihalnya kita orang Indonesia, saya pandang orang Jerman jadi ingat akan kematian. Ada pula yang takut akan kematian dan bersyukur masih hidup sampai hari ini. Bagaimana dengan kita?
Orang Mati di Jerman pun Diatur
Setelah berkeliling di makam-makam keluarga suami saya mulai dari oma, opa, tante, budhe dan keponakan, kami menuju ke tempat parkir. Dalam perjalanan pulang, kami melihat banyak tanda dari pengurus makam (Friedhofsverwaltung).
Yang pertama, gambar tempel warna hijau. Itu sebagai tanda bahwa kontrak makam sudah melebihi batas. Untuk informasi selanjutnya, keluarganya disarankan menyimak koran lokal pada bulan tertentu. Februari, misalnya.
Jerman. Negeri di Eropa itu memang terkenal dengan aturannya yang banyak dan kadang njlimet dibandingkan dengan di tanah air Indonesia. Tetapi kalau dipikir, baik juga untuk mengatur orang banyak yang isi kepalanya beda-beda. Kalau semua orang sakenakudelnya sendiri, tidak peduli, bisa berabe. Apa kata dunia?
***
Baiklah. Apa yang bisa saya petik dari pengalaman mengamati budaya nyekar masyarakat Jerman, khususnya Toten Sonntag itu?
Supaya tetap melestarikan budaya ziarah makam leluhur di mana saja. Selain mengingatkan akan kematian bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, juga mendorong orang untuk selalu berkata, berpikir dan berbuat baik dan yang penting, menjaga silaturahim. Antara yang mati dengan yang hidup dan antara sesama(keluarga) peziarah, atau antara yang hidup.
Orang Jerman yang saya cermati kadang ada yang tidak mementingkan keluarga dibanding teman atau tetangga (yang masih hidup) saja, masih meninggikan budaya ziarah kubur. Kita yang memang dari sononya sudah dicetak untuk memiliki tradisi nyekar tidak boleh kalah dan harus melestarikannya. Jangan-jangan karena jaman sudah canggih, ziarah diwakilkan lewat skype atau facetime.
Kedua, aturan di dunia ini dibuat bukan untuk dilanggar tapi untuk diperhatikan dan ditaati. Memang kadang susah untuk disiplin dan taat peraturan tapi jalannya memang harus begitu biar tertib. Kalau yang mati saja diatur-atur, apalagi yang hidup? (G76)