Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mau Dikunjungi Walikota Jerman? Penuhi Dua Syarat Ini!

26 Oktober 2017   18:54 Diperbarui: 26 Oktober 2017   19:21 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eit hari ini, saya berpikiran lain. Jangan-jangan beliau nggak datang karena nggak etis dan menyalahi adat. Betul. Entah Oberbuergermeister (walikota) atau Buergermeister (camat/lurah) akan mendatangi rumah penduduknya untuk alasan kuat, nggak sembarangan (kecuali masih ada hubungan saudara, kunjungan persaudaraan, sebagai pribadi bukan pejabat). Yup, syarat pertama ... berumur 80 tahun tadi.

Apakah Buergermeister di kampung saya tidak menghormati orang-orang yang sudah tua tapi belum berumur 80? Tetap hormat. Bagi yang telah melewati umur 70 ke atas, selalu ada ucapan selamat ulang tahun di Gemeindeblatt (majalah  mingguan kampung) di halaman pertama. Tertera nama dan nama keluarga, umur, tanggal lahir dan alamatnya. Siapa tahu ada warga yang ingin turut mengucapkan atau kirim kado kepada Geburtstagskind (Geburt=lahir, Tag=hari, Kind= anak) atau orang yang sedang berulang tahun.

Bersama Buergermeister Flad di pameran Indonesia bersama Kampret 2013 (dok.Jens Geschke).
Bersama Buergermeister Flad di pameran Indonesia bersama Kampret 2013 (dok.Jens Geschke).
2. Berhasil Melewati Pernikahan ke-50 (die Goldene Hochzeit atau golden wedding anniversary alias kawin emas!).

Suatu hari:

"Eh, mertuamu masuk koran kota, tuh." Kata teman-teman saya yang rata-rata umurnya 60, 70 dan 80 an di klub senam kampung itu.

"Ah, mosok?" Saya nggak tahu tapi begitu ngitung umur suami saya, baru nyadar. Omaigot. Beneran.

Rupanya, selain didatangi walikota dan wartawan lokal, hasil wawancara tentang mereka masuk koran kota Tuttlingen. Wah, asyik, ya. Meski mereka tidak merayakan seperti cara orang tua saya merayakan kawin emas di Semarang yang tamunya ratusan, pakai klenengan, karaokean, nanggap tarian dan makan nasi tumpeng, die Goldene Hochzeitatau the golden wedding anniversary tanpa hingar-bingar itu, diliput.

Maklum, menikah selama 50 tahun tidaklah mudah. Bagaimana masing-masing individu memegang komitmen dan menjaga perasaan pasangan dan seterusnya. Sampai kuat nggak pisah ranjang, apalagi sampai cerai. Amit-amit jabang baby. Semoga kita pun termasuk golongan yang kuat luar dalam. Belum lagi masalah kesehatan yang membuat orang sebelum 50 tahun perkawinan, sudah meninggal duluan. 

Yak. Di koran, rahasia perkawinan mereka dibagi kepada pembaca. Tips untuk tetap menjadi diri sendiri tapi masih menjaga mahligai rumah tangga, apapun yang terjadi,  terselip di sana. Ingat: Tidak semua perkawinan yang tidak romantis itu kandas. Biasa-biasa saja asal masing-masing ingat janji sebelum dinikahkan petugas, bisa kok mencapai 50 tahun hidup seatap, sekasur dan mungkin ... sehanduk.

***

Lantas, apa yang harus saya maknai dari dua syarat agar rumah/pesta saya bisa disambangi  walikota Jerman? Pertama, saya harus jaga kesehatan jasmani dan rohani. Kalau sehat jasmani saja nggak asyik. Kalau sehat tubuhnya tapi otaknya stress atau gila? Oh no .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun