Beberapa tetangga kampung saya, yang asli dari Turki dan keturunannya mengaku senang dengan adanya bank dari negeri asalnya berhasil masuk ke Jerman, negeri tumpangan. Meskipun demikian, itu tidak serta merta membuat mereka segera tergopoh-gopoh untuk jadi nasabah KT Bank karena sudah terbiasa dengan managemen bank konvensional Jerman langganan sejak puluhan tahun yang lalu.
Saya sendiri menanggapinya separoh, antara optimis dan pesimis. Apakah bank syariah bertahan hidup di Jerman dan mampu bersaing dengan bank konvensional yang banyak digunakan masyarakat (yang mayoritas penduduknya Katolik roma) secara turun-temurun? Waktu yang akan membuktikannya.
Peluang Bank Syariah Indonesia
Menurut catatan KBRI Berlin, ada setidaknya 13.617 warga negara Indonesia yang tinggal di Jerman. Dari jumlah tersebut, 22% di antaranya pelajar dan mahasiswa. Itu berarti lebih dari 3000 orang Indonesia yang punya kualitas pendidikan tinggi dan memiliki peluang bekerja atau membuka bisnis di sana. Total WNI di Jerman itu bahkan dikatakan bisa lebih dari statistik karena ternyata ada juga WNI yang sudah berganti menjadi warga negara Jerman atau warga Eropa lainnya.
Nah, mengingat banyaknya angka yang tersebut di atas, adakah peluang besar bagi bank syariah Indonesia untuk menanamkan investasinya di Jerman?
Berandai-andai nasabah dari Indonesia mendapatkan banyak manfaat dari keberadaan bank syariah di Jerman. Contohnya, peminjaman uang tanpa bunga untuk membangun atau membeli rumah, berbisnis dan seterusnya. Mengapa tidak? (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H